BerandaBeritaKabar Duka, Intelektual Lebanon Penyuara Pluralisme Agama Mahmoud Ayoub Wafat

Kabar Duka, Intelektual Lebanon Penyuara Pluralisme Agama Mahmoud Ayoub Wafat

Intelektual dan tokoh yang aktif menulis serta menyuarakan tentang pluralisme agama asal Lebanon, Mahmoud Ayoub telah wafat pada hari minggu, 31 oktober 2021 di Montreal, Canada. Kabar ini datang dari platform media sosial dan sudah terkonfirmasi oleh guru kami Ahmad Rafiq, dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Beliau mengabarkan wafatnya Mahmoud Ayoub melalui sosial media beliau, guru kami menulis, Very sad hear this news. The ummah has lost a great scholar. may Allah bless him with the best of blessings, his legency will live on, at the personal level, he always cared for my well being. he  academic son. i will always miss him as a father. Kurang lebihnya artinya, sangat sedih mendengar berita ini, para umat kehilangan seorang ulama besar. semoga Allah melimpahkan posisi yang terbaik untuknya, warisannya akan terus hidup, bagi saya, dia selalu memperhatikan kesejahteraan saya. Beliau seorang akademis. saya akan selalu merindukannya sebagai seorang ayah.

Dalam situs Closer to truth menuliskan bahwa Mahmoud Ayoub merupakan Professor of Islamic Studies, Hartford Seminary yang telah wafat dalam usianya yang ke-83 tahun dan lahir pada tahun 1938 di Lebanon selatan. Ia meninggalkan banyak warisan gagasan terutama di bidang pemikiran Islam dan pluralisme agama, yakni memahami agama lain dengan kaca mata Al-Qur’an. Sehingga tak heran ia gencar menulis sejumlah buku dalam bahasa Inggris dan Arab di bidang Islam dan Dialog Antaragama.

Karya-karya Mahmoud Ayoub

Karya-karyanya yang paling terkenal termasuk Redemptive Suffering in Islam and The Qur’an and Its Interpreters (2 volume hingga saat ini). Dia juga telah menerbitkan lebih dari lima puluh artikel ilmiah baik sebagai bab dalam karya yang diedit maupun di jurnal referensi akademis yang terkenal. Dua karya terbarunya adalah Crisis of Muslim History: Religion and Politics in Early Islam, 2003, dan Islam in Faith and History (keduanya diterbitkan oleh Oneworld Publications). Saat ini ia sedang mengerjakan jilid ketiga dari The Qur’an and Its Interpreters.

Kegelisahan Ayoub tentang kecenderungan negatif sebagian besar kaum Muslim dalam melihat dan memahami agama lain dengan kaca mata Al-Qur’an membuat Ayoub menggencarkan diaolog antar agama yang positif. Menurutnya, didalam bukunya yang berjudul Diraat fî ‘Alaqat al-Masihiyah al-Islamiyah yang sudah diterjemahkan oleh Adi Fadli, bahwa proses tafhim dalam rangkaian sejarah belumlah cukup untuk membuka mata kebanyakan kaum Muslim, sehingga belum mencapai pada taraf ta’miq al-tafhim (pemahaman mendalam) yang menyejarah dan komprehensif. Atau Tuhan telah salah arah dalam mengirim wahyunya, sehingga kalam-Nya tidak dapat dipahami oleh bahasa bumi, namun jelas ini adalah suatu hal mustahil. Berangkat dari kegelisahan inilah, Ayoub mencoba memberikan kontribusi positif dalam memahami teks kitab suci. Melalui dialog internal yang ia lakukan, diharapkan kaum Muslim dalam semua strata sosial dapat tercerahkan dalam memahami bahasa Al-Qur’an dengan benar.

Selanjutnya di dalam Al-Qur’an dan Pluralisme Agama: Perspektif Mahmoud Musthafa Ayoub karya Adi Fadli, dalam karyanya Ayoub berusaha membaca, memahami, menafsirkan dan kemudian mereinterpretasi kembali ajaran Al-Qur’an untuk lebih membumi. Penafsiran Ayoub mempunyai ciri khas tersendiri yaitu cara dan metode yang dilakukan adalah lintas mazhab, merujuk kepada mufassir klasik sampai kontemporer.

Selain itu, tentu ada hal yang menarik yang tertulis dalam bukunya yang berjudul Dirâat fî ‘Alâqat al-Masihiyah al-Islâmiyah, dia menuliskan tentang pluralitas yang selama ini disuarakan, pluralitas adalah sebuah kenyataan hidup di mana setiap orang harus berusaha sampai kepada sikap saling memahami satu sama lain. Dasar pluralitas agama adalah kesatuan tujuan dan dialog yang terbuka. Kesadaran terhadap pluralitas agama, akan melahirkan kesadaran terhadap kesatuan iman. Iman terhadap sejarah wahyu Tuhan, yang dimulai seiak Nabi Adam as hingga Muhammad saw.

Demikian selayang pandang tentang pemikiran sosok intelektual Mahmoud Ayoub, semoga dengan membaca karya-karyanya, kita dapat terus menyalakan sinar pemikiran Mahmoud Ayoub yang begitu cemerlang.

Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah at-Taubah ayat 122_menuntut ilmu sebagai bentuk cinta tanah air

Surah at-Taubah Ayat 122: Menuntut Ilmu sebagai Bentuk Cinta Tanah Air

0
Surah at-Taubah ayat 122 mengandung informasi tentang pembagian tugas orang-orang yang beriman. Tidak semua dari mereka harus pergi berperang; ada pula sebagian dari mereka...