Bacaan Amin dan Keutamaan Membacanya Setelah surah Al Fatihah

Bacaan Amin
Bacaan Amin

Membaca Amin setelah membaca surah Al Fatihah menjadi fenomena yang setiap hari ditemui, terutama ketika melaksanakan shalat yang dijaharkan bacaannya seperti Maghrib, Isya, Subuh, Tarawih, ‘Id, dan lainnya. Karena itu, mengetahui bacaan amin menjadi penting terutama memahami berbagai pendapat, variasi bacaan, hingga keutamaan-keutamaan atasnya.

Dalam membahas seputar bacaan amin tersebut, penulis merujuk pada tema Membaca Amin yang diulas oleh Al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Qurthubi, yang dita’liq oleh Muhammad Ibrahim Al-Hifnawi dan ditakhrij oleh Mahmud Hamid Utsman. Seperti biasanya, Al-Qurthubi dalam mendiskusikan satu tema, terlebih dahulu mengemukakan pendapat-pendapat dari berbagai ulama, dalil-dallil serta keutamaan bacaan amin.

Pendapat Ulama tentang Amin

Mayoritas Ahlul Ilmi mengatakan bahwa kata Amin bermakna do’a: “Ya Allah kabulkanlah (do’a) kami”. Karena itu, ungkapan ini sebaiknya dibaca beriringan ketika membaca do’a. Sementara itu, ulama lainnya berpendapat bahwa kata Amin merupakan salah satu nama Allah SWT. Pendapat kedua ini merujuk kepada riwayat Ja’far bin Muhammad, Mujahid dan Hilal bin Yisaf.

Pendapat lainnya, yakni dari Al-Jauhari, mengatakan bahwa kata Amin memiliki makna demikianlah, maka hendaklah jadilah ia. Dalam satu riwayatnya, Al-Kalabi mengatakan bahwa “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, Apa makna Amin? Lalu Beliau menjawab “(Ya) Tuhan, lakukanlah”. Riwayat ini berdasarkan jalur Ibnu Abbas dari Abu Shalih.

Muqatil berpendapat bahwa kata Amin merupakan ungkapan penguat do’a yang dimohonkan agar permintaan (do’a) mendapatkan berkah dari Allah SWT. Dalam pendapat lainnya, Al-Tirmidhi mengatakan bahwa kata Amin mengandung makna yaitu “Janganlah Engkau memupus pengharapan kami”.

Baca Juga: Adab Lahiriah dan Adab Batiniah dalam Membaca Al-Qur’an

Lebih jauh, para ulama berbeda pendapat mengenai bolehkah imam shalat membaca Amin dengan suara keras atau tidak. Menurut Imam Syafi’i dan Imam Malik bahwa seorang imam shalat yang boleh membaca Amin dengan suara yang keras. Sebaliknya, Al-Thabari mengatakan bahwa seorang imam shalat tidak boleh mengeraskan suaranya ketika membaca Amin. Di antara dua pendapat ini, pendapat pertama yang paling kuat karena Nabi Muhammad SAW sendiri pernah melakukannya ketika menjadi imam shalat.

Variasi Bacaan Amin

Ada dua variasi bacaan Amin menurut ulama. Pertama, aamin dibaca dengan suara/harakat panjang dengan mengacu pada wazan yaitu faa’iil, hal ini serupa dengan bacaan pada Yaasiin. Kedua, Amin dibaca dengan suara/harakat pendek dengan mengacu pada wazan yaitu yAmin. Selain dua bacaan tersebut, ada juga variasi bacaan lainnya, yakni ammin, dengan mentasydidkan huruf mim.

Namun, pendapat tentang mentasydidkan huruf mim di atas ada yang menolak dan yang menerima. Bagi yang menolaknya misalnya menurut Al-Jauhari mengatakan bahwa mentasydidkan huruf mim sehingga bacaan Amin menjadi ammiin merupakan bacaan yang keliru. Sementara bagi yang menerimanya misalnya menurut Al-Husain bin Al-Fadhl mengatakan bahwa huruf mim ditasydidikan karena ia berasal dari kata amma, yang berarti menuju, sehingga bermakna kami menuju ke arah-Mu.

Keutamaan Membaca Amin

Di atas perbedaan cara membaca Amin yang diulas di atas: Amin, aamin, dan ammin, terdapat keutamaan-keutamaan yang diperoleh bagi orang yang senantiasa membaca Amin setelah bacaan surah Al-Fatihah. Wahb bin Munabbih berpendapat bahwa Allah SWT menciptakan tiap-tiap huruf dari Amin, yakni Alif Mim Ya dan Nun, malaikat yang senantiasa berdo’a kepadanya: “Ya Allah, Ampunilah dosa orang-orang yang membaca Amin”.

Dalam hadisnya, Nabi Muhammad SAW bersabdar “Apabila Imam membaca ‘Amin’, kemudian mereka (makmum) membaca ‘Amin’, maka siapa yang ‘Amin’-nya bertepatan dengan pengucapan ‘Amin’ malaikat, akan diampuni dari dosa-dosanya yang telah lalu”.

Mengenai hadis ini, ada empat faktor yang menyebabkan diampuninya dosa-dosa karena membaca Amin. (1) bacaan Amin Imam, (2) bacaan Amin makmum, (3) bacaan Amin malaikat, (4) kesesuaian Amin dalam hal jawabannya, dalam hal waktunya, atau dalam hal sifatnya sebagai do’a yang ikhlas kepada Allah SWT.

Dalam satu riwayat dari Abu Zuhairi mengatakan bahwa kami bersama Nabi Muhammad SAW pernah keluar pada suatu malam, lalu beliau berhenti ketika mendengar seseorang sedang berdo’a, lalu beliau bersabda: “(Do’a) dia akan dikabulkan jika dia mengakhiri do’anya”. Salah di antaranya kami bertanya “Dengan apa dia mengakhiri do’anya?”. Nabi bersabda “Dengan mengucapkan Amin. Seandainya dia mengakhiri do’anya dengan Amin, maka do’anya akan dikabulkan”.

Baca Juga: Makna dan Keutamaan Surah Al-Ashr dalam Kehidupan Sehari-Hari

Hadis lainnya lagi dikatakan bahwa: “Apabila kalian shalat, maka luruskanlah barisan (shaf) kalian, kemudian hendaklah salah seorang di antara kalian mengimami kalian. Apabila dia bertakbir, bertakbirlah kalian. Apaila dia membaca ghair al-maghdubi alaihim wa la al-dhallin (akhir QS. Al-Fatihah: 7), katakanlah kalian Amin, niscaya Allah SWT akan menjawab/mengabulkan (do’a) kalian”.

Demikian banyak keutamaan ketika seseorang membaca Amin setelah bacaan Al-Fatihah. Hal ini menunjukkan bahwa bacaan Amin mengandung keistimewaan yang diberikan kepada umat Islam. Bahkan, Al-Timidzi dalam kitabnya, Nawadir Al-Ushul, mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan bahwa Amin adalah satu dari tiga keistimewaan yang diberikan kepadaku (Nabi Muhammad SAW) dan umat Islam, yang tidak diberikan kepada umat lainnya selain Nabi Musa dan Nabi Harun. Wallahu A’lam.