BerandaTafsir TahliliTafsir Surah Al-Mulk ayat 29-30

Tafsir Surah Al-Mulk ayat 29-30

Sebagai penutup, Tafsir Surah Al-Mulk ayat 29-30 kembali menggambarkan kebesaran Allah daripada Tuhan orang-orang kafir, hal ini dikisahkan dalam bentuk pertanyaan jika Allah meresapkan semua air ke dalam tanah, apakah Tuhan mereka dapat mencukupi kebutuhan air mereka untuk hidup di dunia?


Baca Sebelumnya: Tafsir Surah Al-Mulk ayat 27-28


Ayat 29

Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk mengatakan kepada orang-orang kafir Mekah, “Hai orang-orang kafir; aku dan pengikut-pengikutku telah beriman kepada Tuhan semesta alam, Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya, Tuhan yang menetapkan hukum dengan adil. Hanya kepada-Nya sajalah kami serahkan diri dan segala urusan kami, karena Dialah yang menentukan keadaan diri kami dan hanya kepada-Nya sajalah kami mohon pertolongan, karena hanya Dialah yang memberi pertolongan dan memberi kami rezeki untuk kelangsungan hidup dan kehidupan kami. Hanya Dialah yang dapat membebaskan kami dari semua bencana dan malapetaka yang mungkin menimpa kami.”

Ayat ini seolah-olah mencela sikap dan tindakan orang-orang kafir yang menyembah patung-patung yang mereka buat sendiri yang tidak dapat memberi manfaat dan mudarat bahkan harus mereka sendiri yang memelihara dan merawatnya. Demikian pula sikap orang-orang kafir yang selalu membangga-banggakan kekayaan, kekuasaan, dan keturunan mereka, sebagaimana Allah berfirman:

وَقَالُوْا نَحْنُ اَكْثَرُ اَمْوَالًا وَّاَوْلَادًاۙ وَّمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِيْنَ   ٣٥

Dan mereka berkata, “Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab.” (Saba’/34: 35)

Karena kekafiran itu, mereka tidak akan memperoleh kesenangan hidup di akhirat nanti. Kelak mereka akan mengetahui, siapa di antara mereka dan orang-orang mukmin yang menempuh jalan yang benar dan siapa yang menempuh jalan yang sesat. Yang menempuh jalan yang benar sampai ke tempat yang baik penuh kenikmatan dan yang menempuh jalan yang sesat tentu akan sampai di tempat yang sesat pula, penuh kesengsaraan dan penderitaan.

Ayat 30

Dalam ayat ini, Allah menerangkan lagi tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan-Nya, setelah pada ayat yang lalu Dia memerintahkan agar bertawakal kepada-Nya. Allah memerintahkan Muhammad mengatakan kepada orang-orang kafir, “Hai orang-orang kafir, cobalah terangkan kepadaku, apa yang terpikir olehmu, seandainya atas kehendak Allah seluruh air yang mengalir di permukaan bumi ini meresap ke dalam tanah, sehingga sumber-sumber air dan sumurmu menjadi kering, timba-timbamu tidak dapat menimba air lagi.

Apakah tuhanmu yang lain dapat mendatangkan air itu, sehingga kamu dapat minum, kebun-kebunmu menjadi subur kembali dan binatang-binatang ternakmu dapat berkembang biak? Tidak ada sesuatu pun yang dapat mendatangkan air itu kecuali Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. Kenapa kamu masih menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang tidak layak bagi-Nya?”

Ayat ini menyuruh orang-orang kafir membandingkan dasar ketuhanan menurut pengertian mereka dengan sifat pemahaman ketuhanan menurut agama yang disampaikan Muhammad saw. Tuhan yang disembah menurut yang diajarkan Rasulullah adalah Tuhan pencipta seluruh makhluk, dan menjaga kelangsungan hidup semua yang hidup di alam ini. Dia Mahakuasa dan Maha Menentukan segala sesuatu, tidak memerlukan sesuatu apa pun untuk menolong-Nya dan sebagainya.

Bukan Tuhan yang dibuat manusia atau diangkat oleh manusia sendiri untuk disembah, seperti pemahaman ketuhanan orang-orang musyrik. Ayat ini seakan mengingatkan mereka bahwa Tuhan yang pantas disembah itu hanyalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak beranak, tidak dilahirkan, tidak berserikat dengan suatu apa pun, dan tidak memerlukan makhluk-makhluk lain untuk membantu-Nya melaksanakan setiap urusan.

(Tafsir Kemenag)


Baca Juga: Memahami Makna Setan dan Kejahatan Dalam Al-Quran


Redaksi
Redaksihttp://tafsiralquran.id
Tafsir Al Quran | Referensi Tafsir di Indonesia
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...