Di antara keunikan Al Quran dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan, salah satunya menggunakan metode matsal (perumpamaan). Matsal menjadi salah satu gaya bahasa Alquran yang menggugah nalar manusia agar selalu berfikir secara jernih dan tepat. Tulisan ini akan mengungkap tiga makna metode matsal menurut para ulama.
Metode matsal sendiri ternyata telah memunculkan tafsir beragam di kalangan ulama atas pemaknaan matsal. Al-Suyuthi misalnya dalam al-Itqan fi ‘Ulum al-Quran membagi matsal menjadi dua bagian, yaitu amtsal al-musharrahah dan amtsal al-kaminah. Baca juga:Tiga Pendapat Status Urutan Surat dalam Al Quran
Sedangkan Manna’ al-Qathan dalam Mabahits fi ‘Ulum al-Quran dan Muhammad Bakar Ismail dalam Dirasat fi ‘Ulum al-Quran membagi matsal menjadi tiga macam, yaitu al-Musharrahah atau al-Qiyasiah, al-Kaminah dan al-Mursalah. Di mana penjelasan Manna al-Qathan dan Bakar Ismail akan diulas dalam tulisan ini.
Amtsal al-Musharrahah
Amtsal al-Musharrahah atau al-Qiyasiah adalah perumpamaan yang di dalamnya menggunakan lafal matsal. Atau bisa juga sesuatu yang menunjukkan kepada pengertian lafal tersebut, tasybih dengan menggunakan huruf kaf. matsal semacam ini banyak dijumpai dalam Alquran. Di antaranya Q.S. al-Baqarah [2]: 17 dan 19
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًا ۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا يُبْصِرُوْنَ
اَوْ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ فِيْهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعْدٌ وَّبَرْقٌۚ يَجْعَلُوْنَ اَصَابِعَهُمْ فِيْٓ اٰذَانِهِمْ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِۗ وَاللّٰهُ مُحِيْطٌۢ بِالْكٰفِرِيْنَ
“Perumpamaan mereka seperti orang-orang yang menyalakan api. Setelah menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat”
“Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir”
Kedua ayat tersebut, Allah swt membuat dua macam perumpamaan (matsal) bagi orang munafik. Yaitu (1) perumpamaan dengan nar (neraka), karena di dalam api neraka itu sendiri terdapat unsut cahaya guna menerangi. (2) perumpamaan dengan sama-i, karena air mengandung unsur-unsur dan materi kehidupan. Baca juga: Inilah Tiga Model Pendekatan Hermeneutika dalam Menafsirkan Al-Quran
Artinya kebenaran yang diturunkan oleh Allah bermaksud hendak menerangi hati mereka (orang-orang munafik) dan menghidupkannya. Selain ayat tersebut, masih banyak ayat-ayat yang masuk dalam kategori Amtsal al-Musharrahah atau al-Qiyasiah.
Amsal al-Kaminah
Amsal al-Kaminah merupakan perumpamaan yang di dalamnya tidak disebutkan secara jelas, baik lafal tamtsil (perumpamaan langsung), keadaan, sifat-sifatnya. Selain itu, tidak dijelaskan secara pasti kapan peristiwa itu terjadi. Akan tetapi ia menunjuk kepada makna tersiratnya yang memiliki diksi yang indah dan menarik.
Di antara ayat-ayat Alquran yang masuk kategori ini misalnya:
Pertama, ayat yang senada dengan ungkapan agar berbuat bijak dan sederhan, contohnya khairul umur ausatuha (sebaik-baik perkara adalah pertengahan) (hadits). Surah al-Furqan ayat 67:
وَالَّذِيْنَ اِذَآ اَنْفَقُوْا لَمْ يُسْرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَانَ بَيْنَ ذٰلِكَ قَوَامًا
“Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar”
Kedua, ayat yang menyiratkan bahwa kebenaran suatu informasi harus diselidiki terlebih dahulu. Contoh, Surah al-Hujurat ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”
Ketiga, ayat serupa yang menegaskan bahwa sesuatu itu akan dipertanggungjawabkan, seperti Surah al-Nisa ayat 123:
….. مَنْ يَّعْمَلْ سُوْۤءًا يُّجْزَ بِهٖۙ وَلَا يَجِدْ لَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلِيًّا وَّلَا نَصِيْرًا
“….Barangsiapa mengerjakan kejahatan, niscaya akan dibalas sesuai dengan kejahatan itu, dan dia tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah”
Amtsal al-Mursalah
Amtsal al-Mursalah (perumpamaan yang terlepas). Dalam artian tidak menggunakan lafal tasybih secara jelas, tetapi kalimat-kalimat itu berlaku atau berfungsi sebagai matsal (perumpamaan), yang di dalamnya terdapat peringatan dan pelajaran bagi manusia. Amtsal semacam ini banyak dijumpai dalam Alquran seperti Surah Ali Imran ayat 92,
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ
“Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui”
Hikmah Tiga Makna Metode Amtsal Menurut Ulama
Ketiga makna di atas menjelaskan bahwa Alquran yang berfungsi sebagai guiden book (buku panduan) bagi manusia selalu mengarahkan agar tujuan pendidikan harus sejalan dengan unsur penciptaannya yaitu jasmani, akal, dan jiwa. Oleh karenanya jika kita tilik materi pendidikan yang disajikan Alquran hampir selalu merujuk pada pendidikan jiwa, akal dan raga manusia itu sendiri. Baca juga: Hikmah Diturunkannya Al-Quran Secara Berangsur-angsur
Metode amtsal dalam Alquran selain berisikan nasihat, peringatan dan penjelasan konsep abstrak melalui makna-makna yang konkrit sehingga mudah difahami dan direnungkan oleh manusia.
Dengan demikian, metode amtsal (perumpamaan), peserta didik khususnya dan manusia pada umumnya diajak berfikir dan merenung tentang sesuatu abstrak dengan memvisualisasikannya sehingga penyampaian materi pembelajaran lebih berkesan, lebih merasuk kepada jiwa dan raga, serta mengendap dalam relung hati manusia. Wallahu A’lam.