BerandaTafsir TematikTafsir AhkamHukum Menuntun Bacaan Tahlil kepada Orang yang Mendekati Ajal

Hukum Menuntun Bacaan Tahlil kepada Orang yang Mendekati Ajal

Salah satu anjuran saat merawat orang yang mendekati ajal adalah dengan menuntunnya membaca tahlil. Hal ini bertujuan agar kata-kata terakhir yang dia ucakan adalah kalimat tersebut. Anjuran ini perlu dilakukan dengan hati-hati. Berikut keterangan para ulama.

Menuntun mengucapkan tahlil

Allah berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ

“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.” (Q.S. Ali Imran (3) 185).

Takala menguraikan kandungan ayat tersebut, Imam al-Qurthubi menerangkan beberapa etika saat menghadapi orang yang mendekati ajal. Salah satunya adalah menuntunnya mengucapkan bacaan tahlil. Beliau mengutip sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id al-Khudri terkait hal ini:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

“Ajarkan orang mati di antara kalian pada kalimat lailahaillallah.” (HR. Muslim).

Imam al-Nawawi di dalam Syarah Sahih Muslim menerangkan, maksud dari kata “orang mati” adalah orang yang mendekati ajal. Bukan orang yang sudah meninggal secara harfiah. Hal ini berdasar keterangan dalam hadis lain, bahwa orang yang menjelang ajalnya mengucapkan tahlil, maka dia akan masuk surga. al-Nawawi juga menyatakan bahwa hukum mengajarkan atau menuntun orang yang mendekati ajal mengucapkan kalimat tahlil adalah sunah. Para ulama pun sepakat pada hukum ini (Syarah Sahih Muslim/3/327).

Baca juga: Anjuran Berbaik Sangka kepada Allah Menjelang Ajal

Mula Ali al-Qari menyatakan, mayoritas ulama meyakini perintah dalam hadis tersebut menunjukkan hukum sunah. Namun zahir hadis di atas menunjukkan bahwa mengajarkan atau menuntun orang yang mendekati ajal mengucapkan kalimat tahlil, hukumnya adalah wajib. Dan hal ini diyakini oleh sebagian ulama mazhab Malikiyah. Bahkan mereka mengklaim bahwa para ulama telah sepakat pada hukum tersebut (Marqat al-Mafatih/5/330).

Dari sini dapat disimpulkan bahwa ulama berselisih pendapat mengenai hukum mengajarkan atau menuntun orang yang mendekati ajal mengucapkan kalimat tahlil. Ada yang berpendapat sunah, dan ada yang bependapat wajib. Sedang pernyataan adanya konsensus ulama, sepertinya hanya sekedar klaim belaka.

Teknis menuntun bacaan tahlil

Para ulama memberi ketentuan khusus dalam pelaksanaan anjuran tersebut.

Pertama, hendaknya orang yang menuntun tahlil tidak berpotensi dibenci oleh orang yang dituntun. Seperti orang yang dikenal hasud, musuh, atau ahli waris yang mungkin ingin segera memperoleh warisan. Namun, apabila hanya ada mereka, maka yang diutamakan adalah ahli waris yang paling memiliki kedekatan.

Kedua, cara mengajarkan kalimat tahlil jangan dengan ucapan “ucapkan la ilaha illallah!,” tapi cukup dengan membacakan kalimat tahlil agar dia kemudian tergerak menirukannya.

Baca juga: Etika Menjenguk Orang Sakit dalam Islam

Ketiga, maksud dari kalimat tahlil adalah “la ilaha illallah” saja dan tidak perlu menambahkan kalimat “Muhammad al-Rasul Allah”. Kecuali kalau orang yang mendekati ajal tersebut adalah seorang non-Muslim.

Keempat, dalam jangan menuntun dengan paksaan, agar tidak mengganggu orang yang dituntun.

Kelima, bila sudah berhasil mengucapkan kalimat tahlil, maka tidak perlu mengulangi. Kecuali bila orang yang dituntun mengucapkan kata lain setelahnya, meski itu adalah kalimat zikir (Hasyiyah Jamal/6/387-391)

Kesimpulan

Dari berbagai keterangan di atas dapat diambil kesimpulan tentang beberapa anjuran Islam terkait menghadapi orang yang mendekati ajal. Selain itu, uraian di atas menunjukkan bahwa Islam mengajarkan pemeluknya agar senantiasa memiliki keyakinan tauhid. Mulai dari lahir, umat Islam dianjurkan untuk diazani, sampai detik-detik terakhir kehidupan dengan dituntun kaliat tauhid. Kalimat tahlil adalah kalimah tauhid yang harus dijaga sampai mati. Wallahu a’lam.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

keserasian nilai-nilai pancasila dengan Alquran

Keserasian Nilai-Nilai Pancasila dengan Alquran

0
Pancasila sebagai hasil kristalisasi dari gagasan brillian para pejuang kemerdekaan dari berbagai kalangan telah menjadi suatu identitas yang melekat pada jati diri bangsa Indonesia....