BerandaTafsir TematikTafsir EkologiDakwah Berwawasan Ekologi sebagai Solusi Pelestarian Lingkungan

Dakwah Berwawasan Ekologi sebagai Solusi Pelestarian Lingkungan

Pelestarian lingkungan merupakan salah satu isu penting pada saat ini. Limbah industri dan rumah tangga saat ini banyak yang secara material tidak dapat terurai dengan baik di alam. Misalnya, limbah plastik yang saat ini menjadi problem terbesar dalam pencemaran lingkungan, karena tidak mudah terurai di alam, sehingga mencemari baik tanah, air, maupun udara.

Guna mendukung kampanye pelestarian lingkungan, maka peran para pemuka agama sangat dibutuhkan dalam upaya memperkuat landasan gerakan ini dari sisi agama dan spiritual. Dalam Islam muncul suatu gerakan yang disebut dengan tafsir ekologis yang berusaha untuk menggali nilai-nilai yang terkandung di dalam Alquran guna memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususunya penganut agama Islam, bahwa pelestarian lingkungan merupakan bagian dari bentuk keimanan kepada Sang Pencipta (Tafsir Ekologis dan Problematika Lingkungan, 2020, hal. 1-18).

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا طٰۤىِٕرٍ يَّطِيْرُ بِجَنَاحَيْهِ اِلَّآ اُمَمٌ اَمْثَالُكُمْ ۗمَا فَرَّطْنَا فِى الْكِتٰبِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ يُحْشَرُوْنَ

Artinya: Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.(Q.S. Al-An’am [6]: 38).

Baca juga: Tugas Khalifah dan Krisis Ekologi: Tafsir Kiai Sahal Mahfudh [Bagian 1]

Jika Q.S. Al-An’am ayat 38 di atas diperhatikan, dapat dipahami bahwa di hadapan Allah setiap makhluk-Nya, baik itu manusia dan sekalian binatang, adalah sama. Bahkan Allah menyebut binang-binatang tersebut dengan sebutan umat.

Menurut Syaikh Muḥammad bin ‘Umar Nawawi al-Jawi, disebutnya binatang-binatang tersebut sebagai umat, adalah dikarenkan di dalam diri binatang terdapat insting untuk ikhtiar mencari rezeki, menghindari bencana, dan berkumpul dalam suatu kelompok (Marah Labid li Kasyf Ma’ani al-Quran al-Majid, 1, hal. 316).

Kesemuanya itu adalah kasih sayang yang Allah berikan kepada mereka. Dengan demikian, pada hakikatnya kehidupan manusia di muka bumi ini, diharuskan untuk juga memberikan ruang bagi binatang-binatang baik yang hidup di darat, air, maupun udara untuk dapat menikmati kehidupan di muka bumi.

Aktualisasi dakwah berwawasan ekologis

Salah satu upaya manusia dalam memberikan ruang hidup bagi binatang-binatang yang ada di bumi adalah dengan tidak merusak habitat alami mereka. Maka, meskipun manusia dianggap memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan binatang, tidak lantas manusia dapat bersikap semena-mena terhadap binatang.

Memburu dan mengeksploitasi mereka hingga punah, akan berdampak buruk pula bagi kehidupan manusia. Misalnya, perburuan paus oleh manusia akan berdampak buruk tidak hanya bagi ekosistem yang ada di laut, tetapi juga bagi pengaturan suhu planet bumi.

Baca juga: Tafsir Ekologi: Prinsip-Prinsip dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam

Tubuh paus yang mati dan tenggelam ke dasar lautan, akan menenggelamkan karbon ke dalam lautan dan mencegahnya terlepas ke atmosfer. Selain itu, bangkai paus tersebut akan menjadi makan bagi ratusan spesies binatang laut. Namun, jika paus mati karena diburu oleh manusia, dan tidak tenggelam ke dasar lautan, maka karbon akan terlepas ke atmosfir dan akan berdampak pada meningkatkan suhu planet.

Demikianlah, bahwasanya melestarikan binatang adalah perintah langsung dari Allah kepada manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah di muka bumi. Mengingat pentingnya hal ini, Rasululllah saw. bersabda: “Barang siapa yang membunuh seekor burung pipit dengan sia-sia, maka burung tersebut akan datang kepada Tuhan pada Hari Kebangkitan, dan mengatakan: Ya Tuhan, orang ini membunuhku dengan sia-sia, dia tidak memeliharaku, dan tidak pula membiarkan ku bebas makan di alam liar.” (H.R. al-Nasai).

Baca juga: Jual Beli Emisi Karbon, Upaya Pencegahan Kerusakan Iklim

Berdasarkan uraian tersebut, maka ajaran Islam sangat menghargai upaya untuk melestarikan alam. Islam memerintahkan manusia untuk memperlakukan binatang-binatang yang ada di bumi sebagai umat yang memiliki peran penting dalam ekosistem yang ada di bumi. Memburu binatang secara berlebihan sehingga mengakibatkan mereka punah, akan berdampak pada perubahan ekosistem yang pada umumnya mengarah kepada hal yang berdampak buruk pula bagi kehidupan manusia.

Frenky Mubarok
Frenky Mubarok
Dosen STAI Pangeran Dharma Kusuma Segeran Indramayu.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Q.S An-Nisa’ Ayat 83: Fenomena Post-truth di Zaman Nabi Saw

0
Post-truth atau yang biasa diartikan “pasca kebenaran” adalah suatu fenomena di mana suatu informasi yang beredar tidak lagi berlandaskan asas-asas validitas dan kemurnian fakta...