BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiApakah Dosa Syirik Diampuni Oleh Allah Swt?

Apakah Dosa Syirik Diampuni Oleh Allah Swt?

Dalam beberapa keterangan disebutkan, bahwa syirik merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan Allah Swt tidak akan mengampuninya. Akan tetapi, di banyak ayat Allah Swt. menjelaskan  bahwa Dia merupakan Dzat yang maha pengasih, pemurah, lagi pengampun . Dari sini kemudian muncul sebuah pertanyaan, apakah dosa syirik diampuni oleh Allah Swt?

Mengenai syirik merupakan perbuatan dosa besar, bisa disimak pada penggalan surat Alnisa’ [4]: 48 berikut ini:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”

Ada dua pesan utama yang disampaikan ayat di atas, yaitu  (1) Syirik merupakan dosa besar dan Allah Swt. tidak akan mengampuninya. (2) Pintu ampunan masih terbuka lebar bagi dosa-dosa yang levelnya di bawah dosa syirik. Dan, dalam penjelasan kitab al-Tafsir al-Wasid, kata syirik pada ayat di atas maksudnya adalah segala bentuk tindakan yang mencederai keesaan Allah, baik tidak mengimani keluhuran Allah serta mengultuskan tuhan yang lain selain diri-Nya, seperti para penyembah berhala maupun menyekutukan-Nya sembari mengimani-Nya seperti kaum Nasrani yang memercayai Allah sebagai tuhan, sebagai Nabi Isa, dan juga sebagai anak-Nya. (al-Tafsir al-Wasith, Jilid 2, 826)

Baca Juga: 3 Dosa Besar Yang Wajib Dihindari Jika Ingin Menjadi Mukmin Sejati

Muhammad bin Jarir ath-Thabari mengutip perkataannya Abu Ja’far di dalam kitabnya yang berjudul Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an, mengatakan bahwa ayat di atas dialamatkan kepada Tum’ah bin Ubairiq yang dosanya tidak diampuni oleh Allah Swt., karena ia telah meninggal dalam keadaan musyrik. Ulama yang akrab dipanggil dengan ath-Thabari tersebut menambahkan bahwa ancaman yang terdapat pada ayat itu sifatnya umum, tidak hanya berlaku kepada Tum’ah. Jadi siapa pun yang meninggal dalam kondisi syirik, dosa-osanya tidak diampuni oleh Allah Swt. (Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil Ay al-Qur’an, Jilid 9, 206)

Ibn Abi Hatim (nama aslinya Abu Muhammad Abdurrahman) menambahkan bahwa kandungan surah Alnisa’ [4]: 48 mirip dengan salah satu sabda Nabi Saw. berikut ini:

مِنْ نَفْسٍ تَمُوتُ لَا تُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا حَلَّتْ لَهَا الْمَغْفِرَةُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ عَذَّبَهَا، وَإِنْ شَاءَ اللَّهُ غَفَرَ لَهَا

Setiap jiwa yang meninggal memiliki potensi mendapat ampunan dari Allah Swt, adakalanya Allah menyiksanya dan ada kalanya dosanya diampuni oleh Allah, kecuali dosa menyukutukan-Nya. (Tafsir ibn Abi Hatim, Jilid 3, 971)

Menurut Syekh al-Naysabury, surah Alnisa’ [4]: 48 memberikan dua kontribusi di bidang akidah, yaitu kelak di akhirat seorang muslim tidak akan kekal di neraka, sebaliknya, seorang musyrik selamanya akan kekal di neraka. Selain itu, ayat tersebut merupakan janji ampunan dari Allah kepada semua dosa selain syirik. Pernyataan ini membantah pemahaman yang dikemukakan oleh kalangan al-Qadariyyah yang berpendapat, para pelaku dosa besar selamanya akan tinggal di dalam neraka. (Tafsir al-Wasith lil Wahidy, Jilid 2, 6)

Jadi, dari beberapa penjelasan ulama di atas, bisa diketahui bahwa (1) Syirik merupakan dosa besar (2) Apabila seseorang meninggal dalam keadaan syirik, dosanya tidak akan diampuni oleh Allah Swt. konsekuensinya, ia akan tinggal di neraka selamanya. Dari sini masih menyisakan pertanyaan, bagaimana kalau musyrik, lalu bertaubat sebelum ajal menjemputnya? Apakah taubatnya diterima?

Baca Juga: Fadhilah Taubat dalam Al-Quran: Menghapus Dosa dan Membuka Pintu Rezeki

Menurut Abdullah bin Ahmad, dosa syirik yang tidak diampuni adalah syirik yang diiringi dengan kematian.  Dengan kata lain, manakala pelaku syirik menyesali perbuatannya dan mau bertaubat, dosa-dosanya tetap akan dimaafkan.

Syekh Sam’any ketika menyebutkan perbedaan pendapat ulama mengenai kategori dosa-dosa yang diampuni, mengatakan bahwa sebagian ulama berpendapat, di beberapa ayat lainnya, Allah Swt. telah memerintahkan kaum musyrik untuk bertaubat (Alanfal [8]: 38) dan Allah Swt. memerintahkan pula kepada Nasrani-Yahudi untuk menyesali perbuatannya (Albaqarah [2]: 160). Hal ini mengindikasikan, semua kesalahan manusia memiliki peluang dimaafkan, selama mereka menyesali dan bertekad tidak akan mengulang perbuatannya. (Tafsir al-Sam’any, Jilid 3, 524, dan Tafsir al-Nasafy].

Baca Juga: Inilah 4 Doa Taubat Para Nabi dalam Al-Quran

Dari penjelasan  di atas dapat disimpulkan, bahwa dari kedua ayat tersebut, yakni antara surah Alnisa’ [4]: 48 tentang Allah Swt. tidak akan mengampuni dosa syirik dengan ayat-ayat yang menjelaskan tentang sifat rahmat-Nya, sama sekali tidak bertentangan. Keduanya berlaku sesuai dengan konteksnya masing-masing. Jadi, Allah Maha Pengasih dan Maha Pengampun kepada hambanya yang mau menyesali kesalahannya. Sebaliknya, ampunan Allah tidak berlaku bagi mereka yang angkuh dan tidak mau bertaubat.

Wallahu a’lam.

Fathul Qorib
Fathul Qorib
Mahasantri Ma'had Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...