BerandaKhazanah Al-QuranMushaf Al-QuranInilah Daftar Karya Tafsir dan Terjemah Al-Quran Berbahasa Jawa dengan Huruf Carakan

Inilah Daftar Karya Tafsir dan Terjemah Al-Quran Berbahasa Jawa dengan Huruf Carakan

Dalam catatan Islah Gusmian Peneliti Khazanah Tafsir Nusantara, Kitab-kitab tafsir Al-Quran dan terjemah Al-Quran berbahasa Jawa terdapat tiga model. Pertama tafsir Jawa dengan huruf Arab pegon, kedua tafsir Jawa dengan huruf carakan dan ketiga tafsir Jawa dengan huruf latin/roman. Ketiga model ini merupakan produk penafsiran dari tiga identitas muslim yang berbeda. Penggunaan Arab Pegon identik dengan muslim pesantren, sementara huruf carakan identik dengan muslim keraton, dan huruf latin identik dengan muslim urban.

Identifikasi yang dilakukan oleh Gusmian ini terdapat dalam artikelnya yang berjudul Tafsir Al-Qur’an Bahasa Jawa: Peneguhan Identitas, Ideologi, dan Politik. Identifikasi Gusmian yang berbasis geososial-budaya tersebut kemudian memantik lahirnya karya-karya spesifik tentang Tafsir Al-Quran di Jawa, termasuk yang berhuruf carakan. Siti Mariatul Kiptiyah pada tahun 2020 lalu telah menerbitkan buku Warisan Islam Nusantara: Tafsir Al-Quran Carakan dan Narasi Reformisme. Buku tersebut menguak tafsir Al-Quran yang lahir dari rahim Muhammadiyah Surakarta yang ditulis dengan huruf carakan (hanacaraka).

Namun artikel ini tidak hendak membahas bagaimana anggota Muhammadiyah tempo dulu menafsirkan Al-Quran dengan bahasa Jawa Carakan. Melainkan menguraikan daftar kitab-kitab tafsir dan terjemahan Al-Quran yang menggunakan huruf carakan. Tentu, uraian dari karya Kiptiyah tersebut menjadi rujukan utama penulisan artikel ini. Berikut beberapa tafsir dan terjamah Al-Quran Jawa berhuruf Carakan.

Baca juga: Dinamika Perkembangan Tafsir Ilmi di Indonesia

Kitab Kur’an: Tetedakanipun ing Tembang Arab Kajawekaken

Kitab Kur’an ini sebenarnya bukanlah kitab tafsir, melainkan terjemah Al-Quran berbahasa Jawa. Mengutip Moch Nur Ichwan, Kiptiyah menyebut bahwa Kitab Kur’an ini adalah terjemah Al-Quran berhuruf carakan untuk kali pertama. Kitab yang tidak diketahui siapa penulisnya ini dipublikasikan pada tahun 1858 oleh percetakan Lange & Co. of Batavia.  Menurut Kiptiyah, meskipun bersifat anonim, kitab Kur’an ini lahir dari lingkungan kraton dilihat dari kultur bahasa dan aksaranya.

Secara fisik, Kitab Kur’an ini berukuran 24 x 28,2 cm dan memiliki 462 halaman. Keunikan kitab ini yaitu tidak mencantumkan teks Arab Al-Quran, namun memiliki tanda-tanda yang mirip dengan mushaf pada umumnya. Kitab ini bahkan dilengkapi tanda-tanda pembagian seperti rubu’, tsumun, nisf, dan juz.

Serat Al-Fatekah

Kitab Serat Al-Fatekah ini hampir sama dengan Kitab Kur’an. Identitas penulisnya tidak diketahui dan sama-sama berupa terjemah Al-Quran. Namun, dalam Serat Al-Fatekah ini terdapat cap berwarna merah yang menunjukkan stempel maka kerajaan Mangkunegaran IV (1853-1881). Identitas cap ini menunjukkan bahwa karya literatur Al-Quran beraksara Jawa carakan ini ditulis oleh tangan para penulis/ulama kraton Surakarta.

Kitab ini juga tidak menyertakan teks Arab layaknya Kitab Kur’an sebelumnya. Namun meskipun berjudul Serat Al-Fatekah, isi kandungan terjemahan ini lengkap 30 juz dengan jumlah 530 halaman.

Quran Jawi

Kitab selanjutnya masuk pada abad ke-20. Kitab ini bejudul Quran Jawi dan ditulis oleh kalangan kraton Surakarta. Literatur Al-Quran ini ditulis oleh tiga abdi dalem kraton Surakarta yaitu Ki Bagus Ngarpah, Mas Ngabehi Wiro Pustoko, dan Ki Rono Suboyo.

Baca juga: Pandangan Ulama Tentang Konsep Sinonimitas dalam Al-Quran

Secara fisik, Quran Jawi ini berukuran 36,5 x 23 cm dan bersampul tahun 1835 Jawa/1905 M. Naskah ini terdiri dari 791 halaman dan tidak menyertakan teks ayat Al-Quran.

Quran Jawen

Kitab ini ditulis oleh seorang penghulu kepatihan kraton Surakarta sekaligus guru Pesantren Manba’ul Ulum yang bernama Mas Ngabehi Muhammad Amin bin Abdul Muslim. Penghulu ini menulis terjemah Al-Quran berhuruf carakan lengkap 30 juz yang dibagi lima jilid. Kitab ini kemudian diterbitkan oleh penerbit A.B Siti Syamsiyah Surakarta pada tahun 1932-1935.

Quran ini menyajikan teks yang lebih komplit dari sebelumnya. Quran ini turut mencantumkan teks Arab di sebelah kanan dan terjemahan di sebelah kiri. Selain itu, Quran Jawen juga sudah menggunakan penomoran halaman dengan angka Arab.

Quran Jawen Muhammadiyah Surakarta

Quran Jawen ini ditulis secara kolektif oleh ulama Muhammadiyah Surakarta yang tergabung dalam Majelis Taman Pustaka. Kitab ini diterbitkan pada tahun 1927 M. Meskipun tidak disebutkan siapa ulama yang menulis, Quran jawen Muhammadiyah turut menunjukkan keaktifan organisasi Muhammadiyah dalam khazanah literatur Al-Quran di awal abad 20.

Baca juga: Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia dalam Diskursus Rasm Mushaf Indonesia

Kemudian Quran ini hanya ditemukan pada juz 10 yang berisi surah Al-Anfal ayat 41-75 hingga At-Taubah ayat 1-93. Sementara secara fisik, Quran ini berukuran 21 x 13 cm dengan tebal 78 halaman ditambah empat halaman sampul dan dua halaman revisi. Penyajian Quran ini terdiri dari tiga kolom, kolom kiri berisi teks Al-Quran, kolom tengah berisi nomor ayat, dan kolom kanan berisi terjemahannya. Kemudian terdapat footnote yang berisi keterangan tambahan di bawahnya.

Tafsir Quran Jawen Pandam lan Pandoming Dumadi

Tafsir Quran Jawen merupakan kitab tafsir berhuruf carakan yang juga diterbitkan oleh Muhammadiyah. Logo matahari bersinar menjadi identitas yang khas dalam tafsir ini. Dalam penelusuran Kiptiyah, tafsir ini hanya terdiri dari juz satu yang dibagi dalam dua jilid. Jilid pertama mulai dari Surah Al-fatihah sampai Al-Baqarah ayat 51. Sementara jilid kedua terdiri dari Surah Al-Baqarah ayat 52 sampai 141. Sayangnya, tafsir yang diterbitkan pada tahun 1928 ini tidak berhasil diketahui siapa penulisnya. Namun, tafsir ini diketahui diterbitkan oleh Boekhandel A.B Siti Syamsiyah.

Baca juga: Annabel Gallop, Pakar Mushaf Kuno Nusantara dari Inggris

Tafsir Quran Jawen ini memiliki sistematika penyajian yang berbeda dengan Quran Jawen. Format halaman dalam kitab tafsir ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kiri, kanan dan bawah. Bagian kanan berisi ayat Al-Quran, kiri berupa transliterasi Arab-Jawa, dan bagian bawah berisi penafsirannya.

Tafsir Surat Wal Asri

Kitab Tafsir ini tidaklah lengkap yang mencantumkan seluruh Al-Quran 30 juz. Kitab ini hanya berisi tafsir surah Al-Asr. Kitab ini memiliki penjelasan yang cukup Panjang karena mencapai 16 halaman, meskipun hanya membahas 3 ayat saja. Kitab ini merupakan karya Siti Chayati yang diterbitkan pada tahun 1924 oleh Worosoesilo, Surakarta. Saat ini kitab Tafsir Surat Wal Asri ini disimpan di Perpustakaan Radya Pustaka Surakarta dengan kode Taf 297.122.

Dari uraian tersebut ada catatan menarik dari Kiptiyah, bahwa tafsir dan terjemah Al-Quran berhuruf carakan semakin lengkap dan sempurna pada abad ke-20. Sementara pada abad ke-19, literatur Al-Quran berhuruf carakan ini hanya menampilkan penerjemahan belaka, bahkan tanpa adanya teks ayat Arabnya.

Wallahu a’lam[]

Zainal Abidin
Zainal Abidin
Mahasiswa Magister Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal-Universitas PTIQ, Jakarta. Juga Aktif di kajian Islam Nusantara Center dan Forum Lingkar Pena. Minat pada kajian manuskrip mushaf al-Quran.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah at-Taubah ayat 122_menuntut ilmu sebagai bentuk cinta tanah air

Surah at-Taubah Ayat 122: Menuntut Ilmu sebagai Bentuk Cinta Tanah Air

0
Surah at-Taubah ayat 122 mengandung informasi tentang pembagian tugas orang-orang yang beriman. Tidak semua dari mereka harus pergi berperang; ada pula sebagian dari mereka...