Hari raya Iduladha identik dengan pelaksanaan ibadah kurban sehingga kadang disebut pula dengan hari raya kurban. Masyarakat muslim yang berkemampuan secara finansial dianjurkan menyisihkan sebagian hartanya untuk berkurban dengan hewan kurban pada tanggal 10-13 Zulhijah.
Ibadah kurban diyakini bersama berawal dari kisah pengorbanan Nabi Ibrahim yang diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Dalam syariat Nabi Muhammad, ibadah ini tetap dipertahankan untuk dilaksanakan di setiap tahun.
Dalam rangka menyambut hari raya kurban, redaksi tafsirquran.id merangkum empat artikel menarik yang berkaitan dengan kisah awal mula ibadah kurban sebagai berikut.
Kisah Rencana Penyembelihan Nabi Ismail dan Asal-Usul Ibadah Kurban
Artikel ini menyajikan kisah cukup detail tentang perintah penyembelihan Nabi Ismail. Secara kronologis, penulis menceritakan awal mula bagaimana besarnya cinta Nabi Ibrahim kepada Ismail, anak semata wayang yang selama ini dinantikan kehadirannya. Hingga kemudian ujian Allah itu datang untuk menguji ketaatan mereka.
Penulis dalam tulisannya merujuk pada kisah yang tertuang dalam Q.S. Assaffat: 99-111. Adapun detail kisah banyak dikutip dari Tafsir Ibnu Kasir yang memang dikenal rinci dalam menafsirkan ayat-ayat kisah dalam Alquran.
Memaknai Hari Raya Kurban: Membaca Kembali Surah Alkausar Ayat 2
Artikel ini mengajak pembaca memaknai kembali ibadah kurban yang secara tersurat diperintahkan Allah dalam Q.S. Alkausar: 2. Penulis memaparkan beberapa hikmah, tujuan, dan filosofi ibadah kurban yang dirangkum dari penjelasan para ulama.
Di antaranya sebagaimana yang disebutkan dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji bahwa perintah berkurban merupakan wujud rasa solidaritas sosial yang dapat memperkuat tali persaudaraan antarindividu umat Islam. Selain itu, menyembelih hewan sejatinya juga adalah simbol dari menyembelih sifat-sifat kebinatangan seseorang yang menyesatkan, yang sering kali tidak peka dan tidak peduli terhadap penderitaan orang lain.
Parenting Demokratis ala Nabi Ibrahim dalam Q.S. Assaffat: 102
Artikel ini menyorot sisi lain yang jarang disampaikan ketika membicarakan kisah pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sisi lain itu adalah bagaimana terjalinnya komunikasi yang baik antara Ibrahim dan Ismail sebagai sosok ayah dan anak.
Ketika datang perintah dari Allah, Ibrahim memilih membicarakannya terlebih dahulu dengan sang anak dan meminta pandangannya, alih-alih langsung melaksanakan perintah tersebut. Dari sudut pandang parenting, apa yang dilakukan Ibrahim merupakan salah satu pola asuh yang berdampak positif bagi perkembangan anak.
Jangan Pernah Lupakan Sayyidah Hajar!
Tulisan berbentuk puisi ini karangan Nyai Hj. Badriyah Fayumi. Beliau juga menyorot sosok Sayyidah Hajar yang seringkali terlupakan di kisah awal kurban. Orang-orang lebih sering fokus pada keteguhan hati Ibrahim yang bersedia merelakan putra kesayangannya dan Ismail yang ikhlas dirinya dikorbankan. Padahal peran Hajar tidak kalah pentingnya, baik di ujian ini maupun di momen yang lain.
Tanpa keikhlasan, kepasrahan, keberanian, dan kesabaran Hajar, bisa jadi Ibrahim takkan sempurna menjalankan perintah Tuhannya; dan tanpa pengorbanan, kasih sayang, dan pendidikan rabbaniyah-nya, mungkin Ismail tak menjadi anak yang berbudi dan berbakti tiada tara di usia yang masih belia.
Sayyidah Hajar menurut penulis merupakan simbol kesetaraan ras dan kedudukan sosial. Dia menjadi inspirasi abadi bagi dunia, bukan karena keturunan dan kebangsawanannya, melainkan karena kekuatan imannya, kedahsyatan lakon hidupnya, dan keluarbiasaan karakternya.
Demikian empat artikel pilihan untuk menemani pembaca menyambut momentum hari raya kurban. Selamat membaca!