Etika Islam di Ruang Publik

Etika Islam di Ruang Publik: Memadukan Adab dan Martabat dalam Relasi Sosial
Etika Islam di Ruang Publik: Memadukan Adab dan Martabat dalam Relasi Sosial

Di zaman sekarang, banyak pertemuan terjadi baik secara fisik maupun virtual. Kita sering berada dalam berbagai majelis, entah itu dalam seminar, diskusi, atau acara-acara lainnya yang mempertemukan orang-orang dengan latar belakang berbeda. Di situ, penting bagi kita untuk menjaga sikap agar pertemuan berjalan dengan baik dan semua orang merasa nyaman. Bagi seorang muslim, aturan dan sikap ini sebenarnya sudah diajarkan dalam Alquran, yang memberi panduan tentang bagaimana bersikap dengan baik di berbagai situasi.

Salah satu ayat yang berbicara tentang hal ini ada di Q.S. Al-Mujadalah: 11. Dalam ayat tersebut, Allah mengajarkan pentingnya memberikan kelapangan bagi sesama di dalam majelis atau di ruang publik, serta mengikuti arahan yang diberikan oleh pemimpin pertemuan. Dengan cara ini, suasana yang rapi dan tertib bisa tercipta, membuat pertemuan lebih menyenangkan bagi semua yang hadir. Allah Swt. berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al-Mujadalah [58]: 11).

Menariknya, ayat ini memadukan dua konsep sekaligus: empati dalam memberikan ruang publik kepada orang lain, dan penghargaan terhadap ilmu. Ini adalah nilai yang sangat mendasar dalam Islam, yang mengajarkan agar umat muslim selalu mengedepankan etika dalam pergaulan sosial serta menghargai orang lain tanpa memandang status atau kedudukan. Kedua konsep ini juga sangat relevan di dunia modern, di mana persaingan dan individualisme sering kali membuat seseorang lupa akan hak dan kenyamanan orang lain.

Baca juga: Keutamaan Ilmu dan Orang yang Berilmu Menurut Alquran dan Hadis

Menurut Sayyid Qutb, ayat ini mengandung pelajaran tentang bagaimana Allah menginginkan umat Islam untuk menciptakan suasana keterbukaan dan kerendahan hati dalam pertemuan. Beliau menyebutkan bahwa salah satu alasan turunnya ayat ini adalah karena beberapa sahabat enggan memberikan tempat bagi sahabat lainnya yang lebih berjasa, seperti pahlawan Perang Badar. Sikap ini kemudian dipandang tidak selaras dengan nilai keimanan dan keterbukaan yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Allah Swt. kemudian menurunkan ayat ini sebagai peringatan untuk mengutamakan kelapangan hati dan kedudukan iman daripada sekadar kepentingan egoistik atau kenyamanan pribadi (Fi Zhilal al-Qur’an, vol. 11, hal. 193–194).

Selain itu, Sayyid Qutb menambahkan bahwa ayat ini juga menjadi ujian bagi kaum munafik, yang kemudian mempermasalahkan perintah Nabi Muhammad saw. untuk bangkit dan memberi tempat bagi sahabat yang lain. Bagi kaum munafik, perintah tersebut dianggap tidak adil, padahal Allah menghendaki setiap muslim untuk mendahulukan kepentingan orang lain di atas ego mereka, khususnya ketika hal tersebut diperintahkan oleh pemimpin yang bertanggung jawab.

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (14/488–491) menambahkan dengan perspektif penting lainnya. Menurutnya, ayat ini mengajarkan keteraturan dan kedisiplinan dalam setiap majelis. Ketika seseorang diminta memberikan tempat, ia melakukannya dengan lapang dada, dan apabila diminta untuk berdiri atau bergeser, maka ia melakukannya tanpa merasa terpaksa. Ini menunjukkan betapa Islam sangat menganjurkan keteraturan dalam kegiatan sosial. Quraish Shihab juga menegaskan bahwa keimanan seseorang diukur dari ketaatannya terhadap perintah ini, yang sejatinya merupakan bentuk keikhlasan hati dan penghargaan terhadap sesama muslim.

Baca juga: Prinsip Saling Menghormati dalam Alquran

Selain itu, Quraish Shihab menyoroti bahwa ayat ini juga mengajarkan pentingnya menghargai orang yang lebih berjasa atau lebih membutuhkan tempat. Dalam konteks ini, beliau mengaitkannya dengan sistem protokoler modern di mana orang-orang yang memiliki peran penting diberikan tempat yang lebih terhormat di dekat pemimpin, seperti kepala negara. Jadi, penghargaan ini juga ada dalam syariat Islam dan telah diatur dengan sangat indah dalam ayat ini.

Kedua tafsir di atas menggambarkan pentingnya etika dalam interaksi di ruang publik, baik fisik maupun virtual. Dalam konteks kekinian, ayat ini dapat menjadi rujukan bagi semua umat Islam untuk bersikap terbuka, lapang dada, dan toleran dalam menerima kehadiran orang lain. Ayat ini juga menekankan nilai kedisiplinan dan penghargaan terhadap sesama yang bisa kita terapkan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk di tempat kerja, majelis ilmu, maupun ruang digital.

Pelajaran yang Dapat Diambil

  1. Mengutamakan Kepentingan Orang Lain: Dalam majelis ilmu, memberikan perhatian lebih pada orang lain merupakan wujud keimanan yang patut dicontoh. Ini mencerminkan sikap yang mulia dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kepribadian seorang muslim yang sejati.
  2. Kepatuhan pada Pemimpin: Ketika pemimpin atau pihak yang bertanggung jawab memberi arahan, kita diingatkan untuk menaatinya dengan penuh keikhlasan. Sebab, di balik setiap perintah tersebut, pasti terkandung hikmah yang besar, baik untuk kebaikan kita maupun untuk masyarakat luas.
  3. Melapangkan Hati dalam Berbagi Ruang: Islam mengajarkan kita untuk selalu bersikap lapang dada, tidak hanya demi kenyamanan pribadi, tetapi juga untuk menciptakan suasana yang harmonis di antara sesama. Dengan mengutamakan kebaikan bersama, kita mengikuti janji Allah untuk melapangkan hidup kita dan memberikan kemudahan bagi orang lain.

Baca juga: Tafsir Surah Al-Ahzab Ayat 33: Perempuan sebagai Pemeran Domestik dan Publik

Pada akhirnya, ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia akan terasa lebih lapang jika kita dapat melapangkan hati untuk sesama. Kepatuhan dan penghormatan terhadap sesama merupakan aspek penting yang harus dibina dalam pertemuan maupun pergaulan di ruang publik. Dengan menanamkan sikap-sikap tersebut, kita tidak hanya memperoleh kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, juga derajat yang lebih tinggi di sisi Allah Swt, sebagaimana dijanjikan dalam ayat ini. Wallahu a’lam.