BerandaKisah Al QuranKawan dan Lawan Islam di Masa Silam

Kawan dan Lawan Islam di Masa Silam

Kehidupan sosial yang semakin berkembang tidak menutup kemungkinan terjadi berbagai konflik. Akar mulanya dikarenakan ada unsur kepentingan baik ekonomi sosial maupun politik. Agama pun tak ayal dapat terseret pada jurang perseteruan.

Dalam hubungan antar agama pada masa awal Islam, potret konflik salah satunya terjadi di antara umat Islam dengan kaum Yahudi Madinah dan orang Musyrik. Tetapi, selain memiliki lawan dua golongan itu, Islam di masa silam juga berteman dengan kaum Nasrani utusan Raja Najasyi. Informasi ini terekam dalam QS. Al-Maidah ayat 82 berikut:

Ł„ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲ“ŁŽŲÆŁ‘ŁŽ Ł±Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų¹ŁŽŲÆŁŽŁ°ŁˆŁŽŲ© Ł„Ł‘ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų”ŁŽŲ§Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§Ł’ Ł±Ł„Ū”ŁŠŁŽŁ‡ŁŁˆŲÆŁŽ ŁˆŁŽŁ±Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų£ŁŽŲ“Ū”Ų±ŁŽŁƒŁŁˆŲ§Ł’Ū– ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŁ‚Ū”Ų±ŁŽŲØŁŽŁ‡ŁŁ… Ł…Ł‘ŁŽŁˆŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ© Ł„Ł‘ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų”ŁŽŲ§Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§Ł’ Ł±Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŁˆŁ“Ų§Ł’ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲµŁŽŁ°Ų±ŁŽŁ‰Ł°Ūš Ų°ŁŽŁ°Ł„ŁŁƒŁŽ ŲØŁŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŁ†Ū”Ł‡ŁŁ…Ū” Ł‚ŁŲ³Ł‘ŁŁŠŲ³ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ±ŁŁ‡Ū”ŲØŁŽŲ§Ł†Ų§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ū” Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ³Ū”ŲŖŁŽŁƒŪ”ŲØŁŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ

ā€œSesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”. Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diriā€ (Qs al-Ma`idah (5) : 82)

Ayat di atas turun dengan riwayat berikut

Ų£Ų®Ų±Ų¬ Ų£ŲØŁŠ Ų­Ų§ŲŖŁ… Ų¹Ł† Ų³Ų¹ŁŠŲÆ ŲØŁ† Ų§Ł„Ł…Ų³ŁŠŲØ Ų¹Ł† Ų£ŲØŁŠ ŲØŁƒŲ± ŲØŁ† Ų¹ŲØŲÆ Ų§Ł„Ų±Ų­Ł…Ų§Ł† ŁˆŲ¹Ų±ŁˆŲ© ŲØŁ† Ų§Ł„Ų²ŲØŁŠŲ± Ł‚Ų§Ł„ŁˆŲ§ : ŲØŲ¹Ų« Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… Ų¹Ł…Ų±ŁˆŲØŁ† Ų£Ł…ŁŠŲ© Ų§Ł„Ų¶Ł…Ų±ŁŠ, ŁˆŁƒŲŖŲØ Ł…Ł†Ų¹ Ų§Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ł†Ų¬Ų§Ų“ŁŠ, ŁŁ‚Ų±Ų£ ŁƒŲŖŲ§ŲØ Ų±Ų³ŁˆŁ„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŲµŁ„Ł‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł… Ų«Ł… ŲÆŲ¹Ų§ Ų¬Ų¹ŁŲ± ŲØŁ† Ų§ŲØŁŠ Ų·Ų§Ł„ŲØ ŁˆŲ§Ł„Ł…Ł‡Ų§Ų¬Ų±ŁŠŁ† Ł…Ų¹Ł‡, , ŁˆŲ£Ų±Ų³Ł„ Ų„Ł„Ł‰ Ų§Ł„Ų±Ł‡ŲØŲ§Ł† ŁˆŲ§Ł„Ł‚Ų³ŁŠŲ³ŁŠŁ†, Ų«Ł… Ų£Ł…Ų± Ų¬Ų¹ŁŲ± ŲØŁ† Ų£ŲØŁŠ Ų·Ų§Ł„ŲØ ŁŁ‚Ų±Ų£ Ų¹Ł„ŁŠŁ‡Ł… Ų³ŁˆŲ±Ų© Ł…Ų±ŁŠŁ…, ŁŲ§Ł…Ł†ŁˆŲ§ ŲØŲ§Ł„Ł‚Ų±Ų§Ł† ŁˆŁŲ§Ų¶ŲŖ Ų£Ų¹ŁŠŁ†Ł‡Ł… Ł…Ł† Ų§Ł„ŲÆŁ…Ų¹, ŁŁ‡Ł… Ų§Ł„Ų°ŁŠŁ† Ų£Ł†Ų²Ł„ Ų§Ł„Ł„Ł‡ ŁŁŠŁ‡Ł… : (Ł„ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲ“ŁŽŲÆŁ‘ŁŽ Ł±Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų¹ŁŽŲÆŁŽŁ°ŁˆŁŽŲ©) Ų„Ł„Ł‰ Ł‚ŁˆŁ„Ł‡ : (ŁŁŽŁ±ŁƒŪ”ŲŖŁŲØŪ”Ł†ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ł±Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ°Ł‡ŁŲÆŁŁŠŁ†ŁŽ)

ā€œDiriwayatkan dari Abu bakar bin Abdirrahman dan Urwah bin Zubair: ā€œRasulullah Saw telah mengutus Amr bin Umayyah Ad-Dhamari menyampaikan surat kepada An-Najasyi. Sesampainya ke hadapan An-Najasyi surat itu pun dibacanya. Raja Najasyi pun memanggil Jaā€™far bin Abi Thalib dan orang-orang yang hijrah bersamanya (hijrah ke Habsyah) serta para rahib dan pendeta. Ia pun menyuruh Jaā€™far bin Abi Thalib membaca Al Quran dan dibacanya surat Maryam. Semua yang hadir beriman kepada isi Al Quran dan berlinang-linang air matanya. Mereka inilah yang disebut Allah di dalam ayat tersebut di atas (Al-Maidah ayat 82 dan 83)ā€ (ā€˜Ab al-Rahman ibn Abu Bakr al-Suyuthi, Asbab al-Nuzul al-Musamma Lubab al-Nuqul Fi Asbab al-Nuzul, hal. 107)

Imam Ibnu Jarir at-Tabari dalam karyanya menerangkan bahwa pada kelompok yang paling keras memusuhi Nabi Muhamad Saw. adalah Yahudi dan kaum Musyrik. Hal ini dikarenakan oleh sikap kaum Yahudi khususnya Yahudi Madinah yang enggan mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw.. Sedangkan kaum Musyrik dalam ayat ini adalah kaum Musyrik Arab yang menolak menerima konsep Tauhid atau monoteisme dan tetap ingin menyembah berhala.

Sementara itu, yang dimaksud orang-orang yang dekat dengan kaum beriman adalah orang-orang Nasrani. Kaum Nasrani dalam ayat ini adalah rombongan delegasi yang diutus oleh raja Najasyi dari Habashah bersama Jaā€™far Ibn Abu Talib kepada Nabi Saw. (Muhammad ibn Jarir al-Tabari, Jamiā€™ al-Bayan ā€˜An Ta`wil Ay al-Qur`an, Juz 8, hal. 593-594)

Imam Ibnu Kathir pun menjelaskan penafsiran ayat di atas dengan mengambil riwayat dari Saā€™id Ibnu Jubayr dan as-Suddin yang menyatakan bahwa ayat ini juga turun terhadap delegasi raja Najasyi yang diutus kepada Nabi Muhammad Saw. lalu delegasi tersebut masuk Islam setelah mendengar bacaan Al Quran dari Nabi Saw. Kemudian delegasi tersebut kembali ke negerinya dan menyiarkan ajaran Rasulullah Saw.

As-Suddin sebagaimana yang dikutip oleh Imam Ibnu Kathir berpendapat bahwa Najasyi turut serta berhijrah dan wafat di jalan. Selain itu as-Suddin juga berpendapat bahwa Najasyi wafat di negerinya. Ketika Nabi Saw. mendengar kabar mangkatnya Najasyi, maka Rasulullah Saw. melaksanakan Salat Gaib bagi penguasa Habasyah tersebut (Ā­Ismail Ibn ā€˜Umar Ibn Kathir, Tafsir al-Qur`an al-Azim, Juz 3, hal. 166)

Muhammad Tahir bin ā€˜Asyur berpendapat bahwa orang-orang Yahudi dan Musyrik disebut sebagai musuh yang paling keras dikarenakan sifat orang Yahudi khususnya Yahudi Madinah dan Musyrik Arab pernah menjalin hubungan kerja sama dalam rangka memusuhi Nabi Saw. Keduanya pun memiliki kepentingan masing-masing dalam bersekutu, namun karena yang memiliki objek permusuhan sama, maka disinilah titik temunya (Muhammad Tahir ibn ā€˜Asyur, Tafsir al-Tahrir Wa al-Tanwir, Juz 7, hal. 6).

Masih menurut Ibnu ā€˜Asyur mengenai orang-orang yang dekat hubungannya dengan kaum beriman yakni kaum Nasrani maksudnya adalah kaum Nasrani yang beriman kepada Rasulullah Saw. Pada kaum tersebut terdapat al-Qissis yang berarti orang-orang alim dan ar-Ruhban yang berarti para rahib atau ahli ibadah. Kedua kelompok tersebut mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanaan hidup sederhana dan zuhud sebagaimana yang dicontohkan pada aktivitasnya di gereja atau biara-biara yang ada di negeri Syam. (Muhammad Tahir ibn ā€˜Asyur, Tafsir al-Tahrir Wa al-Tanwir, Juz 7, hal. 8).

Dengan demikian dapat dipahami bahwa ayat di atas perlu dipahami sebab juga latar belakang turunnya mengenai hubungan antar agama. Selain itu kita tidak bisa menyatakan permusuhan terhadap sesuatu tanpa adanya sebab. Karena itu perlu memahami kembali sejarah yang terjadi pada masa turunnya firman Allah. Wallahu Aā€™lam.

Jaka Ghianovan
Jaka Ghianovan
Dosen di Institut Daarul Qur'an (IDAQU) Tangerang. Aktif di Center for Research and Islamic Studies (CRIS) Foundation.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

larangan berlebihan dalam beragama

Hikmah Alquran pada Larangan Berlebihan dalam Beragama

0
Dalam Islam, terdapat ajaran yang melarang berlaku berlebihan dalam semua hal, termasuk dalam hal beragama. Larangan berlebihan dalamĀ  beragama pernah juga disampaikan oleh Rasulullah...