BerandaTafsir TematikCara Allah Menyembuhkan Hati yang Terluka: Tafsir Surah Al-Qashshas Ayat 10

Cara Allah Menyembuhkan Hati yang Terluka: Tafsir Surah Al-Qashshas Ayat 10

Berbicara mengenai hati yang terluka, rasanya tidak akan cukup halaman jika kita membahas luka apa saja yang pernah setiap orang alami. Beberapa di antaranya adalah luka karena kehilangan orang yang dicintai atau rasa sakit yang diakibatkan oleh orang yang kita cintai. Perkataan yang membuat terluka dari orang tua terhadap anaknya, anak terhadap orang tua, teman, sahabat, atau perkataan yang saling diucapkan oleh pasangan suami istri. Dan perlu untuk diketahui bahwa Allah akan menyembuhkan hati yang terluka, sebagaimana itu tertulis dalam FirmanNya melalui kisah dari ibu Nabi Musa.

Setiap orang pernah mengalami pengalaman yang membuat hatinya terluka, sedih bahkan trauma. Kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, berbagai penolakan dan segala bentuk penderitaan yang dialami manusia sampai-sampai banyak yang mungkin menyerah, berpikir tidak akan merasa pulih, bahkan tidak bisa melanjutkan hidup lagi. Hubungannya dengan hal tersebut, kali ini kita akan mentadaburi suatu ayat yang pada akhirnya diharapkan memberikan harapan besar kepada orang-orang yang sedang terluka atau hancur perasaanya, yaitu kisah Ibu Musa dalam Q.S Al-Qashshas ayat 10.

Tafsir Surah Al-Qashshas Ayat 10

Q.S Al-Qashshas [28]: 10

وَاَصْبَحَ فُؤَادُ اُمِّ مُوْسٰى فٰرِغًاۗ اِنْ كَادَتْ لَتُبْدِيْ بِهٖ لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا لِتَكُوْنَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

“Dan hati ibu Musa menjadi kosong. Sungguh, hampir saja dia menyatakannya (rahasia tentang Musa), seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, agar dia termasuk orang-orang yang beriman (kepada janji Allah)”

Ayat ini menggambarkan bagaimana perasaan Ibu Musa ketika telah menghanyutkan puteranya, Nabi Musa Alaihissalam. Ia merasa kosong dari seluruh urusan dunia kecuali tentang Musa. Disebutkan dalam tafsir Sayyid Qutb Fi Dzilalil Qur’an Jilid 9, 31 pada saat itu seakan-akan Ibu Musa bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, “Bagaimana ini? Bagaimana saya merasa aman terhadap buah hati saya, ketika saya lemparkan dia ke sungai? Bagaimana saya melakukan perbuatan yang belum pernah dilakukan oleh seorang ibu pun sebelumnya? Bagaimana saya mencari keselamatan untuk puteraku dalam ketakutan seperti ini? “. Ibu Musa tidak dapat berpikir, tidak sadar dan tidak dapat berbuat banyak. Ibu Musa dihinggapi rasa sedih, gelisah, cemas, takut, terluka, sehingga perasaanya menjadi kosong.

Baca juga: Hikmah Dibalik Ayat-Ayat Waris dan Derajat Perempuan di Masa Jahiliah

Karena keresahannya, Ibu Musa hampir saja mengatakan kepada semua orang bahwa ia telah menghanyutkan puteranya. Akan tetapi Allah meneguhkan hatinya لَوْلَآ اَنْ رَّبَطْنَا عَلٰى قَلْبِهَا “…Seandainya tidak Kami teguhkan hatinya…” Allah yang kemudian menguatkan hati Ibu Musa dan menjaganya supaya tidak kehilangan kontrol diri. Allah memberikan kekuatan menahan hati dan menjadikan pikirannya tenang, sehingga rahasia tersebut tidak diketahui orang-orang.

Hasby As-Shidiqy dalam Tafsir an-Nur, 4/3048  menambahkan bahwa Ibu Musa hampir-hampir meratapi puteranya itu dengan terang-terangan karena bingung dan panik. Ibu Musa hampir berbuat seperti itu seandainya Allah tidak menguatkan dan memberikan kesabaran. Pada akhirnya Ibu musa menjadi orang yang sungguh beriman dan percaya bahwa Musa akan kembali ke pangkuannya.

Demikian  pula dengan Hamka dalam tafsirnya al-Azhar jilid 7, 5304 menambahkan komentar “Begitulah orang yang mampu memelihara imannya, ia dapat mengendalikan diri, tidak lekas menggelora karena didorong oleh perasaan duka atau suka. Sebab ia sudah percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi selalu ada hubungannya dengan kehendak Allah Swt. Orang yang beriman tidak terlalu resah gelisah karena sulit dan tidak pula terlalu gembira ria lupa daratan karena diliputi rasa kebahagiaan dalam hati.”

Baca juga: Tafsir Ahkam: Bagaimana Hukum Khitan, Wajib atau Sekadar Anjuran?

Ketenangan yang Allah swt tanamkan kepada hati Ibu Musa yang sedang terluka, kemudian menjadikan Ibu Musa dapat berpikir  mengambil langkah selanjutnya. Hal tersebut tergambar pada ayat berikut:

وَقَالَتْ لِاُخْتِهٖ قُصِّيْهِۗ فَبَصُرَتْ بِهٖ عَنْ جُنُبٍ وَّهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

Dan dia (ibunya Musa) berkata kepada saudara perempuan Musa, “Ikutilah dia (Musa).” Maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak menyadarinya.”

Ibu Musa memerintahkan saudara perempuan Musa untuk mencari kabar puteranya yang tengah ia hanyutkan itu. Supaya diketahui keselamatan Musa, kemana hanyutnya peti, dan siapa yang menampungnya.

Allah Menyembuhkan Hati yang Terluka

Nouman Ali Khan seorang cendekiawan muslim Amerika dalam suatu kesempatan menyampaikan pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa Ibu Musa, sebagaimana video yang di unggah di channel You Tube Nouman Ali Khan Indonesia. Menurutnya, pelajaran dari surah Al-Qashshas ayat 10 akan sangat dekat dengan orang-orang yang sedang terluka, bersedih, mengalami keresahan hati bahkan trauma. Ibunya nabi Musa As dihadapkan dengan ujian yang sangat besar, ia dihadapkan dua pilihan yaitu melihat anaknya disembelih oleh tentara Firaun di depan matanya atau menghanyutkan puteranya di sungai yang ia tidak tau nasib dan keselamatannya.

Ibunya Nabi Musa tidak akan bisa berpikir sama sekali jika Allah tidak meneguhkan hatinya, Allah jadikan hatinya yang berkobar menjadi tenang dan membuatnya kembali ke kondisi normal. Menurut Nouman, terkadang kita berfikir karena sangat terluka dan kita berkata  “Saya tidak bisa memaafkan mu”, “Saya terlalu hancur atas apa yang terjadi”. “Saya tidak mungkin bisa melanjutkan hidup”. Akan tetapi dari ayat tersebut kita tau bahwa Allah dapat menyembuhkan.  Keimanan kepada Allah akan mempu membuat kita bisa melewati semua yang terjadi dan melanjutkan kehidupan.

Baca juga: Vaksinasi Covid-19 dalam Tinjauan Maqashid Al-Qur’an

Ibu mana yang bisa sembuh dari trauma bila melihat bayinya dihanyutkan di sungai dan merasa tidak bisa melihatnya lagi? bagaimana ia bisa pulih? Allah memberi kekuatan pada hatinya bahkan tidak hanya pulih, Ibu Musa dapat berpikir jernih setelahnya. Begitupun Allah akan turut campur tangan atas kondisi perasaan kita, bagaimanapun terlukanya.

Sebagaimana perasaan Ibu Musa yang dikendalikan oleh Allah, kita dapat berdoa meminta Allah agar mengendalikan segala perasaan terluka, sedih, ketakutan, trauma, kegelisahan atau segala keresahan yang kita alami. Percayalah bahwa Allah Maha Kuasa untuk memberi ketenangan pikiran, ketenangan hati dan memberikan kedamaian kembali. Allah dapat menghilangkan bekas luka secara total dan sepenuhnya.

Semoga kita selalu berharap dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, sehingga Allah menjadikan kita orang yang benar-benar beriman yang hidup dalam keadaan spiritual dan emosional yang sehat. Wallahu a’lam.

Mida Hardianti
Mida Hardianti
Mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...