Penjelasan mengenai doa penyesalan Nabi Adam as terkait kesalahan yang dilakukannya penting untuk diketahui, karena sebagai manusia biasa tentu tidak akan terlepas dari berbagai macam kesalahan, terlebih bagaimana cara mengatasi dan mengakui kesalahan tersebut.
Doa penyesalan Nabi Adam atau yang biasa dikenal dengan istighfar Nabi Adam as yang dibahas berikut ini ialah ketika setelah Nabi Adam as dan Hawa memakan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah swt. karena pengaruh atau godaan dari Iblis yang mengatakan bahwa alasan Allah melarang Nabi Adam as dan Hawa mendekati pohon itu sebab Allah tidak ingin mereka berdua kekal di dalam surga.
Baca Juga: Belajar Memperbaiki Kesalahan dari Kisah Nabi Adam
Ketika Allah Swt. menyeru pada Nabi Adam as dan Hawa, “Bukankah Aku telah melarang kalian dari pohon itu dan Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi kalian?”. Kemudian Nabi Adam as dan Hawa berdoa sebagaimana berikut:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِين
“Ya Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami serta memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Q.S. Al-A’râf [7]: 23)
Adh-Dhahhak bin Muzahim berkata, “Kata-kata itu merupakan kalimat yang diterima Adam dari Rabb-nya”. M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al-Misbah (4, 52) menjelaskan bahwa kalimat di atas merupakan jawaban dari seruan Allah sebelumnya, kalimat di atas juga menunjukkan penyesalan yang mendalam atas kesalahan yang telah dilakukan dan permohonan ampun yang begitu tulus kepada Allah Swt.
Poin penting yang dapat diambil berdasar penafsiran M. Quraish Shihab ialah bahwa setiap kesalahan akan diampuni oleh Allah apabila seseorang yang memperbuat kesalahan itu menyesal dan bertaubat. Taubat yang diterima oleh Allah ialah taubat yang benar-benar tulus dan dengan penyesalan atas kesalahan yang dilakukan.
Baca Juga: Ibrah Kisah Nabi Adam Memakan Buah dan Bencana dari Kerusakan Alam
Ath-Thabari dalam kitab tafsirnya Jami’ al-Bayân ‘an Ta’wîl Ay al-Qur’an (10, 900) menjelaskan ayat di atas dengan menukil riwayat yang artinya sebagai berikut.
حدثنا حسن بن يحيى، قال: حدثنا عبد الرزاق، قال: حدثنا معمر، عن قتادة، قال: قال آدم: يا رب أرأيت إن تبت واستغفرتك؟ قال: إذا أدخلك الجنة! أما الشيطان فلم يطلب منه التوبة أبدًا، بل طلب تأخيرًا للوقت. وأعطي كل واحد منهم ما طلبه.
Hasan bin Yahya menceritakan kepada kami, ia berkata: Abdurrazzaq mengabarkan kepada kami, ia berkata: Ma’mar mengabarkan kepada kami dari Qatadah, ia berkata: Adam berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana jika aku bertobat dan memohon ampun kepada-Mu?” Dia menjawab, “Kalau begitu Aku akan memasukkanmu ke dalam surga!” Sedangkan iblis, ia tidak pernah meminta tobat kepada-Nya, dan justru meminta penangguhan waktu. Masing-masing pun diberikan apa yang ia pinta.
Penjelasan dari riwayat di atas adalah bahwa Allah swt. senantiasa mengampuni hamba-Nya selama sang hamba bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya. Tidak ada kesalahan yang tidak diampuni oleh Allah apabila sang hamba mengakui kesalahan dan memohon ampunan.
Berdasar dari kisah Nabi Adam ini, dapat diketahui bahwa manusia sekelas Nabi Adam saja ketika berbuat kesalahan beliau langsung bertaubat dan memohon ampun, mengakui kesalahannya dan menerima konsekuensi atas kesalahan yang diperbuatnya. Lalu, kita sebagai manusia yang biasa-biasa saja, yang pastinya banyak melakukan kesalahan, apakah pantas bersifat angkuh dan sombong seperti iblis dengan tidak mau bertaubat?
Wallahu A’lam.