Harus diingat bahwa sifat tawaduk adalah kerendahan hati (bukan kerendahan diri). Hatilah yang membuat orang berbeda. Hatilah yang membuat orang sombong terhadap Tuhan-Nya, dengan tidak patuh kepadanya, hatilah yang membuat orang sombong terhadap sesamanya, hati pulalah yang membuat orang menghargai orang lain.
Secara fisik manusia sama, tidak berbeda antara satu dengan yang lain. Seseorang tidak boleh merendahkan dirinya, terhadap siapa pun, karena derajatnya sama. Allah sendiri memuliakan manusia, lebih hebat dari makhluk yang yang lain. Dari mereka yang dimuliakan itu, ada yang paling mulia adalah yang hatinya sangat dekat kepada Allah dengan tingkatan takwanya yang paling tinggi.
Sifat tawaduk itu selalu mucul dari dua hal: pertama, dari pengetahuan tentang Allah, nama-Nya yang agung, sifat-sifat-Nya yang sejati, dan keyakinan akan kebesaran, keicintaan, dan keagungan-Nya. Pemikiran ini melahirkan sikap bahwa Allah adalah yang Maha Besar, Yang Maha Agung, tidak ada kebesaran dan keagungan kecuali kebesaran dan keagungan-Nya. Semua makhluknya adalah kecil, dan tidak memiliki keagungan dan kebesaran.
Baca Juga: Berbagai Cara Allah Menjaga Al-Quran dalam Tafsir Surah Al-Hijr Ayat 9
Kedua, dari pengetahun mengenai diri sendiri secara menyeluruh, termasuk cacat, kesalahan, dan dosa-dosa yang dimiliki. Pemahaman tentang diri secara menyeluruh akan melahirkan pandangan dan sikap bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, dengan segala kekurangannya. Yang maha sempurna hanyalah Allah. Karena itu, tidak ada hal yang dibanggakan oleh kita, kecuali memandang diri lemah, rendah, dan sangat miskin.
Seseorang yang memiliki pengetahuanm dan kesadaran seperti ini akan melahirkan sifat tawaduk yang tinggi pada dirinya. Memandang Allah yang tinggi, memandfamng dirinya rendah, tidak memiliki apa pun, memiliki pandangan bahwa orang lain sama di hadapan dan di matanya, dia tidak melebihkabn dirinya dari orang lain.
Kehinaan berarti kerendahan diri, keremehan dan keterpurukan dalam mendapatkan keinginan syahwat. Seseorang tidak boleh merendahkan dirinya untuk mendapatkan sesuatu untuk kepentingannya. Merendahkan diri dilarang di dalam agama, sekalipun untuk mencapai ketinggian derajat, dan kepangkatan.
Allah Swt sangat menyukai orang-orang yang memiliki sifat tawaduk, tetapi sangat membenci orang-orang yang merendahkan dirinya. Orang-orang yang telah beriman, kemudian murtad (kembali kepada kekafiran, maka mereka termasuk orang-orang yang sombong, ingkar terhadap terhadap Allah Swt. Allah membiarkan mereka berbuat demikian.
Allah Swt menggantikan mereka dengan kaum yang lebih taat dan tunduk terhadap Allah. Hal ini seperti yang tergambar dalam berbagai ayat di dalam QS. Al-Ma’idah [5]: 54 Allah menyatakan:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤
- Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.
Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang yang ingkar (murtad, kembali kepada kekafirannya) tidak akan mempengaruhi kekuasaan Allah sedikit pun. Allah akan membiarkan mereka melakukan tindakan seperti itu. Allah akan menggantikan mereka dengan orang-orang yang lebih taat, patuh, tunduk, dan tawadu‘ kepada-Nya.
Baca Juga: Cara Allah Menyembuhkan Hati yang Terluka: Tafsir Surah Al-Qashshas Ayat 10
Orang-orang yang memiliki ciri-ciri dalam ayat di atas adalah orang-orang yang telah mendapat karunia Allah yang luar biasa. Nikmat itu bisa diberikan oleh Allah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya.
Orang-orang yang taat kepada Allah itu adalah orang-orang yang tawaduk, merendah, dan patut, serta taat kepada Allah. Mereka patuh melaksanakan perintah Allah, dan patuh meninggalkan larangan Allah. Mereka seperti itulah orang-orang dicintai Allah, karena mereka pun mencintai Allah. Wallahu A”lam.