BerandaBeritaJalaluddin Rakhmat, Tokoh Tafsir Indonesia Meninggal Dunia

Jalaluddin Rakhmat, Tokoh Tafsir Indonesia Meninggal Dunia

Kabar duka kembali datang dari cendekiawan Muslim Indonesia. Ia adalah Jalaluddin Rakhmat, penulis Tafsir Kebahagiaan sekaligus pakar Ilmu Komunikasi. Rakhmat menghembuskan napas terakhir pada Senin (15/2) pukul 15:45 WIB di Rumah Sakit Santosa, Bandung. Melansir kompas.com (15/2), ketua majelis syura IJABI ini sebelumnya sempat dirawat selama 10 hari karena mengidap diabetes.

Tokoh tafsir asal Bandung ini menunjukkan dedikasinya di berbagai bidang. Di kancah perpolitikan, ia pernah menjabat sebagai anggota komisi VIII DPR-RI periode 2014-2019. Sejak tahun 2013, ia juga telah bergabung dengan partai PDI-P.

Kepakarannya di bidang komunikasi dan kiprahnya di sektor politik tidak lepas dari rekam jejak pendidikannya. Ia lulusan Master Komunikasi di Lowa State University, Amerika Serikat. Ia juga berhasil menyandang gelar doktoralnya di Australian National University, dengan konsentrasi Ilmu Politik. Selain menjadi politikus, Rakhmat juga mengajar di Universitas Padjadjaran sejak 1978 sampai 2013.

Baca juga: Jalaluddin As-Suyuthi: Pemuka Tafsir yang Multitalenta dan Sangat Produktif

Tokoh yang lahir pada 29 Agustus 1949 ini juga memiliki pemikiran penting dalam tafsir Al-Quran. Ia menjabarkan kandungan Al-Quran dengan pendekatan psikologi, yang kemudian ia tuangkan dalam buku yang berjudul Tafsir Kebahagiaan: Pesan Al-Quran Menyikapi Kesulitan Hidup. Dalam bukunya itu, ia menganalisis faktor penunjang dan penghambat kebahagiaan yang ia dapat dari ayat-ayat tentang kebahagiaan itu sendiri.

Secara lebih ekstensif, pendekatan psikologis dalam khazanah keagamaan ia garap dalam Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Kang Jalal (sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat) menggunakan pendekatan psikologis ala Sigmund Freud, BF Skinner, W Alport, dan William James dalam mengkaji agama. Tentu saja dengan bahasa sederhana sehingga mudah dimengerti. Dalam bukunya itu, ia bermaksud menggali sisi lain agama yang jarang diperhatikan. Yakni sisi-sisi manusiawinya. Karena, mayoritas orang mendekati agama dari sisi langitnya yang bersifat transenden, sehingga menimbulkan kekaburan, dan sulit bagi manusia untuk menjadikannya pedoman yang manusiawi, karena akan timbul pemahaman yang eksklusif. Dengan pendekatan psikologi ini, pemahaman akan agama jadi lebih sehat dan manusiawi.

Baca juga: Tafsir Surat Hud Ayat 3: Raih Kebahagiaan dengan Beristighfar

Jalaluddin Rakhmat pun berkata dalam bukunya bahwa tanpa pendekatan psikologis, para tokoh agama akan salah mendiagnosis, dan oleh karena itu akan kesulitan membantu umatnya.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran ini juga dikenal sebagai tokoh pluralisme. Salah satunya, pada konflik Sunni-Syi’i di Sampang 2012 silam, ia menentang dengan keras. Mengutip bbc.com (20/8), Rakhmat menyatakan bahwa kejadian itu membuktikan masih ada diskriminasi terhadap aliran tertentu di Indonesia.

Terlepas dari kecenderungannya pada salah satu aliran, Kang Jalal telah mengajarkan pluralisme sebagai cara pandang kita terhadap orang yang tak sepaham. Bahkan, dengan hadirnya Tafsir Kebahagiaan, kita diajak untuk menyadari pentingnya melibatkan perspektif kemanusiaan, yang meliputi moral-etis, dan kejiwaan dalam memahami Al-Quran. Sehingga, agama tidak hanya dipahami secara eksklusif, tapi juga inklusif, yang kemudian memunculkan rasa hormat pada yang tidak sejalan.

Baca juga: Mengenang Sang Maestro Akademik Dr. AlFatih Suryadilaga

Jalaluddin Rakhmat memang lahir di tengah tradisi NU, lalu ikut Muhammadiyyah ketika menginjak dewasa, dan memutuskan untuk mengikuti Syiah sejak tahun 90-an. Tapi bukan itu poinnya, melainkan pada jalan tasawuf atau perspektif psikologi yang ia gunakan dalam memahami agama. Jalan itu harusnya kita teladani saat membaca Al-Quran, agar kitab pedoman itu dapat mengantarkan kita pada kesalehan yang tidak hanya ritual, tapi juga sosial. Semoga pemikiran-pemikian beliau, khususnya tentang perspektif psikologi dalam tafsir dapat terus berlanjut dengan kita meneladaninya.

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah al-An'am ayat 116 dan standar kebenaran

Tafsir Surah Al-An’am Ayat 116 dan Standar Kebenaran

0
Mayoritas sering kali dianggap sebagai standar kebenaran dalam banyak aspek kehidupan. Namun, dalam konteks keagamaan, hal ini tidak selalu berlaku. Surah al-An'am ayat 116...