Dalam Alquran, banyak ayat doa yang konteksnya masih dalam rangkaian dari kisah para Nabi, sehingga doa pada ayat tersebut dinisbatkan pada Nabi yang sedang dikisahkan. Sebut saja doa Nabi Ibrahim, doa Nabi Yusuf, doa Nabi Adam, doa nabi Nuh, doa Nabi Muhammad dan seterusnya. Di bagian doa Nabi Muhammad, M. Quraish Shihab dalam Doa dalam Al-Quran dan Sunnah menjelaskan lebih panjang daripada doa Nabi-Nabi yang lain.
Mufasir Indonesia ini memahami bahwa doa Nabi Muhammad yang didapati dalam Alquran setidaknya mempunyai tiga ciri khas. Pertama, ada kalanya didahului oleh kata قُلْ (qul/ucapkanlah), ada kalanya pula tidak menggunakan kata tersebut. Kedua, doa tersebut pada umumnya tidak panjang. Ketiga, sering kali ada penjelasan tentang situasi dan kondisi pengucapan doa tersebut.
Baca Juga: Makna Doa dalam Kajian Semantik Alquran
- Doa-doa yang didahului oleh kata قُلْ (qul/ucapkanlah)
Surah Al-Isra [18]: 80
وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, masukkan aku (ke tempat dan keadaan apa saja) dengan cara yang benar, keluarkan (pula) aku dengan cara yang benar, dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(-ku).”
Menurut pemahaman M. Quraish Shihab, doa ini merupakan perintah lanjutan dari Allah kepada Nabi Muhammad saw. setelah sebelumnya, beliau diperintah untuk melakukan salat malam (tahajjud) dengan janji maqaman mahmuda (kedudukan yang terpuji).
Sementara itu, tim penerjemah Alquran Kemenag RI mengambil keumuman ibrah dari ayat doa ini, tidak hanya berlaku kepada Nabi Muhammad saw., sehingga tim tersebut melahirkan tiga poin maksud dari ayat ini. Pertama, doa ini untuk memohon kebersihan dan keikhlasan niat dalam beribadah. Poin pertama ini selaras dengan penjelasan Quraish Shihab yang menyinggung tentang kaitan doa ini dengan ibadah salat tahajjud. Kedua, ayat ini merupakan doa untuk memohon kebaikan sebelum masuk kubur dan ketika dibangkitkan dari kubur. Ketiga, Selain doa, ayat ini mengisyaratkan tentang perintah kepada Nabi Muhammad saw. untuk hijrah ke Madinah. (https://quran.kemenag.go.id/surah/17/80)
Surah Thaha [20]: 114
فَتَعَالَى اللَّهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Janganlah engkau (Nabi Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai pewahyuannya kepadamu dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku.”
Doa Nabi Muhammad saw. dalam ayat ini sudah sangat jelas, yaitu memohon tambahan ilmu kepada Allah. Tambahan ilmu ini bisa didapat oleh Nabi Muhammad saw. melalui wahyu atau cara lain yang Allah kehendaki. Demikian pemahaman Quraish Shihab tentang doa ini.
Setingkat Nabi saja, manusia paling mulia yang mendapat otoritas sebagai wakil Allah dalam menyampaikan ajaran-ajaranNya, dengan rendah hati berdoa kepada Allah untuk tambahan ilmu. Dengan demikian, berdoa ini adalah etika setiap manusia sebagai hamba Allah, tidak peduli apapun level dan kedudukannya.
Baca Juga: Tata Krama Berdoa
Surah Al-Mukminun [23]: 93-94
قُلْ رَبِّ إِمَّا تُرِيَنِّي مَا يُوعَدُونَ (93) رَبِّ فَلَا تَجْعَلْنِي فِي الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (94)
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, jika Engkau benar-benar hendak memperlihatkan kepadaku apa (azab) yang diancamkan kepada mereka, (93) Ya Tuhanku, janganlah Engkau jadikan aku termasuk kaum yang zalim.”
Mengutip penjelasan Quraish Shihab, terdapat dua hal bisa dipahami dari ayat doa ini. Pertama, kepribadian Nabi Muhammad saw. disinggung dalam ayat ini, yaitu pemimpin yang penuh kasih sayang kepada masyarakat yang dipimpinnya, baik yang seagama maupun yang tidak seagama, baik yang patuh maupun yang tidak. Kedua, betapa Allah menyayangi dan mengasihi Nabi Muhammad saw. sehingga seakan-akan Allah menunda siksaNya karena mempertimbangkan doa beliau. (M. Qurasih Shihab, Doa dalam Al-Quran dan Sunnah, 51).
Melihat konteksnya, ayat doa ini secara tidak langsung mungkin bisa dijadikan sebagai pedoman bagi setiap pemimpin yang ingin meneladani kepemimpinan Nabi Muhammad, yaitu selalu mendoakan kebaikan kepada masyarakat yang dipimpinnya, apa pun keadaan mereka.
Surah Al-Mukminun [23]: 97-98
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (97) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (98)
Katakanlah, “Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. (97) dan aku berlindung (pula) kepada-Mu, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.”
Melalui ayat ini, Allah juga mengajari Nabi Muhammad saw. untuk senantiasa memohon kepada Allah agar terlindungi dari bisikan dan gangguan setan. Seperti yang disampaikan pada penjelasan ayat doa sebelumnya, ayat doa ini mengisyaratkan anjuran yang sangat kuat tentang berdoa, karena Nabi Muhammad saja diperintahkan untuk berdoa. Selain itu, ayat doa ini secara tidak langsung juga menunjukkan betapa bahaya dan hebatnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bisikan dan gangguan setan. Oleh karena itu, kita senantiasa diperintah untuk berlindung kepada Allah atas godaan setan.
Surah Al-Mukminun [23]: 118
وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan rahmat. Engkaulah sebaik-baik pemberi rahmat.”
Pada ayat sebelumnya, ayat 117, Alquran menyinggung tentang orang-orang yang menyembah Tuhan selain Allah. Lalu pada ayat berikutnya, ayat 118, Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw. untuk memohon ampunan dan kasih sayang, tidak hanya untuk dirinya, tapi juga untuk umatnya, terutama untuk umat Nabi Muhammad yang disinggung di ayat 117 tersebut.
Surah Az-Zumar [39]: 46
قُلِ اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِي مَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
Katakanlah, “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang mengetahui segala yang gaib dan nyata, Engkaulah yang memutuskan di antara hamba-hamba-Mu apa yang selalu mereka perselisihkan.”
Menurut Quraish Shihab, kata Allahumma dalam doa terkesan lebih menunjukkan pada sifat kuasa dan perkasa Allah daripada sifat memelihara dan melindungiNya. Untuk dua sifat yang terakhir ini, biasanya lebih sering disimbolkan pada kata rabba dalam doa.
Surah Muawwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas)
Nabi Muhammad saw. memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan manusia dan jin. ketika surah ini turun, Nabi Muhammad saw. membaca keduanya. Demikian salah satu riwayat hadis seputar kedua surah tersebut. (Wahbah Zuhaili, at-Tafsir al-Munir)
Dalam keterangan yang lain, surah al-Falaq dan an-Nas memang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. agar beliau memohon perlindungan kepada Allah dari godaan dan kejahatan manusia (untuk surah al-Falaq) dan kejahatan jin (untuk surah an-Nas). (M. Quraish Shihab, Doa dalam Al-Quran dan Sunnah)
Baca Juga: Inilah 3 Keutamaan Surah Al-Muawwidzatain (Al-Falaq dan An-Nas)
- Doa tanpa kata قُلْ
قُلْ dalam ayat doa menandakan bahwa doa tersebut diperintah dan diajarkan oleh Allah langsung kepada Nabi Muhammad saw. Namun demikian, ada beberapa doa Nabi Muhammad saw. dalam Alquran yang tidak menggunakan kata قُلْ. Ciri-cirinya sebegai berikut:
Pertama, tanpa قُلْ, tapi menggunakan kata perintah, seperti pada surah An-Nahl [16]: 98. Kedua, tidak mengandung قُلْ, juga tidak ada kata perintah, namun ada nuansa permohonan, bisa diketahui dengan kata ربَّناatau semacamnya. Misal pada surah Al-Baqarah [2]: 201, dua ayat terakhir surah ini, ayat 285-286, dan seterusnya. Wallah a’lam