BerandaKhazanah Al-QuranInilah Lima Keadaan Nabi Muhammad SAW Ketika Menerima Wahyu Al-Quran

Inilah Lima Keadaan Nabi Muhammad SAW Ketika Menerima Wahyu Al-Quran

Nabi Muhammad saw menerima wahyu Al-Quran dalam lima keadaan. Bagaimana keadaan saat wahyu diturunkan kepada Nabi Muhammad? Apakah Allah menyampaikan wahyu tersebut langsung kepada Nabi Muhammad, atau selalu melalui perantara Malaikat Jibril? Apakah wahyu diturunkan lewat mimpi, di alam nyata, atau bisa keduanya? Inilah mungkin sederet pertanyaan yang mungkin terbersit dibenak pembaca yang tertarik dengan tema proses pewahyuan Al-Quran.

Bagaimana proses tatkala wahyu diterima oleh Nabi Muhammad, adalah salah satu hal diperbincangkan oleh para ulama dalam kajian ilmu Al-Quran. Hal ini menjadi tambahan informasi, untuk mengetahui seperti apakah keadaan saat wahyu diterima oleh Nabi Muhammad. Salah satu ulama yang mengulasnya dengan cukup rinci adalah Imam As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan Fi Ulumil Qur’an (Al-Itqan/1/127).

Lima Gambaran Keadaan Nabi Tatkala Menerima Wahyu

Imam As-Suyuthi menjelaskan bahwa berdasar keterangan para ulama, ada 5 gambaran mengenai proses penerimaan wahyu:

Pertama, malaikat mendatangi Nabi Muhammad serupa suara lonceng. Imam Bukhari meriwayatkan dari Sayyidah ‘Aisyah bahwa Haris ibn Hisyam suatu kali bertanya kepada Nabi Muhammad, tentang bagaimana keadaan pada saat wahyu diterima oleh beliau? Lalu Nabi Muhammad menjawab:

أَحْيَانًا يَأْتِينِى مِثْلَ صَلْصَلَةِ الْجَرَسِ – وَهُوَ أَشَدُّهُ عَلَىَّ – فَيُفْصَمُ عَنِّى وَقَدْ وَعَيْتُ عَنْهُ مَا قَالَ ، وَأَحْيَانًا يَتَمَثَّلُ لِىَ الْمَلَكُ رَجُلاً فَيُكَلِّمُنِى فَأَعِى مَا يَقُولُ

Dalam satu waktu, malaikat mendatangiku serupa suara lonceng. Itu adalah keadaan terberat bagiku. Hal itu lalu selesai dan aku telah memahami apa yang ia ungkapkan. Dan dalam satu waktu, malaikat mendatangiku serupa lelaki. Ia mengajakku bicara, lalu aku faham dengan apa yang ia katakan (HR. Imam Bukhari).

Baca juga: Wahyu Al-Quran dan Keteladanan Nabi Muhammad Saw Sebagai Pejuang Kemanusiaan

Terkait gambaran ini, ada yang menyatakan bahwa suara lonceng tersebut adalah suara kepak sayap malaikat. Suara itu seakan menjadi tanda bagi Nabi Muhammad untuk memusatkan perhatiannya terhadap wahyu yang diturunkan kepada beliau. Sebagian ulama menyatakan, ini adalah gambaran turunnya wahyu tatkala wahyu tersebut berisi ancaman.

Kedua, wahyu disampaikan pada Nabi Muhammad dengan cara ditiupkan ke hati beliau. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari sahabat Anas ibn Malik:

إنَّ رُوْحَ القُدْسِ نَفَثَ فِي رُوْعِي أَنَّهُ لَنْ تَمُوْتَ نَفْسٌ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا وَأَجَلُهَا

Sesungguhnya malaikat jibril membisikkan dalam hatiku, sesungguhnya seseorang tidak akan mati sampai sempurna rizki dan ajalnya (HR. Al-Hakim).

Terkait gambaran ini Imam As-Suyuthi berkomentar, bisa saja wahyu ditiupkan ke hati Nabi Muhammad usai malaikat mendatangi nabi serupa suara lonceng, atau menyerupai manusia (Al-Itqan/1/127). Artinya, bentuk dari gambaran ini terjadi tidak sendirian. Namun terjadi usai bentuk gambaran penerimaan wahyu yang pertama atau kedua.

Ketiga, malaikat mendatangi Nabi Muhammad dalam bentuk sesosok manusia. Ia lalu mengajak beliau bercakap-cakap. Hal sebagaimana ditunjukkan di dalam hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari di atas. Dalam beberapa keterangan disebutkan, berdasar pengakuan Nabi, cara ini adalah cara paling nyaman yang dialami nabi.

Baca juga: Tadabbur Atas Surat Al-‘Alaq Ayat 1-5: Wahyu Pertama Perintah Membaca

Keempat, malaikat mendatangi Nabi tatkala Nabi tidur. Termasuk ayat yang diturunkan dalam keadaan seperti ini menurut sebagian ulama adalah Surat Al-Kautsar. Diriwayatkan dari sahabat Anas ibn Malik:

قَالَ بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ بَيْنَ أَظْهُرِنَا إِذْ أَغْفَى إِغْفَاءَةً ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا فَقُلْنَا مَا أَضْحَكَكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « أُنْزِلَتْ عَلَىَّ آنِفًا سُورَةٌ ». فَقَرَأَ « بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ) »

Anas berkata: suatu hari saat Rasulullah saw. berada di hadapan kami, beliau tertidur sebentar kemudian terjaga mengangkat kepala sembari tersenyum. Lalu kami bertanya: “Apa yang membuat anda tertawa, wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Barusan sebuah surat diturunkan kepadaku”. Nabi kemudian membaca Surat Al-Kautsar” (HR. Imam at-tirmidzi).

Kelima, Allah swt berbicara langsung kepada Nabi Muhammad saw. baik di alam nyata sebagaimana dalam hadis yang menerangkan Isra’ Mi’raj, atau di alam mimpi. Wallahu A’lam.

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...