BerandaKisah Al QuranEsensi Sujud dan Fungsi Masjid Yang Sebenarnya

Esensi Sujud dan Fungsi Masjid Yang Sebenarnya

Esensi sujud adalah menundukkan semua keegoisan dan menanggalkan semua hal yang melekat dalam tubuh kita kepada Allah swt. Dalam artian kita menyadari bahwa semua yang kita peroleh kemarin, sekarang, dan esok tak terlepas dari anugerah dan rahmat Allah swt.

Maka esensi sujud ini sangat erat kaitannya dengan masjid, tempat di mana sujud sering dilakukan, khususnya pada saat melaksanakan ibadah sholat. Masjid itu terambil kata bahasa arab yaitu masjidun. Akar katanya adalah sajada-yasjudu-sujud, yang artinya secara bahasa adalah tunduk, patuh, taat, dan penuh penghormatan.

Sedangkan secara syariat adalah meletakkan Dahi, kedua telapak tangan, lutut dan kedua ujung kaki ke bumi. Bentuk gerakan lahiriah ini umumnya kita temukan pada saat umat muslim melaksanakan shalat. Sehingga berawal dari sinilah kemudian bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan shalat dinamakan dengan masjid, yang berarti “tempat bersujud”.

Baca juga: Tafsir Surat An-Nisa’ Ayat 97-98 tentang Hijrah

Di dalam Al Quran, kita sering menjumpai kata sujud melekat pada berbagai arti. Menurut Quraish Shihab, dalam bukunya Wawasan Al-Quran, beliau menjelasakan ada tiga esensi sujud yang bisa kita temukan dalam Al-Qur’an. Yang pertama, sujud dapat diartikan sebagai penghormatan dan pengakuan akan kelebihan pihak lain seperti sujudnya para malaikat kepada nabi Adam a.s sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 34,

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰࣤئِكَةِ اسْجُدُوْالِاٰدَمَ فَسَجَدُوْاࣤ اِلَّآ اِبْلِيْسَ ۗ اٰبٰى وَاسْتَكْبَرَ ۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ

“Dan (ingatlah)ketika kami berfirman kepada para malaikat, “sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir” (QS. Al-Baqarah: 34)

Yang kedua, sujud dapat berarti kesadaran terhadap kekhilafan serta pengakuan kebenaran yang disampaikan pihak lain, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Thaha ayat 70.

فَاُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوْاࣤ اٰمَنَّا بِرَبِّ هٰرُوْنَ وَمُوْسٰى

“Lalu para penyihir itu merunduk bersujud, seraya berkata, “kami telah percaya kepada Tuhannya Harun dan Musa.”(QS. Thaha:70)

Baca juga: Merenungi Tanda-Tanda Kekuasaan Allah di Surat Ar-Rum ayat 20-25

Yang ketiga, sujud berarti mengikuti maupun menyesuaikan diri dengan ketetapan Allah yang berkaitan dengan alam raya ini  yang secara salah kaprah dan populer sering dinamakan hukum-hukum alam, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an,

وَالنَّجْمُ وَالشَّجَرُ يَسْجُدَانِ

“Dan tetumbuhan dan pepohonan, keduanya tunduk (kepada-Nya). (QS. Ar-Rahman:6)

Setelah kita memahami arti sujud, selanjutnya kita perlu mengenal juga bagaimana tempat yang digunakan untuk bersujud, Yakni Masjid. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an

وَّاَنَّ الْمَسْجِدَ لِلّٰهِ فَلَا تَدْعُوْا مَعَ اللهِ اَحَدًا ۖ

“ Sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah menyembah  sesuatu pun selain Allah” (QS. Al-Jin:18)

Baca juga: Tafsir Surah An Nisa Ayat 34: Peran Suami Istri dari Pemutlakan hingga Fleksibilitas Kewajiban

 Dalam sebuah Hadits, Rasulullah Saw. Bersabda,

“telah dijadikan untukku (dan untuk ummatku) bumi sebagai masjid dan sarana penyucian diri” (HR. Bukhari dan Muslim melalui Jabir bin Abdullah).

Dari ayat Al-Qur’an dan hadits Rasulullah diatas, kita dapat menangkap makna bahwasanya masjid bukan hanya berarti sebuah bangunan yang digunakan khusus untuk bersuci mengambil air wudhlu dan tempat menunaikan ibadah  sholat, akan tetapi juga berfungsi sebagai sarana terhadap segala aktifitas manusia yang mencerminkan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah swt.

Sementara, Akhir-akhir ini kita banyak melihat fenomena dimana masjid ternyata hanya dijadikan sebagai simbol kekayaan para ta’mirul dan relawan kaya yang berkontribusi banyak dengan masjid tersebut. Karenanya, segala hal yang ditampilkan hanyalah berupa keindahan Arsitektur serta kelebihan material.

Baca juga: Tafsir Surah An Nahl Ayat 97: Tips Meraih Hidup Bahagia

Sementara esensi dari Masjid itu sendiri sedikit demi sedikit tergeser, menyalahi syariat sebagaimana yang telah dicontohkan dalam hadits Nabi Saw juga sebagaimana yang diajarkan oleh para ulama kita pada zaman dahulu. Penyalahgunaan fungsi masjid ini dijelaskan oleh Allah swt sebagai perilaku yang menggambarkan sifat kaum munafik yang merugikan umat muslim, sebagaimana  dalam firman-Nya

وَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَّتَفْرِيْقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَاِرْصَادًا لِّمَنْ حَارَبَ اللهَ وَرَسُوْلَهٗ مِنْ قَبْلُ ۗ  وَلَيَحْلِفُنَّ اِنْ اَرَدْنَآ اِلَّا الْحُسْنٰى ۗ وَاللهُ يَشْهَدُ اِنَّهُمْ لَكٰذِبُوْنَ.

“ Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang mukmin) dan karena kekafiran-(nya), dan untuk memecahbelah orang-orang mukmin, serta menunggu (mengamat-amati) kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu ( QS. At-Taubah: 107)

Lantas bagaimana fungsi masjid yang sesungguhnya ? Rasulullah Saw, telah mencontohkan hal tersebut dalam kehidupan beliau. Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, beliau sempat singgah di sebuah perkampungan yang bernama Quba. Beliau kemudian membangun Masjid untuk pertama kalinya  disana, yang kemudian dinamakan dengan Masjid Quba. Setelah Rasulullah sampai di Madinah, beliau membangun masjid kedua, yang dinamai Masjid Nabawi. Di masjid inilah Rasulullah melaksanakan segala aktivitas yang berkaitan dengan umat muslim.

Baca juga: Ketika Iblis Membangkang Sujud Kepada Adam

Dalam catatan sejarah, Masjid Nabawi banyak difungsikan untuk segala kegiatan Mulai dari sholat, musyawarah urusan Negara, mengajarkan Al-Qur’an dan pendidikan lainnya, tempat penyantunan sosial, tempat Latihan militer, tempat untuk mengobati  para korban perang, bahkan menjadi tempat pertemuan Rasulullah dengan para sahabat dan masyarakat yang ingin mengkonsultasikan perihal masalah hidupnya sehari-hari.

Kalau kita membaca sejarah, Betapa banyak fungsi Masjid yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dimana bersinggungan langsung dengan kehidupan masyarakat. Beda halnya dengan saat ini dimana masjid hanya di peruntukkan khusus untuk ibadah saja. Bagi Jama’ah yang beraktivitas di luar ibadah akan dilarang oleh Ta’mirul masjid tersebut bahkan disebagian tempat ada yang jama’ahnya di usir keluar dari masjid hanya karena Tidur sebentar melepas penat dalam perjalanan.

Semoga dengan penjelasan diatas, kita dapat memakmurkan masjid dan memfungsikannya sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Aamiin.

Harfin
Harfin
Mahasiswa Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, aktif di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...