BerandaUlumul QuranJenis-Jenis Teks Alquran yang Belum Banyak Diketahui

Jenis-Jenis Teks Alquran yang Belum Banyak Diketahui

Teks Alquran dari segi kandungannya sangat variatif. Bahkan, segala aspek dalam kehidupan masyarakat disinggung di dalamnya. Hal ini menjadi sebuah keniscayaaan bagi Alquran, mengingat keberadaannya sebagai kitab petunjuk seluruh manusia (hudan linnas/the book of guidance).

Pada masa awal perkembangan keilmuan tafsir, sebenarnya para ulama telah membuat klasifikasi dasar teks Alquran, yang tentunya mengacu pada sudut pandang tertentu.

Klasifikasi ini pertama dibuat oleh Sahabat Ibnu Abbas ra yang mengklasifikasikan teks Alquran berdasarkan kemungkinannya untuk diketahui. Ia membagi teks Alquran menjadi 4, yaitu; teks yang bisa diketahui oleh semua orang, yang orang Arab bisa mengetahui, yang hanya pengkaji Alquran saja yang bisa mengetahui, dan yang hanya Allah yang bisa mengetahui.

Hal yang hampir sama juga dilakukan oleh al-Thabari. Dalam tafsirnya yang berjudul Jaami’ul Bayaan ‘an Tafsiril Aayil Qur’aan, ia membagi teks Alquran berdasarkan otoritas untuk menafsirkannya, yakni; teks yang hanya bisa ditafsirkan oleh Allah seperti ayat yang mengandung hal gaib, teks yang hanya bisa ditafsirkan oleh Nabi, seperti yang berhubungan dengan syariat, dan yang terbuka untuk ditafsirkan oleh siapapun.

Baca Juga: Ibn Jarir At-Thabari: Sang Bapak Tafsir

Dua klasifikasi di atas tidak menguak tujuan yang terkandung dalam teks, sehingga perlu dilakukan klasifikasi lain yang berorientasi pada isi/kandungannya. Hal inilah kemudian yang menginspirasi Abdullah Saeed untuk membuat klasifikasi dasar berdasarkan jenis teks Alquran.

Menurutnya, klasifikasi yang ia buat ini akan mempermudah seseorang untuk menemukan maksud dan tujuan yang terkandung di dalam teks, sehingga mempermudah untuk memahami teks tersebut. Saeed membagi klasifikasinya menjadi 4 jenis, yakni teks teologis, historis, perumpamaan, serta etika-hukum. Berikut ulasan singkatnya.

Teks Teologis

Teks teologis ialah jenis teks yang berorientasi pada hal-hal metafisik, yang tidak bisa dijangkau oleh indera dan nalar manusia. Abdullah Saeed dalam The Qur’an: an Introduction, membagi teks ini ke dalam dua jenis entitas.

Pertama, Tuhan dan sifat-Nya, misalnya dalam QS Al-Ikhas (112:1), tentang Allah dan sifat Esa-Nya.

Kedua, hal metafisik selain yang disebut di bagian pertama, misalnya, singgasana Allah (‘arsy) yang tersebut dalam QS Thaha (20:5), surga (QS Ali Imran (3:15), neraka (QS Al-Anfal (8:14), dan lain sebagainya.

Karena manusia tidak bisa menjangkau dengan indera dan kemampuan nalarnya, pengetahuan tentang jenis teks ini sebatas pada kira-kira, tidak sampai pada maksud teks tersebut secara penuh dan otentik.

Adapun cara memahami teks jenis ini, menurut al-Zamakhsyari dalam Tafsir al-Kasyaaf, ialah dengan menggunakan perumpamaan. Misalnya, ketika suatu teks berbicara tentang surga, seringkali disertai analoginya dengan tempat yang di bawahnya dikelilingi oleh sungai dan lain sebagainya.

Teks Historis

Teks historis ialah jenis teks Alquran yang mengandung elemen sejarah. Termasuk dalam teks jenis ini ialah cerita nabi-nabi dan umat terdahulu, serta para tokoh ikonik di masa lampau, seperti Lukman al-Hakim, Fir’aun, dan Zulkarnain.

Pada umumnya, karakteristik teks historis dalam Alquran tidak mengilustrasikan tokoh, setting waktu, dan tempat kejadian secara terperinci, tetapi lebih menekankan pada nilai moril yang disampaikan dalam narasi tersebut.

Misalnya, kisah tentang Nabi Syu’aib dan umatnya yang terdapat dalam QS Al-A’raf (7:85-89), yang lebih menekankan ajaran tauhid, berbuat adil dalam bertransaksi, serta bijaksana terhadap alam dengan tidak merusak lingkungan.

Baca Juga: Inilah Alasan Kenapa Kisah Al Quran Adalah Kisah Terbaik

Selain itu, teks historis dalam Alquran juga memiliki karakteristik berupa pengulangan di beberapa tempat, dengan fragmen serta nilai moral etis yang berbeda. Seperti halnya kisah Nabi Nuh yang setidaknya disebutkan 13 kali di surat yang berbeda, dan kesemuanya memiliki sense-nya masing-masing.

Fragmen sejarah yang tak utuh dalam Alquran ini sekaligus menjadi bukti bahwa Alquran bukanlah buku sejarah, melainkan kitab suci yang mengandung petunjuk atau pedoman bagi segala bidang, termasuk di dalamnya ialah sejarah.

Teks Perumpamaan

Perumpamaan (matsal) ialah jenis teks Alquran yang berupa ilustrasi atau analogi terhadap sesuatu. Menurut Saeed, sebagaimana teks historis, perumpamaan dalam Alquran juga menggunakan sentuhan sastrawi dan imajinasi yang merupakan cirikhas bagi masyarakat Islam awal.

Jenis teks ini sering dijumpai dalam Alquran karena menyesuaikan dengan konteks masyarakat Arab pra-Islam yang juga sering menggunakan perumpamaan dalam menyampaikan sesuatu.

 Dalam Alquran, perumpamaan pada umumnya dipakai untuk menyampaikan ajaran agar dapat lebih mudah dan jelas untuk dipahami. Secara praktis, perumpamaan dalam Alquran pada umumnya dibumbui dengan majaz, sebagaimana perumpamaan ucapan baik dengan pohon yang baik dalam QS Ibrahim (14:21). Selain itu, juga seperti perumpamaan sifat riya’ dengan batu licin yang di atasnya ada debu, sebagaimana dalam QS Al-Baqarah (2:264).

Sejalan dengan itu, M Khalafullah dalam karyanya berjudul al-Fannul Qashashi fil Qur’anil Karim, menegaskan bahwa teks Alquran yang berupa perumpamaan dan begitu pula kisah atau sejarah, tak lain adalah salah satu cara Allah mengajak berbicara manusia dengan gaya komunikasi dan imajinasi yang biasa digunakan oleh manusia itu sendiri, dengan tujuan untuk menyelaraskan informasi yang hendak Allah sampaikan dengan gaya komunikasi manusia.

Teks Etika-Hukum

Jenis teks ini merupakan teks Alquran yang berorientasi pada persoalan akidah (misalnya dalam QS Al-Baqarah (2:41) tentang iman pada kitab suci, hukum legal-formal (seperti dalam QS Al-Maidah (5:6) tentang tatacara bersuci, nilai universal atau maqashid al-syari’ah (seperti dalam QS Al-Baqarah (2:179) tentang nilai universal berupa perlindungan hidup pada pensyariatan hukuman mati.

Menurut Saeed, teks etika-hukum ini menjadi jenis teks Alquran yang paling berdampak pada kehidupan manusia. Hal ini karena teks ini mengatur tingkah laku manusia secara langsung.

Dan karena kondisi dan situasi yang dialami manusia senantiasa berkembang dan mengalami perubahan, penafsiran terhadap teks jenis ini juga sangat fleksibel, utamanya dalam tatanan legal-formal. Demi menjaga fleksibilitas Alquran serta melestarikan substansinya, analisis sejarah atau konteks yang melatari turunnya ayat menempati posisi penting.

Dengan mempelajari klasifikasi dasar berdasarkan jenis teks Alquran ini, kita tidak hanya dapat meraba teks mana yang dapat ditindaklanjuti untuk digali maknanya lebih dalam atau tidak. Tetapi, lebih jauh, klasifikasi ini dapat memberikan pemahaman umum tentang tujuan dan maksud teks tersebut diturunkan. Wallahu a’lam.

Halya Millati
Halya Millati
Redaktur tafsiralquran.id, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Alquran dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaya, pegiat literasi di CRIS Foundation
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...