BerandaTafsir TematikBerinfak di Jalan Allah Swt dan Balasan yang Didapatkan

Berinfak di Jalan Allah Swt dan Balasan yang Didapatkan

Berinfak ialah mengeluarkan sebagian dari harta yang dimiliki untuk digunakan di jalan Allah Swt, jalan kebaikan, dan jalan kemaslahatan bersama. Berinfak pada umumnya berkaitan dengan materi. Adapun bersedekah ialah memberikan sesuatu kepada orang lain untuk kebaikan dan kemaslahatan, baik yang bersifat materi, seperti uang, beras, makanan, dan minuman maupun non-materi, seperti jasa, pelayanan, dan bantuan tenaga.

Allah Swt memerintahkan setiap manusia untuk berinfak atau bersedekah kepada orang lain, sebagian kecil dari apa yang mereka miliki. Tidak banyak yang diminta oleh Allah untuk diinfakkan dan disedekahkan. Sekecil apa pun nilai infaq dan sedekah yang engkau keluarkan akan digantikan oleh Allah dengan yang lebih baik daripada apa yang telah engkau keluarkan.

Baca Juga: Surah Al-Fajr Ayat 2: Waktu Utama Bersedekah di Bulan Dzulhijjah

Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan kepada umatnya tentang keutamaan berinfak itu. Hal ini dinyatakan Allah di dalam Surah Saba’ [34]: 39:

قُلۡ إِنَّ رَبِّي يَبۡسُطُ ٱلرِّزۡقَ لِمَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦ وَيَقۡدِرُ لَهُۥۚ وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَيۡءٖ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ ٣٩

“Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”

Ayat di atas menggambarkan beberapa hal berikut:

  1. Hanya Allah yang melapangkan, membentangkan, dan menghamparkan rezeki kepada semua hamba-Nya dan Allah pula yang dapat menyempitkan rezeki bagi orang-orang yang dikehendaki-Nya. Allah yang memberi rezeki dan Allah pula yang menahan rezeki-Nya.
  2. Sekecil apa pun dari harta yang telah manusia infakkan kepada orang lain, maka Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik daripada itu.
  3. Allah adalah pemberi rezeki yang paling baik.

Di ayat yang lain Allah menggambarkan bahwa betapa besar pahala bagi orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah. Allah menggambarkan hal ini di dalam surah Al-Baqarah [2]: 261:

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتۡ سَبۡعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنۢبُلَةٖ مِّاْئَةُ حَبَّةٖۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٢٦١

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Di dalam ayat ini Allah memberikan perumpamaan orang-orang yang berinfak di jalan Allah itu bagaikan sebutir benih yang ditanam, yang kemudian menumbuhkan tujuh batang, dan setiap batang memiliki 100 buah (biji). Berarti 1 biji menghasilkan 700 biji.

Ibarat yang diberikan Allah di dalam ayat di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut. Kalau ada seseorang yang menginfakkan atau bersedekah uang 1 rupiah di jalan Allah Swt, maka Allah Swt akan melipatgandakan pahala infaqnya itu menjadi 700 rupiah. Kalau seribu rupiah diinfakkan, maka pahalanya menjadi 700 ribu rupiah. Kalau dia berinfak 1 juta rupiah, maka pahalanya menjadi 700 juta rupiah. Demikian hebatnya balasan yang diberikan Allah kepada orang-orang yang telah berinfak di jalan Allah karena Allah swt.

Baca Juga: Surah Al-Furqan [25] Ayat 67: Anjuran Bersedekah Secara Proporsional

Akan tetapi, hitung-hitungan tersebut adalah gambaran kecil yang dapat dibayangkan oleh kita sebagai manusia. Tentu saja, bilangan Allah Swt jauh lebih besar dari bilangan kita sebagai manusia. Bisa jadi, uang ataupun harta senilai satu juta rupiah, dibalas oleh Allah Swt bukan dalam bentuk uang 700 juta, tetapi hal lain yang jauh lebih besar. Perlu diingat bahwa apa yang diinginkan oleh kita, belum tentu apa yang dibutuhkan. Allah Swt lebih tahu apa yang kita butuhkan. Wallahu A’lam.

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...