Hukum bacaan dalam ilmu Tajwid terdiri dari berbagai macam. Hukum tersebut perlu dipahami secara utuh supaya dapat membaca al-Qur’an dengan benar sesuai kaidah. Setelah mengetahui hukum bacaan Nun Sukun dan hukum Mad, kali ini kita akan belajar tentang hukum bacaan Tarqiq dan Tafkhim serta perbedaan keduanya.
Pengertian Tafkhim dan Tarqiq
Tafkhim secara bahasa bermakna menggemukkan, menebalkan. Sedangkan secara istilahnya diibaratkan oleh Muhammad Shadiq Qamhawi seperti memasukkan minyak samin ke dalam bacaan huruf, sehingga mulut terlihat penuh saat membacanya. Lawan dari bacaan Tafkhim adalah Tarqiq.
Secara bahasa, Tarqiq berarti menipiskan. Adapun secara istilah diibaratkan seperti terdapat pergeseran dalam suara huruf, sehingga kondisi mulut tidak terlihat penuh saat membacanya.
Kedua bacaan ini, tafkhim dan tarqiq, secara garis besar berlaku pada huruf ل dan ر. Namun, ternyata sebagian Imam Qurra juga mencatumkan huruf Isti’la termasuk dalam bacaan Tafkhim. As-Syathibi dan Al-Jazari juga memiliki pandangan yang sama tentang pembahasan ini. Terlepas dari itu, metode penyampaian keduanya dalam karyanya masing-masing tetap memiliki kesan yang berbeda.
Karakteristik Tafkhim dan Tarqiq
Terdapat pembagian bacaan yang termasuk dalam kategori Tafkhim atau Tarqiq. Ciri-ciri umum dari Tafkhim adalah, setiap Huruf Ra’ yang berharakat Dhammah dan Fathah, serta Lam pada lafad Allah. Sedangkan Tarqiq adalah setiap huruf Ra’ yang berharakat Kasrah, dan Huruf Lam yang berharakat Fathah, Dhomah, Kasrah dan Sukun. Kategorisasi tersebut menurut Qira’at ‘Ashim. Berikut ini akan penulis paparkan karkateristik keduanya.
Baca Juga: Mengapa Kita Membaca Al-Quran dengan Qiraat Ashim Riwayat Hafs?
Huruf-huruf yang dibaca Tafkhim
- Huruf Ra’ yang berharakat Fathah atau Dhommah. Contohnya lafad
فَمَا رَبِحَتْ , رُسُلِهِ
- Semua huruf Isti’la tanpa terkecuali, baik yang berharakat Fathah, Kasrah, atau Dhommah. Huruf Isti’la ialah huruf خ, ص, ض, غ, ط, ق, ظ
- Ra’ Sukun yang sebelumnya huruf berharakat Kasrah atau Ya’ dan setelahnya berupa huruf Isti’la. Contohnya lafad و إرْصَادًا
- Ra’ Sukun yang sebelumnya huruf berharakat Kasrah ‘Aridh atau Hamzah Washal. Contoh: إنِ ارْتَبْتُمْ
- Lafad Allah yang sebelumnya Huruf berharakat Fathah atau Dhommah. Contohnya:
وَاللهُ غَفُوْرٌ, إِنَّ اللهَ عَلِيْمٌ
- Ra berharakat Fathah, Dhommah, Sukun yg sblmnya bukan huruf berharakat Kasrah asli (dalam satu kalimat). Ini merupakan pandangan as-Syathibi sebagaiman ditulis ad-Dani dalam At-Tahdid fi al-Itqon wa at-Tajdid. Contohnya:
بِرُؤُوْسِكُمْ, بِرَسُوْلٍ
- Ra’ berharakat Dommah yang diwaqafkan, baik ketika sblmnya brupa huruf berharaat Dhommah, Fathah, atau Kasrah lazim atau Ya’ yang disukun. Contoh: مُزْدَجَرٌ
- Jika diantara Ra’ dan huruf berharakat Kasrah ada sebuah huruf yang disukun, maka Ra’nya dibaca Tafkhim menurut Qira’at ‘Ashim. Contoh: الذِّكْرُ, حِذْرَكُمْ
- Ra’ Kasrah yg sebelumnya huruf berharakat Dhommah atau Fathah yang dibaca waqaf (sukun). Contoh:
مِنْ مَطَرٍ, بِالنُّذُرِ
Huruf-huruf yang Dibaca Tarqiq
- Ra’ berharakat Kasrah. Contoh: بِا الذِّكْرِ
- Ra’ Sukun yang sebelumnya huruf berharakat Kasrah. Contoh: وَاسْتَغْفِرْ
- Ra yang berharakat Kasrah yang sebelumnya bukan huruf berharakat Dhommah atau Fathah, baik washal atau waqaf. Contoh: مِنْ نَذِيْرِ
- Lafad Allah (Jalalah) yang sebelumnya huruf berharakat Kasrah.
فيِ سَبِيْلِ اللهِ
- Seluruh huruf Lam selain Lam Jalalah yang berharakat Dhommah dan Fathah. Contoh:
يقبل, الذين, للمتقين
- Huruf Ra’ Sukun yang sebelumnya berupa huruf berharakat Kasrah dalam satu kalimat
تُنْذِرْهُمْ
Wallahu A’lam. Semoga Bermanfaat.