BerandaTafsir TematikArgumentasi Kekuasaan dan KeEsaan Allah Swt: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 164

Argumentasi Kekuasaan dan KeEsaan Allah Swt: Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 164

Di dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan bukti ke-Esaan Allah Swt. di antaranya adalah QS. Al-Baqarah [2]: 164, QS. Al-Hasyr [54]: 24, QS. Ar-Rum [30]: 27, dan masih banyak lagi. Salah satu ayat yang penulis jadikan rujukan yakni QS. Al-Baqarah: 164 yang berbunyi,

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنْفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ مَاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ (164)

Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”, (QS. Al-Baqarah [2]:164).

Baca Juga: Enam Ayat Kauniyah dalam QS. Al-Baqarah [2]: 164 dan Hikmahnya

Alam raya sebagai bukti keKuasaan dan ke-EsaanNya

Dalam magnum opusnya yang berjudul Tafsir Marah Labid, Imam Nawawi memberikan penjelasan bahwa dari ayat di atas terdapat delapan dalil atau argumen keberadaan kekuasaan dan ke-Esaan Allah Swt:

Pertama, adanya langit dan bumi. Imam Nawawi kemudian merinci bukti ke-Esaan dan kekuasaan Allah yang ada di langit dan juga di bumi. Tanda-tanda kekuasaan Allah yang ada di langit berupa ketinggian dan instrument-instrumen tata surya yang tersusun tanpa adanya sesuatu penggantung, semisal matahari, bulan dan bintang. Sedangkan tanda-tanda yang ada di Bumi berupa bentangan dan hamparannya yang di tempati oleh gunung, lautan, tambang, mutiara, sungai serta ditumbuhi dengan pohon-pohon dan buah-buahan.

Pendapat senada juga diutarakan oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya mengenai penafsiran kata “khalqi as-Samawati wal Ard”. Bagian ini menunjukkan bahwa Allah dapat diketahui keberadaanNya dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi. Dalam penciptaan langit misalnya berupa ketinggian dan keluasannya, serta bintang-bintang yang bergerak dan yang diam, juga peredaran benda-benda langit pada garis edarnya. Kemudian dalam penciptaan bumi, berupa dataran rendah dan tingginya, gunung, lautan, gurun pasir, kesunyian, keramaian, dan segala manfaat yang terdapat di dalamnya.

Argumen kedua Syekh Nawawi menjelaskan bukti ke-Esaan Allah Swt. yaitu dengan adanya malam dan siang yang silih berganti; satu pergi dan yang lain datang, serta perbedaan jangka waktu antara siang dan malam yang terkadang lebih lama dan terkadang relatif lebih pendek. Bukti lain yakni adanya cahaya, gelap, dan teraturnya waktu bagi seseorang, malam dikhususkan untuk istirahat sedang di siang hari dikhususkan untuk bekerja.

Sebagaimana juga disampaikan dalam Al-Quran, surah al-Naba ayat 9-11,
yang artinya “9. Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, 10. dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, 11. dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan”

Baca Juga: Tafsir Surat Al-Mulk Ayat 1-2: Bukti Kuasa Allah dan Barometer Pribadi Berkualitas

Argumen bukti ke-Esaan Allah Swt yang ketiga yaitu firman-Nya “Dan bahtera yang berlayar di laut”. Hal ini menegaskan bahwa bahtera-bahtera yang melintasi dan berlayar sekalipun membawa beban berat, dengan kuasa Allah Swt. bahtera-bahtera tersebut tidak tenggelam. Terkadang juga di tengah lautan bahtera-bahtera tersebut dijalankan oleh angin, terkadang juga bahtera-bahtera tersebut menghadapi kerasnya ombak di laut tetapi karena kuasa Allah bahtera-bahtera tersebut terselamatkan.

Bukti ke-Esaan Allah yang keempat, yakni berlayarnya bahtera-bahtera yang membawa apa yang berguna bagi manusia. Artinya, Allah Swt. memberikan kuasanya kepada seseorang yang menaiki bahtera-bahtera itu, agar dapat memenuhi tujuan mereka, bisa dengan berdagang atau hal-hal bermanfaat lainnya. Laut bisa dijadikan sebagai media untuk bisa menghubungkan lintas wilayah.

Bukti ke-Esaan Allah berikutnya adalah turunnya air hujan. Allah Swt. menjadikan air hujan sebagai sumber kehidupan bagi semua makhluk yang adan di bumi, hewan dan tumbuhan. Allah Swt. menurunkan air hujan sesuai dengan kebutuhan, dan manfaatnya. Terkadang Allah Swt juga menurunkan hujan tatkala manusia merasa kekeringan dan membutuhkan air seraya melakukan sholat minta hujan (istisqa’).

Argumentasi yang keenam adalah tersebarnya hewan melata di bumi. Imam Nawawi mengartikan “dabbah” di sini dengan manusia, karena menurutnya ada karakter yang sama antara manusia dan hewan. Oleh karenanya kita sering mendengar maqolah yang mengatakan bahwa manusia adalah hewan yang berakal “al-insan hayawan an-nathiq”.

Baca Juga: Penjelasan Al-Quran tentang Fenomena Alam Semesta Bertasbih kepada Allah

Bukti Ke-Esaan Allah berikutnya adalah adanya angin yang memiliki ciri yang lembut, tidak dapat disentuh dan dilihat, namun adapula angin yang bisa membawa malapetaka, semisal merobohkan pohon, dan bangunan. Meskipun demikian angin sejatinya adalah sumber kehidupan, seandainya sekejap saja angin tidak berhembus maka niscaya akan mati segala sesuatu yang memiliki ruh dan menjadi busuk.

Di dalam kitab Fath al-Qadir karangan Muhammad Ali al-Syaukani dijelaskan mengenai maksud dari kata “rih”, yaitu sesuatu yang memiliki sifat membinasakan, mendinginkan, menolong, membunuh serta berhembus kencang.

Tanda ke-Esaan Allah Swt. yang terakhir adalah adanya awan. Awan dapat menampung air yang banyak guna mengairi lembah-lembah di muka bumi. Ia bekerja sama dengan angin untuk kemudian terjadi turun hujan. Kekuasaan Allah terlihat di awan ini, ia bergantung di antara langit dan bumi tanpa adanya cantolan dan tiang.

Pada akhir ayat Allah menutup dengan kata-kata “sungguh terdapat tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berfikir”. Ini dapat juga diartikan dengan perintah, yaitu ‘berpikirlah! Sistem alam raya yang sangat teratur ini tidak terjadi begitu saja, ada Dzat yang Maha Esa dan Maha Kuasa yang mengatur dan mengendalikan semuanya. Namun sayang sekali, hanya sedikit dari kita yang mau untuk berpikir. Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang berpikir. Amin

Andy Rosyidin
Andy Rosyidin
Mahasiswa Pascasarjana Institut Pesantren KH. Abdul Chalim (IKHAC), Mojokerto. Alumni Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Alumni PP. LSQ Ar-Rahmah, Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...