Nabi Nuh a.s. merupakan salah seorang dari lima nabi yang bergelar Ulul Azmi. Mereka dinilai sebagai nabi-nabi yang tangguh dan penyabar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan dari kaumnya sendiri ketika berdakwah. Salah satu ayat Alquran yag mengabadikan kisah Nabi Nuh a.s. adalah Q.S. Al-Mu’minun ayat 21-30.
Di redaksi ayat ini dikisahkan tentang penolakan dan hinaan yang diterima oleh Nabi Nuh dari kaumnya. Pemuka kaumnya menyeru kepada yang lain bahwa upaya Nabi Nuh tidak lain hanyalah untuk memosisikan dirinya sebagai yang utama karena mendapatkan gelar kenabian. Selain itu, ia dihina dengan dianggap sebagai laki-laki gila. Maka kemudian Nabi Nuh mengadu kepada Allah Swt. atas kedustaan kaumnya.
Kemudian Allah memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat bahtera atau kapal yang besar. Diperintahkan kepadanya untuk memuat setiap pasangan laki-laki dan perempuan sekaligus hewan-hewan. Hanya saja ia telah dilarang untuk mengangkut kaum yang telah mendustakannya. Ia juga dilarang untuk memberi rasa iba ketika banjir melanda dan kapal itu berlayar dengan selamat. Di dalam Alquran diabadikan beberapa doa Nabi Nuh yang diajarkan oleh Allah. Salah satunya ada pada ayat 29 dari surah Al-Mu’minun.
وَقُلْ رَّبِّ اَنۡزِلۡنِىۡ مُنۡزَلًا مُّبٰـرَكًا وَّاَنۡتَ خَيۡرُ الۡمُنۡزِلِيۡنَ
Dan berdoalah, “Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada tempat yang diberkahi, dan Engkau adalah sebaik-baik pemberi tempat.” (Q.S. Al-Mu’minun [23]: 29).
Perbedaan Ahli Qira’at ketika Membaca Kata مُنۡزَلًا
Di dalam Tafsir Al-Qurthubi dijelaskan bahwa di kata munzalan yang terdiri dari huruf mim, nun, zay, dan lam terdapat ikhtilaf (perbedaan) ulama. Mayoritas ahli qira’at membacanya dengan dhammah pada mim dan zay dengan fathah. Selain itu Imam ‘Ashim membacanya dengan fathah pada mim dan kasrah pada zay. Ini merupakan bentuk mashdar dari kata inzaala, yakni anzilnii-inzaalan-mubaarakan (Tempatkanlah aku dengan penempatan yang diberkati).
Baca juga: Mengenal Asal Muasal Doa Khatmil Quran
Sedangkan Zirr bin Jubaisy, Abu Bakar dari Ashim, dan Al-Mufadhdhal membacanya dengan mim berharakat fathah dan zay berharakat kasrah-dengan arti tempat. Maksudnya “Tempatkanlah aku di tempat yang diberkahi.”
Kandungan Makna Ayat
Para ulama menyatakan bahwa doa Nabi Nuh yang diajarkan Allah ini beliau baca ketika turun dari kapal. Ada juga beberapa ulama yang berpendapat doa tersebut beliau baca ketika berada di dalam kapal. Sebab, di ayat ini ada ada kalimat yang memuja Allah Swt. sebagai “Sebaik-baik pemberi tempat.”
Kata munzalan mubaarakan (tempat yang diberkati) menjadi kesatuan konsep di ayat tersebut. Maknanya sendiri bisa berubah-ubah bergantung dengan qiraat yang digunakan pembaca.
Berkat atau berkah memiliki makna bertambah atau menetapnya kebaikan. Dalam kitab At-tabarruk Anwauhu wa Ahkamuhu dijelaskan definisi barakah sebagai berikut; “Dengan ini, menjadi jelas bahwa barakah adalah menetapnya kebaikan dan kelanggengannya, atau banyaknya kebaikan dan peningkatannya, atau keduanya sekaligus.”
Baca juga: Teladan Nabi Ibrahim dan Ismail tentang Etika ketika Berdoa
Sumber lain yang mengulas kata berkah adalah Mu‘jam Maqāyis al-Lugah. Di sana disebutkan bahwa kata berkah berasal dari bahasa Arab ”baraka” yang terdiri dari huruf bā’, rā dan kāf yang berarti ṡabāt al-syai’ (tetapnya sesuatu). Kata ini memiliki cabang-cabang yang saling berdekatan satu sama lain. Dikatakan dalam bahasa Arab baraka al-ba‘īr–yabruku–burūkan, yaitu ketika unta menderum/mendekam di suatu tempat kemudian menetapinya.
Sedangkan menurut Kamus KBBI VI Daring, berkah diartikan dengan karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia; berkat dan mendatangkan kebaikan atau manfaat.
Hikmah Doa Nabi Nuh a.s.
Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa kejadian dalam ayat ini menunjukkan kuasa Allah Swt. untuk menyelamatkan orang-orang yang beriman dan membinasakan orang-orang kafir. Selain itu Allah menunjukkan kebenaran apa yang telah dibawa oleh para nabi. Dan sesungguhnya Allah Maha Menghendaki segala hal dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Keberkahan menjadi suatu hal yang didambakan oleh setiap umat muslim, juga menjadi iming-iming bagi setiap muslim yang beriman untuk giat melakukan ibadah. Keberkahan merupakan anugerah Allah Swt. yang diberikan kepada hamba-Nya yang dikehendaki. Walaupun tidak bersifat empiris (pembuktian indrawi), keberkahan akan diterima dan dirasakan oleh hamba-Nya. Bagaimana yang sedikit memberikan kecukupan, kemanfaatan, dan ketenteraman. Itulah yang disebut keberkahan, bertambahnya kebaikan karena kehendak Allah Swt. Keberkahan juga tidak bisa dipastikan akan bersifat materil.
Baca juga: Doa Nabi Yunus yang Dibaca Masyarakat Banjar Pada Arba Musta’mir
Mengutip pendapat Al-Qurthubi bahwa ayat ini telah menunjukkan perintah Allah secara global kepada hamba-Nya untuk membaca ayat ini ketika berlayar atau memasuki sebuah tempat. Termasuk juga ketika memasuki rumah, setelah mengucapkan salam hendaknya membaca doa yang terkandung di ayat ini. Karena keberkahan bisa berwujud apapun, hendaknya kita mengamalkan doa ini di setiap langkah usaha kita. Jika kita belajar, kita memohon agar ilmu yang didapatkan bisa berkah hingga bermanfaat kepada sesama. Jika bekerja, kita meminta agar rezeki yang kita dapatkan menjadi cukup dan bisa digunakan untuk beribadah.