BerandaTafsir TematikTafsir Surah Ali Imran Ayat 3: Hubungan Alquran dengan Taurat dan Injil

Tafsir Surah Ali Imran Ayat 3: Hubungan Alquran dengan Taurat dan Injil

Dalam beberapa ayat Alquran, disampaikan tentang status Alquran sebagai kitab suci sebagai rangkain dari kitab suci dari agama samawi sebelumnya; dan juga tentang hubungan Alquran dengan Taurat dan Injil. Salah satu ayat yang menyinggung hal tersebut yaitu surah Ali Imran ayat 3,

نَزَّلَ عَلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَأَنزَلَ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ

“Dia menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil.” (Q.S. Ali Imran [3]: 3)

Selain tentang hubungan Alquran dengan Taurat dan Injil, ayat ini memberikan penegasan mengenai tiga hal penting lainnya, yaitu kebenaran Alquran, pembenaran kitab-kitab suci terdahulu, serta kesinambungan wahyu ilahi dari Allah.

Salah satu aspek penting dalam ayat ini adalah pembenaran terhadap Taurat dan Injil. Alquran membenarkan ajaran pokok yang terkandung dalam kedua kitab tersebut. Menurut para ulama, pembenaran di sini tidak berarti bahwa seluruh isi Taurat dan Injil yang ada saat ini masih asli, tetapi merujuk pada wahyu aslinya yang diwahyukan kepada Nabi Musa dan Nabi Isa.

Baca Juga: Bagaimana Sikap Kita Terhadap Ajaran dalam Kitab Taurat dan Injil?

Ibn Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa Alquran datang untuk mengafirmasi kebenaran ajaran tauhid yang juga disampaikan dalam Taurat dan Injil, sekaligus meluruskan penyimpangan yang terjadi di dalamnya seiring berjalannya waktu. Demikian kurang lebih penjelasan Ibn Katsir dalam Tafsir al-Qur’an al-Azim.

Dalam kitab Al-Majmu’ karya Imam An-Nawawi, disebutkan bahwa pembenaran terhadap kitab-kitab terdahulu adalah bagian dari ajaran Islam yang mengakui adanya rangkaian wahyu Allah sebelum kedatangan Alquran. Hal ini menjadi salah satu bukti tentang adanya hubungan antara Alquran dengan Taurat dan Injil. Namun, penting untuk dicatat bahwa Islam meyakini bahwa Alquran merupakan wahyu terakhir yang tidak akan mengalami perubahan dan penyimpangan seperti yang terjadi pada wahyu sebelumnya.

Alquran bukan hanya membenarkan kitab-kitab terdahulu, tetapi juga berperan sebagai penyempurna wahyu ilahi. Sudah jamak diketahui bahwa Islam sebagai agama terakhir membawa ajaran yang lengkap dan sempurna, sesuai dengan kebutuhan umat manusia sepanjang masa. Alquran menyempurnakan ajaran moral, hukum, dan spiritual yang ada dalam kitab-kitab sebelumnya.

Baca Juga: Laknat Isa kepada Yahudi Perspektif Alquran dan Injil

Asal Kebenaran yang Satu dan Penerimanya yang Berbeda-beda

Perlu diingat juga, Alquran mengingatkan umat manusia bahwa kebenaran dari Allah itu satu, tetapi diterima oleh berbagai bangsa dan generasi melalui Nabi-Nabi yang berbeda. Sebagai contoh, Taurat mengandung hukum-hukum yang tegas, sementara Injil lebih berfokus pada aspek spiritual dan kasih sayang. Alquran hadir untuk menggabungkan kedua pendekatan ini, dengan memberikan hukum yang seimbang antara keadilan dan belas kasih. Ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 48:

 وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Alquran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…” (Q.S. Al-Maidah [5]: 48)

Ayat ini memperkuat argumen bahwa Alquran datang bukan hanya sebagai wahyu baru, tetapi juga sebagai ukuran kebenaran terhadap ajaran sebelumnya. Artinya, jika ada bagian dari kitab terdahulu yang tidak sesuai dengan Alquran, maka Alquran menjadi penentu kebenarannya.

Dalam ajaran Islam semua wahyu yang diturunkan kepada para nabi berasal dari Tuhan yang sama, yaitu Allah Swt. Pesan inti dari seluruh wahyu tersebut adalah tauhid, hanya ada satu Tuhan yang berhak disembah. Menurut Al-Baghawi dalam kitab Al-Tahdhib fi Fiqh Al-Imam Al-Syafi’i, wahyu-wahyu yang dibawa oleh para nabi sebelumnya sebenarnya memiliki esensi yang sama, yaitu untuk mengajak umat manusia kepada pengabdian yang tulus kepada Allah.

Jadi Alquran datang untuk mempertegas dan memperjelas ajaran tauhid bagi seluruh umat manusia. Meskipun pesan intinya sama, setiap kitab suci memiliki hukum dan aturan yang disesuaikan dengan kondisi umat pada zamannya. Alquran diturunkan untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Hal ini disebabkan karena ajarannya bersifat universal dan komprehensif, mencakup semua aspek kehidupan, baik spiritual, sosial, maupun hukum.

Baca Juga: Keterkaitan Al-Quran, Kitab-Kitab Terdahulu dan Keragaman Syariat

Salah satu hal yang sering kali diabaikan dalam diskusi mengenai Alquran dan kitab-kitab terdahulu adalah penghormatan Islam terhadap Taurat dan Injil. Meskipun Islam meyakini bahwa kitab-kitab tersebut telah mengalami distorsi (tahrif), Islam tetap memandangnya sebagai bagian dari rangkaian wahyu ilahi yang penting. Dalam Sunan Al-Tirmidhi, terdapat riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menempatkan kedudukan tinggi bagi wahyu-wahyu sebelumnya, namun tetap menegaskan bahwa Alquran adalah penyempurna dan penutup dari seluruh wahyu.

Alquran sebagai wahyu terakhir datang untuk memastikan bahwa pesan tauhid tetap terjaga dan dapat dijadikan pedoman bagi seluruh umat manusia. Dalam berbagai tafsir dan kitab-kitab fiqh, dijelaskan bahwa Alquran tidak hanya membenarkan kitab-kitab sebelumnya, tetapi juga menegaskan bahwa wahyu terakhir ini adalah yang paling sempurna. Dengan demikian, Alquran menjadi panduan yang shahih dan komprehensif bagi umat Islam.

Dengan menghormati wahyu terdahulu dan menyempurnakan ajaran-ajaran tersebut, Alquran menciptakan kesatuan dalam rangkaian pesan ilahi yang datang dari Tuhan yang sama. Sebagai umat Islam, memahami hubungan antara Alquran dan kitab-kitab sebelumnya adalah langkah penting untuk melihat kesinambungan pesan tauhid dan hikmah yang dibawa oleh setiap nabi Allah. Wallahu A’lam.

Thoha Abil Qasim
Thoha Abil Qasim
Santri Ma'had Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penafsiran Esoterik Peristiwa Eksodus Nabi Musa as. dalam Tafsir al-Alusi

0
Peristiwa eksodus adalah peristiwa meninggalkan tempat asal; kampung halaman, kota, atau negara. Dalam kisah Nabi Musa, ayat yang menjelaskan tentang peristiwa ini salah satunya...