Tetap Istiqamah di Era Disrupsi, Ini Tips dan Ganjarannya dalam Al-Qur’an

Tetap Istiqamah di Era Disrupsi, Ini Tips dan Ganjarannya dalam Al-Qur’an
Tips dan Ganjaran Istiqamah dalam Al-Qur’an

Zaman terus mengalami perubahan, baik itu ke arah baik atau buruk. Perubahan yang sangat mendasar akibat perkembangan zaman dikenal dengan era disrupsi. Sebuah kondisi di mana terdapat gangguan yang besar pasca perubahan yang sangat mengakar.

Kondisi di era disrupsi ini di satu sisi memberikan kemudahan, namun di sisi lain dapat terlena. Oleh karena itu, seorang yang beriman perlu mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Salah satu persiapan itu adalah tetap istiqamah dalam kondisi apapun.

Sikap istiqamah menjadi penting di era disrupsi, karena era ini memberikan keluasan informasi dan teknologi. Oleh karena itu, keteguhan dan konsistensi menjadi modal utama agar tidak terseret oleh arus besar yang membuat kita tak mengenal lagi arah tujuan hidup.

Untuk itu, mari kita pelajari tips dari Al-Qur’an agar tetap istiqamah. Secara jelas, Al-Qur’an memerintahkan untuk tetap bersitiqamah di jalan yang lurus. Kemudian, Al-Qur’an juga mengabarkan serangkaian “hadiah” yang didapat oleh meraka yang selalu istiqamah.

Perintah Istiqamah dalam Al-Qur’an

Perintah istiqamah terdapat dalam surah Hūd ayat 112. Berikut redaksi dan terjemahannya:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Baca juga: Tafsir Surah Hud Ayat 112: Perintah Istiqomah Dalam Kebaikan

Perintah istaqim, secara bahasa terambil dari kata qama, yang bermakna mantap, terlaksana, dan berkonsentrasi serta konsisten. Dengan demikian, perintah untuk istiqamah mengandung makna pelaksanaan sesuatu secara konsisten dalam keadaan sadar dan fokus. (al-Mu’jam al-Wasīṭ).

Quraish Shihab menjelaskan istaqim sebagai perintah untuk melakukan sesuatu dengan sempurna, diharapkan hasilnya sesempurna mungkin dan tidak disentuh oleh kekurangan dan keburukan. (Tafsir Al-Misbah, jil. 6, hal. 359).

Adapun menurut Sayyid Quthb, dalam kata istaqim mengandung perintah untuk terus menerus memelihara moderasi dan berada pada jalan pertengahan di antara dua titik ekstrem; tidak melebihkan dan tidak pula mengurangi. (Fi Dzilalil Qur’ān, jil. 11, hal. 234).

Setelah perintah istiqamah, terdapat larangan untuk tidak melampaui batas. Asy-Sya’rawi menerangkan lebih lanjut, bahwa keimanan memberikan batasan atas segala sesuatu. Kemudian, keimanan itu yang akan menjaga seseorang untuk tahu batas dan tidak melampauinya. (Tafsir Asy-Sya’rawi, hal. 6710).

Melalui keterangan di atas, dapat kita ketahui bahwa Al-Qur’an memberikan dua tips untuk hidup kita. Pertama, terus konsisten dalam kebaikan dan kebermanfaatan. Kedua, tetap mengetahui batasan dari segala yang kita lakukan.

Dengan sikap dan mental seperti ini kita akan siap dan teguh menghadapi arus globalisasi di era disrupsi. Sikap konsisten dan mengetahui batas memberikan kita kemampuan untuk menyikapi segala perubahan dengan bijaksana. Khususnya dalam menggunakan teknologi dan media sosial.

Baca juga: Tafsir Tarbawi: Pentingnya Penguasaan Teknologi Bagi Pendidik

Jaminan Bagi Mereka yang Isitiqamah

Setelah memahami perintah istiqamah, selanjutnya kita akan melihat bagaimana Al-Qur’an memberikan jaminan bagi mereka yang telah beristiqamah. Hal ini terdapat dalam surah Al-Fussilat ayat 30-31. Berikut redaksi ayat dan terjemahannya:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسْتَقَٰمُوا۟ تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ ٱلَّتِى كُنتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَآؤُكُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِىٓ أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. “Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.”

Melalui ayat ini, setidaknya ada empat jaminan yang dijanjikan Al-Qur’an untuk mereka yang istiqamah dalam hidupnya, terlebih dalam kondisi serba berubah seperti di era disrupsi. Mengingat konsistensi seseorang akan diuji benar-benar dalam situasi yang penuh tekanan dan arus yang besar.

Mereka yang konsisten, baik dalam keimanan dan sikap hidup yang bijak dijanjikan empat hal; Pertama, malaikat akan turun kepada mereka. Kedua, mendapat ketenangan dan keamanan dari kesedihan dan rasa takut. Ketiga, mendapat kabar gembira tentang surga. Keempat, mendapat perlindungan malaikat di dunia dan di akhirat.

Keempat jaminan ini Allah kabarkan untuk menguatkan mereka yang istiqamah. Sikap konsistensi dalam hidup dengan segala kondisinya merupakan hal yang berat. Namun, Al-Qur’an harus menegaskan betapa dahsyatnya jaminan dari Allah bagi mereka yang senantiasa istiqamah.

Dengan begitu, istiqamah di era disrupsi menjadi kebutuhan yang harus dimiliki setiap mukmin. Tentu, setiap kondisi akan mengalami naik turun, akan tetapi ayat ini dan ayat-ayat yang serupa memberi semangat untuk tetap istiqamah. Selain itu, memberikan harapan yang indah baik untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Semoga, kita semua dapat tetap konsisten dalam keimanan di tengah kondisi yang sedang bergejolak ini. Dan juga memiliki kesadaran akan batasan dalam mendayagunakan teknologi dan media sosial dengan bijak. Kemudian, kelak kita akan meraup ganjaran-ganjaran kebaikan sebagaimana yang dianugerahkan kepada mereka yang istiqamah. Amin ya rabbal ‘alamin.

Baca juga: Apa Saja Jaminan Allah dalam Al-Quran untuk Mereka yang Istikamah?