BerandaKisah Al QuranIbrah Kisah Nabi Yusuf, Penjara sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah

Ibrah Kisah Nabi Yusuf, Penjara sebagai Sarana Mendekatkan Diri kepada Allah

Bagi kebanyakan orang, tempat seperti penjara adalah tempat yang amat dihindari. Tidak hanya sebab tempat itu mengisolasi diri, tapi juga yang memasukinya pasti dicap sebagai orang buruk. Entah orang itu dalam kenyataannya benar melakukan hal jahat atau tidak.

Namun bagi sebagian orang, terutama yang berpikir keselamatan dirinya dari melakukan hal yang dilarang Allah adalah paling penting daripada mendengar ucapan orang lain, penjara bisa jadi tempat yang paling aman. Aman dari kebebasan yang dapat membuat diri berlaku lalai sehingga melakukan hal jahat. Daripada ia bebas tapi kemungkinan besar melakukan hal buruk, lebih baik ia di penjara.

Salah satu tokoh mulia yang dapat kita jadikan suri tauladan dalam masalah ini adalah Nabi Yusuf. Nabi Yusuf memilih penjara daripada membiarkan dirinya bebas dan dapat dirayu dan diatur Zulaikha dan para wanita di sekitarnya. Padahal Zulaikha adalah sosok yang cantik, kaya dan memiliki pangkat. Lelaki manapun pasti akan tergiur oleh rayuannya. Nabi Yusuf tidak ingin dirinya terlena dan ia memilih dipenjara.

Baca juga: Belajar Menyembunyikan Nikmat dari Pendengki, Hikmah Kisah Nabi Yusuf dan Nabi Yaqub

Meminta Agar Dipenjara

Di dalam Surat Yusuf, Allah menceritakan. Usai selamat dari percobaan pembunuhan yang dilakukan saudara-saudaranya, Nabi Yusuf mendapat keberuntungan dirawat oleh seorang menteri kerajaan Mesir. Ia dibeli sebagai budak, tapi dirawat bak anak sendiri oleh sang menteri. Sayangnya, itu menjadi ujian baru terhadap hidup Nabi Yusuf. Istri sang menteri justru jatuh hati pada Nabi Yusuf dan hendak mengajaknya berbuat tidak senonoh. Nabi Yusuf lari dari rayuan perempuan yang bernama Zulaikha itu dan lebih memilih dipenjara.

Nabi Yusuf berkata:

قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ

 فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”

“Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui” (QS: Yusuf [12] 33-34).

Bagaimana bisa Nabi Yusuf lebih memilih penjara? Apakah penjara bukan tempat buruk baginya? Imam Al-Alusi dalam tafsirnya menjelaskan, ungkapan “penjara lebih aku sukai daripada” menunjukkan bahwa bagi Nabi Yusuf penjara tetaplah tempat yang buruk. Namun ia tidak lebih buruk daripada keburukan yang muncul akibat tergoda rayuan Zulaikha. Penjara menyimpan keburukan yang sedikit disertai keselamatan di akhirat. Sedang memenuhi rayuan Zulaikha menyimpan nikmat sesaat serta adzab serta kemarahan Allah yang besar (Ruhul Ma’ani/9/8).

Baca juga: Surat Yusuf Ayat 28 vs Surat An-Nisa Ayat 76, Benarkah Perempuan Lebih Berbahaya Daripada Setan?

Doa meminta dipenjara adalah bentuk kerendah hatian Nabi Yusuf, dalam memasrahkan kemampuan dirinya terhindar dari prilaku dosa, dengan meminta perlindungan kepada Allah dengan cara memasukkan dirinya di penjara. Nabi Yusuf bukannya tidak ingin berusaha menghindari rayuan Zulaikha, dengan meminta Allah agar mentaqdirkan dirinya masuk penjara. Buktinya, Nabi Yusuf lari saat Zulaikha mengajaknya berbuat tidak senonoh. Nabi Yusuf hanya meyakini, meski ia sudah sekuat tenaga berusaha, ia tidak akan bisa untuk tidak bergantung pada pertolongan Allah.

Menghindari Godaan Kecantikan dan Kekayaan

Imam Ibnu Katsir berkomentar, dalam kisah di atas kita bisa melihat bagaimana Nabi Yusuf yang berusia muda serta rupawan, dirayu oleh majikan perempuannya yang cantik, kaya serta berpangkat. Melihat keadaan itu, tindakan Nabi Yusuf menolak rayuan Zulaikha tentu bukanlah hal yang mudah. Terlebih penolakan itu berakibat Nabi Yusuf dipenjara. Oleh karena itu, penolakan Nabi Yusuf menunjukkan keteguhan dirinya untuk mengharap ridha Allah ta’ala (Tafsir Ibnu Katsir/4/387).

Sosok Nabi Yusuf dapat menjadi teladan untuk tidak mudah tergoda rayuan kecantikan dan kekayaan. Kita juga bisa belajar, bahwa untuk menahan diri dari melakukan hal-hal yang dilarang Allah, kadang kita juga harus mengisolasi diri di tempat yang sebenarnya kita benci. Bukan untuk menyiksa diri. Namun, agar terhindar dari keburukan yang lebih besar.

Baca juga: Mengulik Terjemah dan Ragam Penafsiran Al-Quran: Tafsir Surat Yusuf Ayat 18-20

Nabi Yusuf adalah salah satu contoh dari 8 orang pilihan yang dinyatakan nabi Muhammad sebagai akan memperoleh naungan Allah di hari tidak ada naungan selain naungan Allah. Nabi Muhammad bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa salah satu dari 8 orang pilihan itu adalah “lelaki yang dirayu seorang perempuan rupawan yang memiliki derajad lalu lelaki itu berkata: “Aku takut pada Allah”.

Wallahu a’lam[]

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian I)

0
Diksi warna pada frasa tinta warna tidak dimaksudkan untuk mencakup warna hitam. Hal tersebut karena kelaziman dari tinta yang digunakan untuk menulis-bahkan tidak hanya...