BerandaTafsir TematikBelajar Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dari Kisah Negeri Saba’

Belajar Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan dari Kisah Negeri Saba’

Bulan Agustus merupakan bulan kegembiraan bagi seluruh anak bangsa Indonesia karena pada bulan ini berhasil meraih kemerdekaan. Kini negeri ini memasuki usia ke 75 tahun, menandakan sudah sejauh itu Indonesia mampu mepertahankan kemerdekaan. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat kemerdekaan itu. Salah satu cara dapat kita lakukan dengan belajar dari kisah negeri Saba’.


Baca juga: Napak Tilas Kemerdekaan Islam Pada Peristiwa Fathu Makkah


Tentang kisah itu, Allah berfirman dalam QS. Saba’ ayat 15-16:

لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚجَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ەۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗبَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ

فَاَعْرَضُوْا فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ. ذٰلِكَ جَزَيْنٰهُمْ بِمَا كَفَرُوْاۗ وَهَلْ نُجٰزِيْٓ اِلَّا الْكَفُوْرَ.

“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan). Di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar. Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir” (QS. Saba`: 15-16)

Nikmat untuk Negeri Saba’

Menurut Imam Abu Ja’far at-Tabari ayat di atas menjelaskan surat Saba` ayat 15 mengenai keadaan negeri Saba`. Negeri itu diberi kenikmatan berupa posisi teritorial diantara dua gunung dan di dalamnya terdapat dua kebun yang luas juga besar.

Negeri yang berada di Yaman ini memiliki salah satu sarana untuk menghidupi masyarakat berupa bendungan Ma’rib. Kaum dari Ratu Balqis ini hidup makmur dan tentram dengan segala fasilitas yang dimiliki. Lalu Allah Swt. menyeru kepada mereka untuk mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan-Nya. Sehingga negeri tersebut termasuk Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur.


Baca jugaTafsir Surat An-Nisa Ayat 66: Indonesia Adalah Rumah Kita Bersama


Ada pun maksud dari kalimat tersebut adalah negeri yang dikaruniai Allah Swt. berupa tanah yang subur dan hijau. Kemudian masyarakat yang ada dalam negeri tersebut menggunakan dan mengolah fasilitas yang ada di dalamnya dengan baik dan tidak melakukan kejahatan yakni eksploitasi alam.

Balasan untuk Kaum Saba’ yang Membangkang

Ayat 16 menjelaskan bahwa kaum tersebut pasca wafatnya Ratu Balqis, mulai berpaling dari Allah Swt. Maksudnya, rakyat pun mulai tidak peduli kembali dengan fasilitas berupa perkebunan dan negeri yang aman damai. Sesama anak negeri saling berseteru memperebutkan kekuasaan untuk kepentingan kelompoknya.

Karena keberpalingannya itu, Allah Swt. memberikan balasan berupa bencana banjir besar yang menjadi akibat dari jebolnya bendungan Ma’rib. Seketika, Negeri Saba’ porak poranda.

Perkebunan yang tadinya ditumbuhi buah-buahan segar berubah menjadi pekarangan yang berisi pepohonan yang berbuah pahit. Pepohonan yang rindang berubah menjadi pohon yang tandus juga lahan pun berubah menjadi lahan yang gersang.


Baca jugaTafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6-7: Kepada Siapa Nikmat Itu Diberikan?


Kemudian pada ayat selanjutnya Allah Swt. Menjelaskan mengenai balasan-Nya terhadap orang-orang kafir. Maksudnya adalah orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah termasuk melupakan nikmat Allah berupa negeri yang aman menjadi negeri yang kacau. Negeri yang subur berubah menjadi negeri yang gersang. Parahnya lagi, kedamaian yang ada pada negeri tersebut hilang karena adanya konflik antar kepentigan diantara warga negeri Saba`. (Muhammad ibn Jarir at-Tabari, Jami’ul Bayan ‘An Ta`wilil Ayil Qur`an, Juz 6, hal. 215-217)

Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Berdasarkan penjelasan Imam at-Tabari dapat dipahami bahwasanya kisah negeri Saba` dapat dijadikan ibrah bagi bangsa Indonesia terutama dalam hal mensyukuri kemerdekaan. Negeri yang Gemah Ripah Loh Jinawi merupakan salah satu bentuk nikmat Allah.

Apabila melihat pada pembukaan undang-undang dasar, maka kemerdekaan Indonesia merupakan bentuk dari Rahmat Allah Swt. bagi seluruh hamba-Nya yang bermukim di negeri ini. Mungkin pertanyaan mendasar pasca kemerdekaan adalah “Bagaimana mensyukuri nikmat kemerdekaan?”. Tentu banyak jawaban dari kita semua selaku anak bangsa. Namun salah satu jawaban yang penting adalah menjaga keamanan dan ketertiban negeri.

Salah satu bentuk syukur nikmat kemerdekaan bagi bangsa Indonesia adalah menjaga dan merawat kebhinekaan dan sumber daya alam negeri. Ada pun yang pertama yakni merawat kebhinekaan merupakan langkah utama dalam syukur nikmat Allah. Dengan jalan menyadari bahwa bangsa ini terdiri dari berbagai macam warna baik suku, bangsa dan ras. Tentu untuk melakukan hal tersebut perlu perlu saling mengenal antara satu dengan yang lain sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13.


Baca juga: Kebhinnekaan dalam Al-Quran


Lalu yang kedua adalah merawat sumber daya alam baik di darat, laut maupun udara. Hal ini diperlukan agar manusia tidak mengeksploitasi sumber daya alam untuk kepentingan individu maupun kelompok tertentu. Jika melanggar, maka yang terjadi adalah kehancuran dan kerusakan sebagaimana yang terdapat dalam surat ar-Rum ayat 41.

Dengan demikian, mari sebagai anak bangsa kita bersatu padu merawat dan menjaga segala yang ada di negeri ini. Semoga dengan usia 75 tahun, tanah air yang kita cintai semakin maju dan berkembang. Wallahu a’lam.

Jaka Ghianovan
Jaka Ghianovan
Dosen di Institut Daarul Qur'an (IDAQU) Tangerang. Aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

QS. Al-Isra’ (17) Ayat 36: Taklid yang Diharamkan!

0
Taklid dapat dipahami sebagai suatu bentuk perilaku seseorang yang mengikuti suatu perintah atau menerima pendapat dari orang lain tanpa memiliki pemahaman yang didasari dengan...