BerandaTafsir TematikSurah An-Nisa Ayat 86: Prinsip Saling Menghormati dalam al-Qur’an

Surah An-Nisa Ayat 86: Prinsip Saling Menghormati dalam al-Qur’an

Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan interaksi. Setiap orang memerlukan penghargaan dan pengakuan dari sesamanya. Saling menghormati antar sesama manusia merupakan kewajiban dan kebutuhan. Menjaga hubungan antar manusia sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar. Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk menjaga hubungan baik dengan manusia atau dalam istilah Islam yakni hablu min al-nas. Salah satu ayat yang membahas tentang saling menghormati adalah Surah An-Nisa ayat 86:

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa)]. Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”

Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah (2002, hal 537) mengemukakan bahwa kata hayya/ hidup berarti do’a untuk memperpanjang usia. Kata tersebut pada mulanya tidak diucapkan kecuali pada raja atau penguasa. Bahkan dalam shalat diajarkan untuk mengucapkan al-tahiyyah (penghormatan) yang di tujukan hanya kepada Allah SWT. Hal ini untuk mengambarkan bahwa hidup dan sumber hidup yang tiada hentinya adalah Allah SWT. Oleh karena itu kata tersebut diartikan kerajaan, seakan-akan kehidupan raja itulah kehidupan sempurna.

Kata tersebut kemudian digunakan untuk menggambarkan segala macam penghormatan, baik dalam bentuk ucapan, maupun selainnya. Pada masa Jahiliah, masyarakat bila bertemu saling mengucapkan salam antara lain yang berbunyi hayyaka Allah yakni “semoga Allah memberikan untukmu kehidupan”. Adapun kata tahiyyah ini secara umum dipahami sebagai ucapan salam.

Baca Juga: Maqashid Al-Quran dari Ayat-Ayat Perang [3]: Menghormati Jiwa Hingga Menjaga Alam

Imam Abu Ja’far Muhammad bin Jarir ath-Thabari (2015, hal. 406) dalam Tafsir Ath-Thabari menjelaskan bahwa maksud ayat “Wa idza huyyitum bitahiyyatin (apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan),” adalah apabila seseorang didoakan dengan panjang umur, selamat, dan sejahtera, maka selayaknya orang yang didoakan mendoakan dengan lebih baik atau minimal setara.

Secara garis besar bentuk saling menghormati yang dilakukan seseorang kepada orang lain bisa dalam dua bentuk: saling menghormati melalui ucapan dan saling menghormati melalui perbuatan.

Saling menghormati dalam bentuk ucapan

Salah satu bentuk saling menghormati melalui ucapan di antaranya adalah makna tekstual dari Surah An-Nisa Ayat 86 yakni mengucapkan salam apabila berjumpa. Bentuk penghormatan melalui ucapan yang lazim ditemui di tengah-tengah kita adalah saat seseorang hendak memulai pidato. Pada umumnya, sebelum memulai pidato diawali dengan ucapan “yang terhormat, yang kami muliakan, yang kami banggakan”. Tidak hanya itu, terdapat berbagai ucapan lain yang kerap kali dijadikan sebagai penghormatan kepada orang lain, seperti kanda, dinda, tuan guru, kiai, ustadz.

Termasuk bentuk penghormatan dalam ucapan kepada Rasulullah saw adalah dengan bershalawat kepadanya sebagai bentuk kecintaan umatnya kepadanya. Bahkan Allah Swt serta para malaikat bershalawat kepada Nabi Muhammad. Ini menjadi indikasi kecitaan Allah kepada Nabi Muhammad, hal tersebut tertuang dalam Surah Al-Ahzab Ayat 56.

Allah Swt juga memerintahkan kepada kita untuk berkata baik kepada orang tua. Bahkan Allah Swt melarang penggunaan kata “ah” sebagai bentuk penentangan yang tidak meiliki etika kepada orang tua. Hal tersebut Allah sebutkan dalam Q.S al-Isra/16:23.

Saling Menghormati dalam Bentuk Perbuatan

Selain dalam bentuk ucapan, ungkapan atau ekspresi saling menghormati adalah dalam bentuk perbuatan. Ada beberapa bentuk yang bisa dinilai sebagai ekspresi saling menghormati dalam bentuk ini.

Mencium tangan

Mencium tangan adalah adat yang banyak dilakukan oleh berbagai bangsa. Di antaranya yakni, Indonesia, Arab, India, dan lainnya, juga sering melakukan kebiasaan mencium tangan. Umumnya orang yang usianya lebih muda akan menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, saat tangannya telah dijabat oleh orang tua, guru, sanak keluarga, atau orang yang usianya lebih tua. Seketika itu orang yang usianya lebih muda akan menciumi tangan  orang tua, guru, sanak keluarga, atau orang yang lebih tua sebagai bentuk penghormatan.

Berdiri menyambut tamu

Berdiri untuk menyambut seseorang tidak hanya dilakukan sebagai bentuk penghormatan, melainkan dapat juga dilakukan sebagai bentuk kasih sayang, terhadap seseorang.

Baca Juga: Teladan Cinta Kasih Nabi Muhammad Kepada Sesama dan Alam Semesta

Islam senantiasa mengajarkan untuk memberikan penghormatan, sekalipun orang yang telah meninggal dunia. Saat  keranda yang membawa jenazah tersebut melintas di hadapan umat Islam, maka syariatkan untuk berdiri hingga keranda yang membawa jenazah tersebut berlalu. Seperti Rasulullah Saw sabdakan dalam hadis yang diceritakan oleh Suraij binYunus dan Ali bi Hajr yang terdapat dalam kitab Shahih Muslim.

إِذَا رَأَيْتُمْ الْجَنَازَةَ فَقُومُوا فَمَنْ تَبِعَهَا فَلَا يَجْلِسْ حَتَّى تُوضَع

“Jika kalian melihat jenazah, maka berdirilah. Dan siapa yang mengikutinya, maka janganlah ia duduk hingga jenazah itu diletakkan.” (H.R Mutafaq Alaih)

Demikianlah beberapa hal yang terkait dengan prinsip saling menghormati dalam Al-Quran. Semoga bermanfaat. Wallahu A’lam.

 

M. Syawal Rosyid Darman
M. Syawal Rosyid Darman
Mahasiswa Magister UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Minat kajian Tafsir al-Qur’an dan Studi Keislaman
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

Cara Mengenalkan Alquran Kepada Non-Muslim Ala Ingrid Mattson

0
Ingrid Mattson adalah seorang aktivis, professor dalam kajian Islam dan seorang muallaf. Ia aktif di berbagai kegiatan sosial kegamaan seperti pernah menjadi Presidan Masyrakat...