BerandaTafsir TematikDoa Sapu Jagat dan Tafsir Surah al-Baqarah : 201

Doa Sapu Jagat dan Tafsir Surah al-Baqarah [2]: 201

Umat Islam pada umumnya pasti mengetahui doa Sapu Jagat. Sebuah doa yang termaktub dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 201. Sejak kecil umat Islam di Indonesia misalnya, selalu diajarkan doa ini baik oleh kedua orang tuanya maupun guru yang mengajarkannya mengaji. Doa ini juga menjadi sebuah doa yang selalu hadir dalam setiap aktivitas keagamaan yang digelar oleh umat Islam.

Sejatinya mengapa disebut Sapu Jagat? Menurut pendapat mayoritas dikatakan bahwa dinamai Sapu Jagat sebab mencakup segala kebaikan baik di dunia maupun di akhirat. Ternyata definisi ini dikuatkan secara formal dan dapat dilacak di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Nah, sebenarnya mengapa doa ini begitu dahsyat? Maka menarik untuk mengulas doa yang sering dilafalkan ini dan melihat penafsiran ulama terhadapnya.

Doa Sapu Jagat yang termaktub dalam Q.S. al-Baqarah [2]: 201 berbunyi:

وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ رَبَّنَآ اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَّفِى الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَّقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Artinya: Dan di antara mereka ada yang berdoa, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka.”

Ada riwayat yang menunjukkan bahwa asal mula doa tersebut dianjurkan ialah tatkala ada seorang Sahabat yang sedang sakit dan kondisinya bagaikan anak burung yang belum tumbuh bulu. Maka Rasulullah menjenguknya dan bertanya kepadanya, “apakah kamu pernah berdoa atau meminta sesuatu kepada Allah?”

Sahabat tersebut menjawab, “aku berdoa agar Allah tidak memberikanku siksa di akhirat dan menyegerakannya di dunia.” Maka Rasulullah pun menjawab, “sungguh tidak ada yang mampu menanggung siksa Allah” maka sebaiknya engkau berdoa, “ya Allah berikanlah aku kebaikan di dunia dan akhirat serta lindungilah aku dari azab neraka.”

Terdapat beberapa pandangan ulama mengenai makna fi al-dunya hasanah. Dalam Jami’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an terdapat beberapa riwayat yang mengatakan maknanya ialah keselamatan (‘afiyah), lalu mendapat ilmu dan kekuatan dalam beribadah (‘ilm wa ‘ibadah) dan harta (mal).

Ibn Jarir sendiri memilih untuk tidak men-takhshish lafaz fi al-dunya hasanah ke dalam makna tertentu dan lebih menganjurkannya dihukumi sebagai lafaz ‘am. Dengan begitu, manusia tidak akan membatasi dirinya sendiri terhadap kebaikan yang akan Allah karuniakan kepadanya di dunia.

Baca Juga: Agar Doa Cepat Terkabul? Makanlah Yang Halal

Pada lafaz fi al-akhirah hasanah, mayoritas riwayat memaknainya sebagai surga yang akan diberikan di akhirat kelak. Ibn Jarir pun mengamininya dan mengatakan bahwa “surga” adalah makna terbaik. Adapun sebagai tambahan, dalam Fath al-Qadir juga terdapat riwayat yang mengatakan bahwa fi al-dunya hasanah ialah pasangan dan fi al-akhirah hasanah ialah bidadari.

Jika dihubungkan dengan ayat sebelumnya, maka ayat ini menjadi pembeda antara kaum Jahiliyah dengan umat Islam. Dahulu kaum Jahiliyyah tatkala usai melangsungkan Haji, mereka beramai-ramai mengingat-ngingat nenek moyang mereka dan membangga-banggakannya. Lalu mereka juga berdoa dan meminta segala kebaikan di dunia tanpa peduli akhirat, sebab mereka tidak percaya jika adanya kehidupan setelah hari akhir.

Maka Islam dengan ayat ini menyeru kepada umatnya agar selepas melangsungkan ibadah Haji agar senantiasa mengingat Allah dengan berbagai ibadah yang bisa dijalani di tanah suci dan melafalkan doa Sapu Jagat. Sebab, Islam menginginkan agar umatnya selalu mengingat Allah dan mendoakan kebaikan bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Lalu jika dikaitkan dengan ayat selanjutnya, maka akan didapati sebuah kesimpulan bahwa setiap insan akan mendapatkan balasan sesuai yang diusahakan. Maka bagi umat Islam yang gemar membaca doa Sapu Jagat dan gemar menebar kebaikan, niscaya kebaikanlah yang akan menjadi balasan baginya baik di dunia mapun di akhirat. Wallahu a’lam.

Alif Jabal Kurdi
Alif Jabal Kurdi
Alumni Prodi Ilmu al-Quran dan Tafsir UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Alumni PP LSQ Ar-Rohmah Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Belajar parenting dari dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

Belajar ‘Parenting’ dari Dialog Nabi Yakub dan Nabi Yusuf

0
Dalam hal parenting, Islam mengajarkan bahwa perhatian orang tua kepada anak bukan hanya tentang memberi materi, akan tetapi, juga pendidikan mental dan spiritual yang...