BerandaBeritaDunia Berduka, Intelektual dan Filsuf Asal Mesir Hasan Hanafi Wafat

Dunia Berduka, Intelektual dan Filsuf Asal Mesir Hasan Hanafi Wafat

Intelektual dan filsuf kebanggaan Mesir Hasan Hanafi wafat pada hari Kamis (21/10) di Mesir. Kabar ini datang dari platform media sosial dan sudah terkonfirmasi melalui berbagai situs yang mewartakan wafatnya beliau. Hasan Hanafi wafat dalam usianya yang ke-86 tahun dan meninggalkan banyak warisan gagasan terutama di bidang pemikiran Islam dan hermeneutika Al-Quran.

Hasan Hanafi wafat menyisakan duka cita mendalam sebagaimana disampaikan para muridnya yang ada di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Bagi para santri yang pernah tinggal dan menimba ilmu di Mesir, sepertinya tidak akan melewatkan perjumpaan dengan Hasan Hanafi. Hingga di akhir masa hidupnya, Hasan Hanafi masih tampak dengan tekun dan sabar berjumpa dengan para murid dan memberikan ilmu kepada mereka.

Untuk mengenang kepergian Hasan Hanafi, redaksi merangkum beberapa artikel tentang Hasan Hanafi yang terbit di tafsiralquran.id  

Hasan Hanafi, Eksponen Penting dalam Hermeneutika Al-Quran

Dalam artikel ini Miatul Qudsiya melihat peran penting Hasan Hanafi dalam mendedah hermeneutika Al-Quran. Menurutnya hermeneutika yang dikembangkan oleh Hasan Hanafi memang bukan sekadar metode untuk memahami teks Al-Quran saja, melainkan mencakup penjelasan tentang proses, situasi sejarah dan geenralisasi makna universal yang olehnya disebut sebagai hermenutika emansipatoris atau hermeneutika pembebasan bagi kalangan sarjana.

Lebih dari itu, ia juga memposisikan Al-Quran untuk mendeskripsikan manusia sesuai dengan kapasitas kemanusiaanya yaitu hubungan horizontal, tugasnya di dunia, kedudukannya dalam sejarah, serta peran sosial-politik sehingga mampu membawa kepada makna teks bahkan realitas itu sendiri.

Hassan Hanafi dan Paradigma Tafsir Pembebasan; Sebuah Refleksi Metodologis

Egi Tanadi Taufik melalui artikelnya menilai bahwa Hasan Hanafi berpegang teguh pada pemikiran bahwa penafsir merupakan figur yang memiliki keberpihakan ̶ berbeda dengan Rasul yang bertugas menyampaikan wahyu secara verbatim ̶ seorang penafsir dituntut untuk menjadi agen perubahan sosial. Dalam Al-Turast wa al-Tajdid: Mawqifuna min al-Turats al-Qadim, ia memaparkan bahwa penafsiran adalah kegiatan produksi dan dialektika antara pra-pemahaman penafsir dengan teks, bukan kegiatan transmisi makna, sebab sulit melacak makna awal yang objektif dari penurunan wahyu (murād Allah) yang bersifat transendental.

Di satu sisi, Hanafi berpendapat bahwa kalaupun makna objektif tersebut akhirnya mampu dilacak oleh seorang penafsir, ia tetap memerlukan upaya kontekstualisasi dan reproduksi makna sehingga nilai di dalamnya dapat diaplikasikan oleh pembaca modern. Sedangkan sisi lain, Hanafi menegaskan bahwa penafsir yang mengklaim dirinya berorientasi objektif akan kehilangan konteks dan relevansi bila tidak mengikatkan ideologi penafsiran dengan dimensi eksistensialnya. Dua pernyataan tersebut mengindikasikan semangat besar Hanafi untuk memunculkan produk tafsir yang praktis dan mudah diakses bagi umat Islam.

Inilah Delapan Metode Tafsir Tematik ala Hassan Hanafi

Pada artikel ini, Dini Astriani selaku penulis menyoroti metode tafsir tematik yang diusung oleh Hasan Hanafi. Sedikitnya ada delapan langkah yang ditawarkan Hasan Hanafi untuk menguak konsepsi universal yang terdapat dalam Al-Quran. 

Menurut Dini ciri pemikiran Hasan Hanafi dalam menafsirkan Al-Quran adalah; Pertama, menjadikan Al-Quran sebagai kitab petunjuk, “al-ihtida bi Al-Quran”. Kedua, cenderung menafsirkan Al-Quran dengan tidak hanya menerima makna literernya saja, namun melihat juga pada pesan yang ada dibalik teks Al-Quran. Artinya, ia juga melihat lebih jauh sasaran yang ingin dicapai oleh ungkapan-ungkapan literer tersebut.

Demikianlah rangkuman beberapa artikel tentang pemikiran sosok Guru yang mengajar di Cairo University ini. Hasan Hanafi wafat menyisakan lubang yang cukup dalam dan lebar. Semoga para murid baik yang menimba ilmu langsung maupun yang membaca karya-karyanya dapat terus menyalakan sinar pemikiran yang begitu cemerlang. Wallahu A’lam

 

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU