Kajian tentang jumlah ayat Al Qur’an dalam ulumul Qur’an masuk kategori ‘addul ayi (hitungan ayat). Hitungan ini berdasarkan jumlah matematis, yakni tiap ayat dalam satu surat dijumlahkan secara keseluruhan. Dari hitungan menurut ilmu ini, ada tujuh versi jumlah ayat Al Qur’an yakni 6217, 6214, 6219, 6225, 6236, 6205, dan 6232. Namun, di tengah masyarakat yang masyhur justru jumlah 6666 ayat dan versi jumlah yang bahkan tidak masuk tujuh versi tadi.
Tentu kita perlu menguraikan bagaimana keragaman jumlah ini terjadi. Paling tidak ada dua hal yang perlu dibahas. Pertama, ragam jumlah ayat versi ‘addul ayi (hitungan ayat), kedua jumlah ayat versi 6666 ayat.
Kajian yang secara khusus dan mendalam berkaitan ‘addul ayi ada di berbagai kitab. Mengutip Zainal Arifin Madzkur peneliti Lajnah Pentashihan Al Qur’an , rujukan itu seperti kitab al-Bayan fi ‘Addi Ayil Qur’an karya Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M), Nadzimatuz-Zahr karya as-Syatibi (w. 590 H/1194 M), al-Faraidul Hisan fi ‘Addi Ayil-Qur’an karya Abdul Fatah Abdul-Gani al-Qadhi (w. 1403 H/1982 M), dan al-Muharrar al-Wajiz fi ‘Addi Ayil Kitabil-Aziz karya Abdur-Razaq Ali Ibrahim Musa.
Baca juga: Ini 10 Dasar Penting dalam Ilmu Tafsir
Adapun ragam jumlah ayat berdasarkan ‘addul ayi sebenarnya telah ada kesepakatan antar ulama. Sayangnya kesepakatan ini hanya menyebut angka di atas 6000 ayat, bukan jumlah yang paten satu versi. Tentu hal ini sebagai jembatan atas keragaman pendapat yang ada di antara para ulama. Misalnya as-Suyuti (w. 911 H/1505 M) dalam al-Itqan fi Ulumil-Qur’an-nya juga menyebut kesepakatan ini dengan mengutip Abu Amr ad-Dani (w. 444 H/1052 M).
Perbedaan jumlah ini terjadi karena beberapa hal. KH Mustain Syafi’i menyebut bahwa karena perbedaan basmalah, huruf muqatha’ah, dan waqf Nabi. Perihal basmalah ada yang memasukkan sebagai ayat, namun ada juga yang tidak. Huruf muqatha’ah ada yang mengkhususkan sebagai ayat tunggal, namun ada juga yang menggabungkan dengan bacaan selanjutnya. Sedangkan waqf Nabi, berbeda karena terkadang bacaan nabi berhenti di suatu lafadz, namun di kesempatan berikutnya Nabi tidak berhenti di lafadz tersebut.
Baca juga: Sejarah Penomoran Ayat Mushaf Al-Quran dari Jerman hingga Turki
Selain itu, ada juga pendapat kuat bahwa perbedaan jumlah ayat berkaitan erat dengan mushaf-mushaf yang dikirimkan Usman bin Affan ke berbagai daerah. Dari mushaf-mushaf inilah jumlah 6217, 6214, 6219, 6226, 6236, 6204, dan 6232 ayat diketahui. Tentu dalam konteks ini, periwayatan menjadi hal yang penting sebagai penguat pendapat.
Jumlah 6217 merupakan pendapat yang disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani. Riwayat ini disebut sebagai Madani awal yang mana periwayatan Ad-Dani berasal dari Imam Nafi yang ujung periwayatannya sampai pada Ummu Salamah.
Jumlah kedua 6214 disebut sebagai riwayat Madani akhir, riwayat ini sama dari ad-Dani dari Imam Nafi’. Namun Nafi’ mengambil dari riwayat Ismail bin Ja’far dari Sulaiman bin Jammaz dari Abu Ja’far dan Syaibah bin Nashah secara marfu’. Jumlah ketiga 6219 disebut Al-Makki. Riwayat ini disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani namun dari jalur Abdullah bin Katsir al-Makki bersambung hingga Ubay bin Ka’ab.
Baca juga: Riwayat Israiliyyat Batil dalam Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Balqis
Kemudian jumlah keempat 6225 disebut sebagai As-Syami yang bersandar pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Yahya bin Harits ad-Dimari dan Hisyam dari Abu Ayyub bin Tamim al-Qari. Jumlah kelima 6236 ayat disebut Al Kufi, yang mana disandarkan dari riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur Hamzah bin Hubaib yang bersambung hingga Ali bin Abi Thalib.
Jumlah keenam 6204 ayat yang disebut Al-Bashri. Riwayat ini disandarkan pada riwayat Abu Amr ad-Dani dengan jalur ‘Ashim al-Jahdari dan Atha bin Yasar. Terakhir berjumlah 6232 ayat yang disebut Al-Himsyi, menurut al-Mutawalli disandarkan dari riwayat Syuraikh bin Yazid al-Himsyi al-Hadrami.
Namun dari beberapa riwayat di atas, saat ini hanya ada dua yang dijadikan sandaran penyalinan mushaf yaitu jumlah 6236 dan 6217. Jumlah 6236 ini menjadi jumlah yang banyak digunakan, seperti di Arab Saudi dan Indonesia. Sementara jumlah ayat 6217 contohnya digunakan di Libya.
Baca juga: Tafsir Surat Yasin Ayat 36: Setiap Makhluk Memiliki Pasangan
Lantas bagaimana dengan pendapat bahwa Al Qur’an berjumlah 6666 ayat?
Jumlah 6666 Ayat Perspektif Kandungan Al Qur’an
Jika sebelumnya diuraikan jumlah ayat berdasarkan ‘addul ayyi, yang bersandar pada riwayat. Jumlah 6666 ayat ini justru berdasarkan kandungan Al Qur’an. Salah satu rujukan yang dmenjelaskan hal ini adalah Syekh Nawawi al-Bantani (w. 1316 H/1897 M) dalam kitabnya Nihayatuz-Zain fi Irsyadil-Mubtadiin. Selain itu juga Wahbah az-Zuhaily dalam at-Tafsir al-Munir fil-‘Aqidah wasy-Syari’ah wal-Manhaj.
6666 ayat ini menurut Syekh Nawawi terdiri dari 1000 ayat tentang perintah, 1000 ayat tentang larangan, 1000 ayat tentang janji, 1000 tentang ancaman, 1000 ayat tentang kisah dan kabar, 1000 ayat tentang ‘ibrah dan tamsil, 500 ayat tentang halal dan haram, 100 tentang nasikh dan mansukh, dan 66 ayat tentang du’a, istighfar dan dzikir. Adapun pendapat Wahbah Az-zuhaily berbeda pada 100 ayat du’a, istighfar dan dzikir, dan 66 ayat nasikh mansukh.
Baca juga: Tafsir Surah Al-Kahfi Ayat 50-51: Tidak Ada Peluang untuk Menyekutukan Allah
Dari keterangan di atas, tentu kita tak perlu lagi menyalahkan pendapat mana yang jumlahnya tepat. Secara runtut dan substansi, mushaf Al Qur’an tetaplah sama. Dan Khusus jumlah 6666 ayat bukanlah hitungan matematis, melainkan hitungan kandungan Al Qur’an.
Wallahu a’lam bi al-shawab[]