Empat Klasifikasi Ayat-Ayat Humanis dalam Surah Al-Insan Versi M. Abid Al-Jabiri

ayat-ayat humanis dalam surah Al-Insan
ayat-ayat humanis dalam surah Al-Insan

Sikap humanis atau berperilaku memanusiakan manusia adalah sebuah keniscayaan yang dimiliki oleh setiap umat manusia dalam berbuat, bertutur kata, merasa maupun bertingkah laku secara individual ataupun sosial. Di dalam Al-Quran sendiri, banyak sekali ditemukan ayat-ayat yang berbicara tentang manusia. Sebut saja ayat-ayat humanis dalam surah Al-Insan. Pembacaan kali ini akan menggunakan perspektif M. Abid Al-Jabiri

Penyampaian Al-Quran tentang manusia sangat variatif, mulai dari gaya penyampaian dengan model perumpamaan, deskriptif, logika interaktif ataupun informatif dengan segala keunggulan dan keistimewaan manusia.

Di dalam kajian tafsir, M. ‘Ābid al-Jābiri turut mengilustrasikan kehidupan manusia yang ideal sebagai individu serta bagian dari masyarakat-sosial ketika ia menafsirkan surah al-Insan yang berarti “manusia” dalam salah satu karyanya yang berjudul Fahmu al-Qur’ān al-Ḥakīm: at-Tafsīr al-Wāḍiḥ Ḥasba Tartīb an-Nuzūl jilid 2.

Kendati terjadi perselisihan pendapat antar-ulama (Mufassirūn dan Mu’allifūn) mengenai apakah surah Al-Insān termasuk makkiyah atau madaniyah, M. ‘Ābid al-Jābiri berpandangan bahwa ia termasuk kategori surah Makkiyah. Namun, secara sistematis M. ‘Ābid al-Jābiri menempatkan surah tersebut dalam konteks Al-Qur’an Al-Madani dengan alasan adanya similaritas dalam bentuk formatur dan kandungan isinya dengan surah Az-Żariyāt dan Al-Ġasyiyah (al- Jābiri, 2012: 202).

Menurut al-Jābiri surah Al-Insān merupakan pembahasan lanjutan dari dua surah sebelumnya (surah al-Żariyat dan al-Ģasiyah) di mana menurut mayoritas ahli tafsir, ia merupakan surah Makkiyah walaupun di dalamnya ada salah satu ayatnya yang berhubungan dengan peristiwa di Madinah. Selain itu, di dalam surah al-Insān juga terkandung ayat-ayat yang berceritakan tentang tauhid, kenabian, kehidupan setalah mati, kenikmatan dan siksaan atau pembahasan surga dan neraka yang menjadi kategorisasi surah Makkiyah (al- Jābiri, 2012: 202).

Baca Juga: Mengenal Muhammad Abid al-Jabiri, Mufasir Kontemporer Asal Maroko

Ayat-Ayat Humanis dalam Surah Al-Insan

Berkaitan dengan ayat-ayat humanis dalam surah al-Insan, al- Jābiri secara global membuat 4 klasifikasi pembahasan:

Pertama, tentang penciptaan manusia dan pemberian petunjuk oleh Allah. Ada manusia yang bersyukur dan ada yang kufur. Klasifikasi ini berdasarkan pada penyimpulan atas ayat 1 sampai dengan 3.

هَلْ اَتٰى عَلَى الْاِنْسَانِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْـًٔا مَّذْكُوْرًا (1) اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا (2) اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا (3)

“Bukankah pernah datang kepada manusia waktu dari masa, yang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (1) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. (2) Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur. (3)”

Kedua,  tentang baik dan buruknya amal perbuatan manusia di dunia, seimbang dengan balasan kenikmatan atau siksaan di akhirat. Al- Jābiri menyimpulkannya berdasarkan pada ayat-ayat surah al- Insān mulai dari ayat 4 sampai dengan ayat 22.

Ketiga, pesan moral untuk bersabar dalam ketaatan dan menjauhi perilaku yang berdosa dan kufur. Kesimpulan ini diambil dari ayat 23 sampai dengan ayat 28.

Keempat, penegasan tentang pentingnya kebaikan dan perilaku baik yang merupakan jalan menuju Allah. Hal ini diambil oleh al-Jābiri berdasarkan atas penyimpulan terhadap ayat 29 sampai dengan 31.

Dari sini, surah al-Insān menjadi penjelas sekaligus perinci tentang hubungan persoalan siksaan dan kenikmatan (surga dan neraka) dengan perbuatan dan segala perilaku umat manusia. Dikatakan umat manusia dikarenakan ia termasuk surah Makkiyah di mana konteksnya adalah manusia secara umum (Arab dan non-Arab-Quraisy/alwāfidūn) di manapun dan kapanpun. Perbuatan baik atau buruknya manusia di dunia menjadi variabel terikat (dependent variable) bagi variabel bebasnya yaitu balasan manusia di akhirat nanti, apakah ia diberi kenikmatan atau siksaan.

Baca Juga: Kenali Tiga Fitrah Manusia dalam Al-Quran, Jalan Menuju Kedamaian

Pengulangan deskripsi tentang surga dan neraka untuk manusia dalam surah al-Insān memiliki 2 fungsi: pertama, sebagai metode pendidikan tarġīb (reward) dan tarhīb (punishment). Tarġīb berarti cara mendidik orang dengan cara penyampaian berita gembira. Sedangkan Tarhīb adalah cara mendidik orang dengan cara penyampaian berita buruk. Fungsi kedua, sebagai pesan moral (akhlak) bahwa manusia memiliki beban tanggung jawab yang bersifat personal maupun sosial atas segala perbuatan dan perilakunya.

Pendidikan  tarġīb  dan tarhīb, serta pesan moral menjadi model dakwah yang ideal-humanis untuk umat Nabi Muhammad SAW dalam mengajak dan menganjurkan individu manusia dan masyarakat agar berprilaku baik serta memprioritaskan kebaikan bersama sebagai tanggung jawab sosial. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Hubungan perilaku manusia dengan balasan di kehidupan akhirat (surga dan neraka) dalam surah al-Insan memiliki keserupaan teori dengan teori pertukaran dalam ilmu sosial. Ada unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi dalam hubungan sosial manusia.

Namun, teori tersebut memiliki penyempitan cakupan yang hanya fokus pada hubungan manusia dengan orang lain, berbeda dengan teori hubungan perilaku manusia dengan balasan di akhirat yang memiliki cakupan lebih luas, yang tidak hanya dibatasi oleh hubungan manusia dengan lingkungan sosial, melainkan dengan lingkungan hidup secara holistik. Kendati demikian, keduanya memiliki kesamaan dalam keseimbangan antara sesuatu yang diberikan ke dalam sebuah hubungan dan sesuatu yang dikeluarkan dari hubungan itu.

Dari sini, tafsiran al-Jabiri dalam surah al-Insan lebih mengajak kepada umat Nabi Muhammad SAW. khususnya dan umat manusia pada umumnya untuk mengedepankan nilai dan martabat manusia (humanisme) sebagai kriteria utama dalam segala kehidupannya. Hal ini karena prinsip hidup manusia adalah berbuat baik kepada sesama dan semesta sebagai jalan lurus yang diridhai oleh Allah SWT. Jenis balasan di akhirat juga menyesuaikan jenis hubungan perbuatan yang dilakukan oleh manusia di dunia. Wallahu A’lam