BerandaUlumul QuranArgumen Autentisitas Alquran dalam Lafaz “Almalik”

Argumen Autentisitas Alquran dalam Lafaz “Almalik”

Alquran merupakan kitab suci yang berlaku sepanjang zaman. Banyak penelitian ilmiah yang sudah membuktikan autentisitas kitab ini, termasuk kebenaran yang dibuktikan melalui jalur kisah-kisah terdahulu atau yang disebut dengan sejarah. Banyak kisah sejarah yang termuat dalam Alquran. Menurut Dr. Lalu Muhammad Nurul Wathoni dalam bukunya Kuliah Al-Qur’an, terdapat sekitar 1.600 ayat dalam Alquran yang bercerita tentang sejarah, seperti kisah nabi dan rasul terdahulu serta umat-umat terdahulu. Salah satu kisah sejarah tersebut termuat dalam Surah Yusuf yang bercerita tentang Raja Mesir, yang diungkapkan dengan lafaz “Almalik”. (Kuliah Al-Qur’an, 168)

Baca juga: “Plagiarisme” Alquran (Bagian 2): dari Waraqah Hingga Abrahah

Lafaz “Almalik” dalam Surah Yusuf

Ada beberapa ayat dalam Surah Yusuf yang bercerita tentang raja terdahulu. Istilah raja pada surah itu menggunakan lafaz “Almalik”, antara lain pada Q.S. Yusuf [12]: 43, 50, dan 72:

وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ إِنِّيٓ أَرَىٰ سَبۡعَ بَقَرَٰت سِمَان يَأۡكُلُهُنَّ سَبۡعٌ عِجَاف وَسَبۡعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضۡر وَأُخَرَ يَابِسَٰتۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡمَلَأُ أَفۡتُونِي فِي رُءۡيَٰيَ إِن كُنتُمۡ لِلرُّءۡيَا تَعۡبُرُونَ

“Dan raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus; tujuh tangkai (gandum) yang hijau dan (tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai orang yang terkemuka! Terangkanlah kepadaku tentang takwil mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpi.”” (Q.S. Yusuf [12]: 43)

وَقَالَ ٱلۡمَلِكُ ٱئۡتُونِي بِهِۦۖ فَلَمَّا جَآءَهُ ٱلرَّسُولُ قَالَ ٱرۡجِعۡ إِلَىٰ رَبِّكَ فَسۡلۡهُ مَا بَالُ ٱلنِّسۡوَةِ ٱلَّٰتِي قَطَّعۡنَ أَيۡدِيَهُنَّۚ إِنَّ رَبِّي بِكَيۡدِهِنَّ عَلِيم

“Dan raja berkata, “Bawalah dia kepadaku.” Ketika utusan itu datang kepadanya, dia (Yusuf) berkata, “Kembalilah kepada tuanmu dan tanyakan kepadanya bagaimana halnya perempuan-perempuan yang telah melukai tangannya. Sungguh, Tuhanku Maha Mengetahui tipu daya mereka.””(Q.S. Yusuf [12]: 50)

قَالُواْ نَفۡقِدُ صُوَاعَ ٱلۡمَلِكِ وَلِمَن جَآءَ بِهِۦ حِمۡلُ بَعِيرٖ وَأَنَا۠ بِهِۦ زَعِيمٞ

“Mereka menjawab, “Kami kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya akan memperoleh (bahan makanan seberat) beban unta, dan aku jamin itu.”” (Q.S. Yusuf [12]: 72)

Rahasia penggunaan lafaz “Al-Malik” sebagai bukti autentisitas Alquran

Menurut Nurul Awaluddin (The Golden History, 4) Fir’aun merupakan gelar bagi raja-raja atau penguasa Mesir. Hal ini juga dibenarkan oleh Budi Ashari. Begitu juga, yang tertulis dalam Ideas and Manifestations of Classical Architecture: Student’s Perspectives. Bahkan dalam kitab Taurat dan Injil sekalipun, semua raja Mesir juga disebut Fir’aun. Hal yang menarik di sini adalah bahwa dalam Surah Yusuf, penggunaan istilah penguasa Mesir tersebut tidak menggunakan lafaz “Fir’aun”, melainkan “AlMalik”. Lafaz “Fir’aun” dalam Alquran barulah muncul ketika berbicara tentang konteks Nabi Musa di Mesir (Wisnu Tanggap Prabowo dalam Firaun, Haman, dan Misteri Piramida, 59). Misalnya dalam Q.S. Alqashash [28]: 38 sebagai berikut:

وَقَالَ فِرْعَوْنُ يٰٓاَيُهَا الْمَلَاُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرِيْۚ فَاَوْقِدْ لِيْ يٰهَامٰنُ عَلَى الطِّيْنِ فَاجْعَلْ لِّيْ صَرْحًا لَّعَلِّيْٓ اَطَّلِعُ اِلٰٓى اِلٰهِ مُوْسٰىۙ وَاِنِّيْ لَاَظُنُّه مِنَ الْكٰذِبِيْنَ

“Dan Fir‘aun berkata, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.””

Penggunaan lafaz “Almalik” dalam Surah Yusuf menunjukkan keakuratan Alquran dalam sisi sejarah. Sebab, seperti yang disepakati para ahli, istilah “Fir’aun” barulah muncul saat era New Kingdom yang berkuasa sekitar tahun 1570-1069 SM dan di era dinasti ke-22 (945-730 SM), tepatnya saat Nabi Musa As diutus.

Baca juga: Sudut Pandang John Wansbrough tentang Mushaf Usmani adalah Fiktif

Munculnya istilah “Fir’aun” di zaman Nabi Musa ini tentu sejalan dengan data sejarah Mesir kuno. Namun, para ahli sejarah berpendapat bahwa istilah “Fir’aun” yang digunakan dalam konteks kisah Nabi Yusuf yang banyak terdapat dalam Taurat merupakan suatu anakronisme. Inilah sisi detail dan keakuratan yang ingin ditampilkan oleh Alquran. (Wisnu Tanggap Prabowo dalam Firaun, Haman dan Misteri Piramida)

Secara tidak langsung, Alquran ingin menunjukkan bahwa Fir’aun hanyalah muncul pertama kali di era Nabi Musa As, bukan di era Nabi Yusuf As. Fakta inilah yang menarik perhatian para sejarawan dunia betapa teliti dan akuratnya penggunaan lafaz dalam Alquran. Menurut Budi Ashari, penggunaan lafaz “Almalik” pada Surah Yusuf juga turut membuktikan bahwa isyarat kitab suci Alquran sebagai penyempurna kitab-kitab terdahulu memang betul adanya. Melalui lafaz “Almalik” dalam Surah Yusuf, terlihatlah perbedaan antara penguasa Mesir di zaman Nabi Yusuf (Almalik) dan penguasa Mesir di zaman Nabi Musa (Fir’aun).

Baca juga: Tujuh Keistimewaan Al-Qur’an Menurut Yusuf al-Qaradlawi Bagian II: Al-Qur’an Kitab Mahfudz

Penggunaan istilah yang berbeda ini juga menunjukkan bahwa ada fase di mana Mesir pernah dikuasai oleh Fir’aun dan dikuasai oleh golongan yang bukan Fir’aun. Ashari menambahkan bahwa golongan yang bukan bergelar Fir’aun merupakan raja yang hidup di masa Heksos yang berasal dari luar Mesir. Mereka datang karena lemahnya stabilitas Mesir pada era Second Intermediate Period. Mengutip Quraish Shihab dalam Al-Lubab, Heksos berkuasa antara tahun 1900 SM – 1522 SM dan Nabi Yusuf As. diperkirakan hidup pada tahun 1720 SM. Wallahu a’lam.

Ahmad Riyadh Maulidi
Ahmad Riyadh Maulidi
Mahasiswa S2 UIN Antasari Banjarmasin
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...