BerandaTafsir TematikKeistimewaan Orang Quraisy di Surah Quraisy

Keistimewaan Orang Quraisy di Surah Quraisy

Salah satu kisah menarik yang diabadikan dalam Alquran ialah gambaran tentang  tentang keistimewaan orang Quraisy. Mereka diberi amanah untuk menjaga Baitullah, kaum ini juga diberi kemakmuran yang luar biasa, serta yang tidak luput adalah nikmat yang begitu banyak dan tiada henti pada kabilah Quraisy. Alquran secara khusus menjelaskan ini dalam satu surah, yaitu surah Quraisy.

Dalam Alquran, Allah berfirman:

لِاِيْلٰفِ قُرَيْشٍۙ۩ اٖلٰفِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاۤءِ وَالصَّيْفِۚ۩ فَلْيَعْبُدُوْا رَبَّ هٰذَا الْبَيْتِۙ ۩الَّذِيْٓ اَطْعَمَهُمْ مِّنْ جُوْعٍ ەۙ وَّاٰمَنَهُمْ مِّنْ خَوْفٍ

“Disebabkan oleh kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan). Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah), yang telah memberi mereka makanan untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa takut” (Q.S. Quraisy [106]: 1-4)

al-Qurthubi menjelaskan tentang identitas Quraisy dalam tafsirnya. Menurutnya, suku Quraisy adalah keturunan dari an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar.  Namun ada juga penjelasan yang menyatakan bahwa suku Quraisy adalah keturunan Fihr bin Malik bin Nadhr.

Sedangkan untuk penamaan Quraisy, setidaknya mempunyai empat alasan. Pertama, berkumpul setelah terpisah (at-taqarrusy); kedua, suku Quraisy terdiri dari para pedagang, at-taqarrusy dipahami sama dengan at-takassub; ketiga, disebut qarsy karena mereka mengawasi orang-orang yang berhaji. Di sini qarsy dipahami sama dengan at-taftisy; keempat, mengadopsi kata qirsy yang berarti hewan yang kuat.

Baca Juga: Munasabah Surah Quraisy dan Alma’un

Rihlah Dagang Di Musim Panas dan Dingin

Wahbah al-Zuhaili dalam Tafsir al-Munir (30/296) menyatakan bahwa perniagaan yang dilakukan oleh kaum Quraisy umumnya dilakukan sepanjang musim dingin dan musim panas (sehingga mendapatkan banyak keuntungan). Ketika musim dingin kalangan suku Quraisy akan melakukan misi dagang ke selatan yakni ke negeri Yaman untuk mendapatkan rempah-rempah yang berasal dari timur, bahkan sangat jauh melalui Teluk Persia.

Sementara ketika musim panas, mereka melakukan misinya untuk bergerak ke arah utara yakni negeri Syam untuk menuai hasil pertanian yang diangkut oleh para pedagang negeri tersebut dan kemudian mereka bawa pulang ke Makkah untuk dikonsumsi atau pun dijual kembali. Sebab sebagaimana riwayat Ibnu Abbas bahwa di kota Makkah dahulunya merupakan lembah tandus dan gersang, sehingga sulit untuk menghasilkan bahan-bahan pokok seperti yang ditemukan dari kegiatan perniagaan di dua negeri tersebut.

Menurut al-Zuhaili, seandainya suku Quraisy tidak melakukan rihlah dagang ini, niscaya mereka tidak akan betah tinggal di kota Makkah. Dan seandainya juga mereka tidak mendapatkan rasa aman tinggal di dekat Ka’bah, mereka tidak akan mampu untuk berdagang.

Baca Juga: Tafsir Surah Quraisy Ayat 2: Ke Mana Rihlah Quraisy?

Nikmat Rasa Aman

Adapun keistimewaan orang Quraisy yang lain yaitu diberikan jaminan keselamatan dari bahaya. Allah memberikan perhatian khusus kepada mereka dengan nikmat berupa keamanan dan ketenteraman dalam kehidupan. Seperti halnya dijelaskan dalam surah al-Fil bahwa Allah menyelamatkan kehidupan suku Quraisy dan keberlangsungan berdirinya Kakbah dari gempuran tentara Abrahah, yang dengan penjagaan tersebut berdampak pada bertambahnya keyakinan kelompok suku lain bahwa mereka benar-benar berada dalam pengawasan dan penjagaan Allah. (Tafsir Ibnu Katsir 30/550)

Dalam Tafsir al-Munir li Ma’alimi at-Tanzil (2/665) disebutkan bahwa kaum Quraisy dijuluki oleh masyarakat sekitar dengan: “Tetangga Baitullah, penduduk tanah Haram dan penguasa Kakbah,” hingga mereka disebut “Ahlullah” (keluarga Allah). Seandainya tentara Abrahah berhasil menghancurkan Kakbah maka hilanglah keistimewaan, penghormatan, dan pengagungan yang disematkan kepada mereka.

Berdagang merupakan mata pencaharian yang banyak digeluti oleh masyarakat Arab pada saat itu. Dalam perjalanan dagang tersebut pada umumnya kabilah-kabilah Arab akan mendapat perlakuan dan hal-hal yang membahayakan jiwa dan raga dari perampok. Namun berbeda dengan suku Quraisy yang terbilang kebal dari bahaya tersebut sebab Allah mengamankan mereka dari hal-hal seperri penyerangan, peperangan, pembunuhan, wabah penyakit serta hal-hal lain yang kadang dikhawatirkan oleh bangsa Arab dari sebagian lainnya. (Tafhim al-Quran h. 4)

Baca Juga: Surah Quraisy Ayat 1-4: Meneladani Etos Kerja Suku Quraisy

Kelapangan dalam Rezeki

Dari segi perekonomian, Allah juga menjadikan kaum Quraisy begitu makmur luar biasa. Bahkan dikatakan dalam satu riwayat dari lbnu Abbas, mengenai firman-Nya QS. Quraisy, bahwa “Allah melarang mereka bepergian dan memerintahkan mereka untuk menyembah Tuhan Baitullah. Allah juga telah mencukupi keperluan mereka dan ketika mereka tidak bepergian pada musim dingin dan musim panas, Allah memberi makanan mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. Sehingga dengan begitu rihlah untuk dagang menjadi fleksibel bagi mereka (ingin bepergian ataupun menetap). Itulah nikmat dari Allah atas mereka.” (Tafsir ad-Durr al-Mantsur 8/636)

Dalam Tafsir al-Qurtubi (30/209) diterangkan bahwa nikmat yang luas dan rasa aman yang dianugerahkan untuk kaum Quraisy sebab berkah doa Nabi Ibrahim as.

قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: وَذَلِكَ بِدَعْوَةِ إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلَامُ حَيْثُ قَالَ: رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَراتِ

Ibnu Abbas berkata: “Yang demikian itu (nikmat kelapangan rezeki dan rasa aman suku Quraisy penduduk Makkah) sebab doa Nabi Ibrahim ketika ia berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan (QS Al-Baqarah: 126)”.

Dengan kenikmatan tidak terbatas yang telah Allah berikan kepada kaum Quraisy, Allah memerintahkan mereka beribadah kepadaNya. Sebagaimana Dalam firmaNya, “Maka hendaklah mereka menyembah Allah”. (Tafsir ar-Razi 32/298) sebagai wujud syukur kepada Allah. Jika tidak karena Allah, tentu mereka selalu dalam ketakutan yang mangakibatkan kesengsaraan dan kesempitan hidup. Wallahu a’lam.

Rasyida Rifaati Husna
Rasyida Rifaati Husna
Khadimul ilmi di Pondok Pesantren Darul Falah Besongo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...