Manna dan Salwa adalah dua hidangan spesial yang diturunkan kepada Bani Israil saat mereka berada di padang gurun (tih). Kedua hidangan ini selalu disebut beriringan oleh al-Qur’an dan selalu menunjukkan kenikmatan. Kedua hidangan ini disebut oleh al-Qur’an sebanyak tiga kali pada tiga ayat. Ketiga ayat ini adalah sebagai berikut:
Q.S. Al-A’raf (7): 160
وَأَنْزَلْنَا عَلَيْهِمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى
Dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa.
Q.S. Taha (20): 80
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى
Dan Kami telah menurunkan kepada kamu manna dan salwa
Q.S al-Baqarah (2): 57
وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى
Kami menurunkan kepadamu manna dan salwa.
Pengertian Manna dan Salwa
Di dalam al-Qur’an, salwa diartikan dengan seekor burung yang mirip dengan burung thamani (burung puyuh). Arti ini diperkuat dengan pendapat Ibnu ‘Atiyah dalam kitab Adwa’ al-Bayan fi Idah al-Qur’an bi al-Qur’an (4/74) yang menyatakan bahwa para ulama’ tafsir sepakat bahwa kata salwa dalam al-Qur’an menunjukkan salah satu jenis burung. Begitu juga pendapat mayoritas ulama’ lainnya. Namun, dalam konteks arab, kata ini lebih masyhur diartikan dengan madu, sebagaimana pendapat Ibnu Manzur dalam kitab Lisan al-‘Arab.
Baca Juga: Kuffar dalam Al-Quran Tidak Selalu Bermakna Orang-Orang Kafir, Lalu…
Sedangkan Manna menurut Sayyid Tantawi dalam kitab al-Tafsir al-Wasit (9/134) adalah hidangan yang rasanya manis dan menyerupai madu. Hidangan ini jatuh di atas pohon mulai dari terbit fajar sampai terbit matahari. Menurut Rashid Rid}a, yang menukil dari safar al khuruj , Bani Israil mengkonsumsi manna selama empat puluh tahun. Rasanya seperti roti yang dilapisi dengan madu. Bagi mereka, makanan ini sebagai ganti dari roti.
Namun demikian, bukan berati mereka tidak makan selain manna dan salwa. Mereka juga mengkonsumi daging – daging hasil peternakan, tetapi mereka tidak mengkonsumsi tumbuh – tumubuhan dan kacang – kacangan.
Kedua hidangan ini tidak pernah habis meski dikonsumsi setiap hari. Karena itu, Bani Israil tidak perlu bekerja keras, bersusah payah dan saling berebut untuk mendapatkannya. Kedua hidangan ini diturunkan oleh Allah setiap hari secara cuma-cuma (kecuali hari sabtu). Karena itu, Bani Isra’il tidak perlu menyimpan kedua hidangan ini pada tempat penyimpanan makanan. Kebutuhan pangan mereka benar-benar telah dicukupi oleh Allah Swt.
Disamping itu, Manna dan salwa adalah hidangan yang belum pernah dikonsumsi oleh umat para Nabi sebelum Nabi Musa as, sebagaimana dalam Q.S. al-Ma’idah (5) : 20.
وَآتَاكُمْ مَا لَمْ يُؤْتِ أَحَدًا مِنَ الْعَالَمِينَ
Dan (Dia) memberikan kepada kamu apa yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di antara umat yang lain
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, yang dimaksud dalam ungkapan “yang belum pernah diberikan kepada seorang pun di antara umat yang lain” pada ayat ini adalah Manna, salwa, batu (batu yang dipukul dengan tongkat Nabi Musa memancarkan air yang dapat diminum oleh Bani Isra’il) dan awan.
Manfaat Manna dan Salwa
Kata Manna dan salwa yang disebut oleh al-Qur’an secara bersamaan mengisyaratkan bahwa keduanya merupakan bahan pokok yang sangat penting bagi kesehatan Bani Israil. Manna mengandung karbohidrat nabati, sedangkan salwa mengandung protein hewani. Keduanya berfungsi sebagai kekuatan tubuh dan membangun sel darah merah dan putih dalam tubuh manusia. Salwa baik untuk pencernaan dan tubuh manusia dari pada daging ternak.
Menurut Zaghlul al-Najjar dalam kitab al-Hayawan Fi al-Qur’an (241), protein yang bersumber dari daging burung seperti burung puyuh bermanfaat untuk memperlancar pencernaan. Disamping itu, protein yang berasal dari daging burung lebih baik dari pada yang berasal dari daging hewan ternak.
Daging burung puyuh mengandung 21,10% protein, sedangkan kandungan lemaknya hanya 7,7%. Tingginya kandungan protein dan rendahnya kandungan lemak menyebabkan daging burung puyuh dapat dijadikan sebagai pilihan pemenuh kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Tetapi, beberapa masyarakat, khususnya dalam konteks Indonesia belum memahami manfaat burung ini.
Sedangkan karbohidrat nabati yang terdapat dalam Manna merupakan nutrisi utama yang dibutuhkan tubuh bersama protein dan lemak. Fungsi utamanya adalah sebagai sumber energi bagi tubuh. Sebagaian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktivitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan otot.
Baca Juga: Kisah Bani Israil Dalam Al-Quran dan Hidangan Dari Langit
Secara umum, kedua hidangan ini tidak memiliki efek samping saat dikonsumsi oleh manusia. Jenis hidangan ini jauh lebih baik dari pada model kehidupan di perkotaan yang biasanya orang suka mengkonsumsi makanan siap saji, daging – daging dan berbagai ragam makanan lainnya. Ditambah lagi polusi udara yang sangat membahayakan kesehatan.
Dengan demikian, bisa jadi kecerdasan Bani Isra’il dilatarbelakangi oleh konsumsi hidangan yang menyehatkan dan tersedia dalam jumlah yang sangat besar. Apalagi, selama empat puluh tahun mereka mengkonsumsi kedua hidangan ini secara terus menerus. Seluruh kebutuhan pangan mereka tercukupi dengan sempurna. Mereka tidak pernah mengalami busung lapar.
Namun, dengan berbagai anugerah nikmat yang Allah berikan kepada Bani Isra’il, sebagian besar dari mereka tetap tidak bersyukur dan terus berbuat dosa bahkan melakukan penganiayaan. Namun apa yang mereka lakukan itu, pada hakikatnya tidak lah mereka menganiaya Allah, justru merekalah yang berulangkali menganiya diri mereka sendiri. Wallahu A’lam.