Surah Quraisy Ayat 1-4: Meneladani Etos Kerja Suku Quraisy

Surah Al-Quraisy Ayat 1-4: Meneladani Etos Kerja Suku Quraisy
Surah Al-Quraisy Ayat 1-4: Meneladani Etos Kerja Suku Quraisy

Etos kerja merupakan semangat kerja yang menunjukkan kualitas kerja seseorang. Secara sederhana, etos kerja dapat dipahami sebagai sikap mendasar atau cerminan dari sudut pandang seseorang tentang kerja. Dalam Islam sendiri etos kerja dipahami sebagai suatu keyakinan bahwa bekerja bagi seorang muslim bukanlah untuk kepentingan individual semata, melainkan aktualisasi dari amal sholih. Berbicara tentang etos kerja, ternyata Al-quran dalam surah Al-Quraisy ayat 1-4 telah memberikan referensi bagaimana kiat-kiat meningkatan etos kerja.

لِاِيۡلٰفِ قُرَيۡشٍۙ . (1) اٖلٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ الشِّتَآءِ وَالصَّيۡفِ‌ۚ . (2) فَلۡيَـعۡبُدُوۡا رَبَّ هٰذَا الۡبَيۡتِۙ‏. (3) الَّذِىۡۤ اَطۡعَمَهُمۡ مِّنۡ جُوۡعٍ ۙ وَّاٰمَنَهُمۡ مِّنۡ خَوۡفٍ (4

  1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy
  2. (Yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.
  3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah (Ka’bah).
  4. Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan.

Yang menarik adalah fakta bahwa surah ini khusus berbicara tentang suku Quraisy saja. Hal ini mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang besar di balik keistimewaan suku Quraisy yang ingin disampaikan Al-quran melalui kisah ini. Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Hani binti Abu Thalib bahwa Rasulullah sendiri telah menyebutkan setidaknya tujuh keutamaan suku Quraisy sehingga kisah mereka diabadikan dalam satu surah khusus

“Rasulullah bersabda, Allah memberikan keistimewaan kepada suku Quraisy dengan tujuh hal. Pertama, saya dijadikan berasal dari mereka. Kedua, kenabian ada pada mereka. Ketiga, tugas menjaga (Ka’bah) ada pada mereka. Keempat, tugas memberi minum pada (jama’ah Haji) ada pada mereka. Kelima, Allah telah menyelamatkan mereka dari serangan tentara bergajah. Keenam, Mereka menyembah Allah tujuh tahun lamanya sementara tidak ada satu kaumpun yang menyembah Allah selama itu. Ketujuh, sesungguhnya Allah telah menurunkan satu surah penuh dalam Alquran yang hanya mereka yang disebut di dalamnya.”

Baca juga: Tetap Istiqamah di Era Disrupsi, Ini Tips dan Ganjarannya dalam Al-Qur’an

Tafsir Surah Quraisy Ayat 1-4

Dalam dua ayat pertama ini dijelaskan bahwa suku Quraisy memiliki kebiasaan berdagang pada dua musim, yakni musim dingin dan musim panas. Secara geografis, suku Quraisy berada di wilayah yang gersang dan tandus. Namun dengan semangat kerja yang tinggi, mereka melakukan perdagangan antar wilayah bahkan antar negara dengan dua jalur perdagangan.

Jalur pertama adalah perjalanan dagang di musim dingin ke negeri Yaman. Perjalanan ini dimaksudkan untuk mendapatkan rempah-rempah yang berasal dari Timur Jauh melalui Teluk Persia. Sementara jalur perdagangan kedua adalah ke negeri Syam pada musim panas. Perjalanan ke Syam ini untuk membeli hasil pertanian untuk dibawa pulang ke negeri mereka.

Ibnu Jarir pada Tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa huruf lam pada permulaan ayat satu dan dua menunjukkan makna ta’ajjub atau kekaguman. Kekaguman ini muncul dari kelimpahan nikmat yang mana tempat tinggal mereka adalah Makkah dengan Ka’bah di dalamnya. Saat itu semua pihak mengagungkan dan menghormati Ka’bah sebagai tempat suci. Sementara suku Quraisy memiliki tampuk tanggung jawab memelihara Ka’bah serta memenuhi kebutuhan setiap peziarahnya. Karenanya mereka memperoleh jaminan rasa aman baik ketika di lingkungan negaranya mapun saat perjalanan di luar sebagai bentuk keseganan masyarakat lain terhadap mereka.

Baca juga: Benarkah Ahli Kitab Selalu Ingin Memurtadkan Orang Islam?

Tradisi perjalanan perdagangan suku Quraisy pada awalnya diinisiasi oleh kakek nabi Muhammad, Hasyim Ibn ‘Abd Manaf. Sebelumnya, apabila Makkah mengalami kesulitan pangan, maka kepala rumah tangga akan mengajak seluruh anggota keluarga berkemah untuk mendapatkan sumber pangan sampai mereka mati kelaparan di tempat tersebut. Maka beliau menyarankan kepada masyarakat untuk bersama-sama melakukan perjalanan dagang dengan keuntungan dibagi rata antara si kaya dan si miskin. Pada akhirnya saran tersebut diterima dengan baik dan menjadi tradisi baru suku Quraisy.

Pada ayat tiga Allah Swt memberi perintah untuk menyembahNya. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa pemilihan kata pada ayat ini tidak menggunakan lafaz Allah secara langsung, melainkan “Pemilik rumah ini”. Hal tersebut merupakan bentuk kesengajaan sebagai pengingat bahwa kenikmatan berupa jaminan keamanan dan keuntungan material –dari hasil perdagangan- disebabkan mereka merupakan penduduk Makkah dengan Ka’bah di dalamnya. Seandainya Ka’bah tidak terletak di daerah itu, belum tentu mereka mendapatkan kemudahan-kemudahan tersebut. Sementara mereka tinggal di lembah yang tandus nan gersang, juga penduduk sekitar sering kali melakukan aksi perampokan dan pembunuhan.

Dua hal yang disebut ayat terakhir surat ini, yakni jaminan keamanan dan kesejahteraan pangan merupakan unsur-unsur yang saling berkaitan erat. Kesejahteraan pangan (kestabilan ekonomi) melahirkan stabilitas keamanan. Begitu pula sebaliknya, krisis pangan menyebabkan kerawanan keamanan. Kedua hal ini pula yang di masa modern ini terus diusahakan setiap negara, betapapun canggihnya perkembangan teknologi dan informasi.

Baca juga: Tafsir Surah Al-Qasas Ayat 77: Ingat Akhirat Harus, Tapi Dunia Jangan Dilupakan

Suku Quraisy Memiliki Etos Kerja yang Tinggi

Dari penjelasan surah Quraisy di atas jelas bahwa suku Quraisy memiliki etos kerja yang tinggi.  Mereka menunjukkan kreativitas dan inovasi dalam menghadapi permasalahan sehingga melahirkan kebiasaan positif dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan dan keamanan. Selanjutnya adalah citra positif yang dihadirkan dari pelayanan dan pemenuhan tanggung jawab mereka terhadap peziarah Ka’bah sehingga suku Quraisy mendapatkan jaminan rasa aman sebagai bentuk keseganan masyarakat disekitarnya.

Etos kerja lainnya yang contohkan dalam surah ini adalah mobilitas yang tinggi. Mereka melakukan perjalanan dagang baik di musim dingin mapun musim panas. Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga ke luar negeri. Hal ini juga mengajarkan untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru yang lebih menantang.

Terakhir dan yang paling utama dari etos kerja suku Quraisy adalah orientasi ibadah sebagaimana dijelaskan dalam ayat 3. Hal tersebut mengajarkan dan mengingatkan bahwa segala pencapaian dalam kehidupan tidak lepas dari campur tangan Allah Ta’ala. Selain mengandalkan kemampuan dan kerja keras, sikap bersyukur atas segala kemudahan dan fasilitas yang disediakan juga penting dimiliki oleh setiap muslim. Wallahu a’lam.