BerandaTafsir TematikHinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang Diabadikan dalam Al-Quran

Hinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang Diabadikan dalam Al-Quran

Dalam menjalankan misi dakwahnya, sudah menjadi ujian tersendiri bagi para nabi untuk menerima segala hinaan dan cemoohan dari kaumnya yang tak mau beriman. Bahkan Nabi Muhammad saw tidak luput dari ujian tersebut. Al-Quran pun telah mengabadikan berbagai peristiwa hinaan terhadap Nabi Muhammad saw.

Dalam catatan sejarah, penyebaran Islam dari masa awal kerasulan Muhammad saw melalui perjalanan yang cukup panjang dan terjal. Di awal masa dakwahnya sudah mendapatkan tekanan, baik secara psikis maupun fisik. Beberapa tekanan fisik seperti pukulan, lemparan batu, pemboikotan hingga percobaan pembunahan sudah pernah dirasakan oleh Nabi Muhammad saw.

Beberapa tuduhan dan hinaan yang ditujukan kepada Nabi Muhammad yang kemudian direkam dalam Al-Quran antara lain sebagai berikut:

Tuduhan sebagai dukun

Satu tuduhan yang dilayangkan kaum Quraisy ialah menganggap Nabi saw sebagai dukun. Tuduhan itu kemudian dibantah oleh ayat al-Quran dalam surat at-Tur ayat 29-30 yang bunyinya:

فَذَكِّرْ فَمَا أَنْتَ بِنِعْمَتِ رَبِّكَ بِكَاهِنٍ وَلَا مَجْنُونٍ

أَمْ يَقُولُونَ شَاعِرٌ نَتَرَبَّصُ بِهِ رَيْبَ الْمَنُونِ

“Maka peringatkanlah karena dengan nikmat Tuhanmu (kamu) bukanlah seorang dukun dan bukan pula orang gila”

“Bahkan mereka berkata: “dia oadalah seorang penyair yang kami tunggu-tunggu kecelakan menimpanya”

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW, Ini Tiga Artikel Refleksi Peringatan Kelahiran Baginda Rasulullah

Ibnu Abbas ra dalam riwayatnya menceritakan bahwa ayat tersebut turun berkenaan dengan adanya orang-orang Quraisy yang berkumpul di Darun Nadwah untuk meembicarakan Muhammad saw hingga Salah satu dari mereka sampai menyarankan untuk mengikat tubuh Nabi saw dengan tali hingga datang masa ajalnya. Ini juga yang dilakukan mereka kepada para penyihir sebelumnya seperti Zuhair dan Nabighah. Oleh karena itu, Allah menurunkan ayat tersebut sebagai respon atas peristiwa tersebut. (Imam al-Suyuthi, Lubabun Nuqul fi Asbabin Nuzul, 1:201)

Ibnu Kathir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini membantah tuduhan yang disampaikan oleh para pendusta dan pelaku kedzaliman. Ayat ini seakan-akan berbicara bahwa “engkau bukanlah seorang dukun seperti yang dituduhkan para pembesar Quraisy”(Ibnu Kathir, Tafsir al-Quranul Adzim, 7:436)

Tentang lafad كَاهِنٍ, al-Asfahani menerangkan bahwa kahin atau dukun ialah orang yang menyampaikan kabar dan berita amsa lalu yang tersembunyi kemudian ditambahi dengan persangkaan yang boleh jadi benar, bisa juga salah. (al-Ragib al-Asfahani, al-Mufradat fi Garibil Quran,1:72)

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad SAW dan Pengangkatan Martabat Perempuan

Tuduhan sebagai penyair

Tuduhan ini berkaitan dengan risalah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw yakni berupa Al-Quran. bagi mereka yang tidak beriman, ayat-ayat Al-Quran tidak lebih dari sekedar syair-syair yang diciptakan Muhammad. Ini setidaknya terekam dalam surat al-Anbiya’ ayat 5. Allah berfirman:

بَلْ قَالُوا أَضْغَاثُ أَحْلَامٍ بَلِ افْتَرَاهُ بَلْ هُوَ شَاعِرٌ فَلْيَأْتِنَا بِآيَةٍ كَمَا أُرْسِلَ الْأَوَّلُونَ

“Bahkan mereka mengatakan: “(Al-Quran) ialah mimpi-mimpi yang kacau, atau hasil rekayasa (Muhammad), atau bahkan dia hanya seorang penyair, maka coba datangkanlah kepada kita suuatu tanda seperti halnya para rasul yang sudah diutus di masa terdahulu”

Husain at-Thabathaba’i dalam al-Mizan fi Tafsiril Quran menerangkan ayat tersebut dengan menggambarkan peningkatan penolakan terhadap risalah yang dibawa Nabi saw. Pertama, mereka menilai bahwa al-Quran hanyalah kumpulan mimpi yang kacau, yakni tidak bisa terlihat maknanya. Kedua, mereka mulai menuduh Muhammad sebagai penyair dan Al-Quran yang dibawanya tak lain hanya sebuah rekayasa/buatan. Ini juga mengindikasikan bahwa Muhammad sebagai penyair hanya menyampaikan syair berdasar pada imajinasi belaka.

Bantahan terhadap tudahan bahwa Nabi Muhammad saw merupakan penyair ini juga disampaian dalam firman-Nya pada surat Yasin ayat 69:

وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ

“Dan tidak kami mengajarkan kepadanya (Muhammad) tentang syair dan itu tidak pantas baginya, sungguh al-Quran itu tidak lain hanyalah sebuah pelajaran dan kitab yang jelas”

Baca juga: Teladan Akhlak Nabi Muhammad SAW Kepada sang Ibunda: ‘Saya Anak dari Seorang Perempuan’

Quraish Shihab menerangkan bahwa Muhammad saw memiliki kedudukan sebagai Rasul yang demikian terhormat sehingga sangat tidak wajar menjadi penyair. Di sisi lain, akhlak bawaan serta budi pekerti yang luhur juga bertentangan dengan para penyair terdahulu. Mereka (para penyair pada masa itu) sering tenggelam dalam minuman keras dan rayuan perempuan (Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah,11:188)

Tuduhan sebagai pembohong

Tuduhan sebagai “tukang bohong” juga pernah dilekatkan kepada Nabi Muhammad. Tuduhan ini mungkin yang sering ia dengar semenjak ia menyampaikan risalah kenabiannya. Salah satu firman-Nya yang menunjukan atas tuduhan orang kafir ialah dalam surat al-Furqan ayat 4 yakni:

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلَّا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا

“Dan orang-orang kafir berkata: “(al-Quran) ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan olehnya (Muhammad), dan dibantu oleh orang –orang lain, maka sungguh mereka telah berbuat dzalim dan dusta yang besar”

Mayoritas Mufassir berpendapat bahwa إِفْكٌ bermakna keterbalikan, kebohongan, tipu daya dan sebagainya. Ini bisa diartikan bahwa yang dilakukan Muhammad menurut kaum Kafir ialah kebohongan dan hanyalah pemutarbalikan fakta. Tuduhan ini seakan-akan memperlihatkan kebodohan kaum Quraisy. Padahal Muhammad sendiri sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul sudah dikenal di kalangannya sebagai al-Amin yakni orang yang jujur dan dapat dipercaya.

Tuduhan itu masih ada di masa sekarang

Selain beberapa tuduhan yang sudah disebutkan sebelumnya, masih banyak lagi tuduhan dan hinaan lain yang mengatakan bahwa Muhammad ialah orang gila dan sebagainya.

Adapun di masa sekarang, hinaan dan tuduhan itu masih terus ada. Hal ini diakibatkan karena mereka tidak benar-benar mengenal islam dan Nabi Muhammad saw. Sedangkan informasi yang mereka dapat malah dari mereka yang memusuhi Islam terlebih propaganda yang sudah disebarkan sejak perang salib.

Baca juga: Tafsir At-Taubah 128; Potret Cinta Nabi Muhammad Saw pada Umatnya

Kebencian mereka semakin diperparah dengan gambaran buruk sebagian kaum muslim yang akhir-akhir ini lebih memilih jalur ekstrim hingga menebarkan teror dimana-mana yang justru semakin menampakan kebodohannya.

Memang balasan bagi mereka yang menghina Nabi Muhammad sudah sangat jelas dan dijanjikan oleh Allah swt dengan siksa yang pedih. Namun respon sakit hati dan marah kaum Muslim terhadap para penghina Nabi Muhammad bisa dikatakan sebuah kewajaran.

Adapun Quraish Shihab menganggap bahwa hinaan dan tuduhan itu memang selalu beriringan dengan tugas dakwah para Nabi. Lebih lanjut, Quraish Shiahab memberi solusi dalam menghadapi penghinaan tersebut. Menurutnya berdakwah dengan meningkatkan informasi yang benar tentang ajaran Islam dan Nabi Muhammad saw merupakan cara yang baik untuk dilakukan dalam rangka melawan hinaan tersebut. Dakwah tersebut bisa dalam bentuk lisan, tulisan dan perilaku yang mencerminkan kebaikan. Wallahu a’lam[]

Muhammad Anas Fakhruddin
Muhammad Anas Fakhruddin
Sarjana Ilmu Hadis UIN Sunan Ampel Surabaya
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

penamaan surah Alquran

Penamaan Surah Alquran: Proses Penamaan Nonarbitrer

0
Penamaan merupakan proses yang selalu terjadi dalam masyarakat. Dalam buku berjudul “Names in focus: an introduction to Finnish onomastics” Sjöblom dkk (2012) menegaskan, nama...