BerandaUlumul QuranMunasabah Surah Quraisy dan Alma’un

Munasabah Surah Quraisy dan Alma’un

Dalam khazanah Ulumul Quran terdapat istilah munasabah yang berarti keterkaitan. Munasabah dapat terjadi dalam konteks ayat maupun surah. Dalam tesis Sahiron Syamsuddin yang telah dibukukan, munasabah diistilahkan dengan Irtibat al-Ayat wa al-Suwar. Jika dialih bahasakan menjadi “ketersalingterkaitan ayat-ayat dan surah-surah dalam Alquran”. Tujuan dari mempelajari munasabah ialah untuk mengambil pelajaran antar ayat dan surah dalam Alquran, meskipun terkadang bila dibaca sepintas terdapat perbedaan. Untuk itu, tulisan ini mengulas salah satu munasabah surah dalam Alquran, yakni Surah Quraisy dan Alma’un.

Penafsiran Surah Quraisy dan Alma’un menurut para mufasir

Ayat pertama dan kedua surah Quraisy mengisahan tentang masyarakat Quraisy yang berkebiasaan berdangang ke negeri Syam ketika musim panas serta Yaman dan Basrah ketika musim dingin (Tejemah Tafsir At-Thabari, jilid 26, hlm. 973). Pada ayat ketiga, Allah memerintahkan Nabi yang juga sebagian dari masyarakat Quraisy untuk menyembah Allah dan bersyukur. Yakni Dzat yang memberikan rezeki berupa makanan dikala lapar dan keamanan dikala hati takut yang dijelaskan pada ayat ke empat.

Mayoritas ulama sepakat bahwa Surah Quraisy dan Alfiil adalah dua surah yang berbeda. Akan tetapi Ibnu Jarir dan dan Quraish Shihab dalam Al-Misbah mendiskusikan tentang alasan mengapa kedua surah ini saling terhubung. Pada surah Al-Fiil disebutkan tentang pertolongan Allah atas kaum Quraisy terhadap serangan pasukan gajah. Melalui surah Quraisy ini, Allah juga memberikan beberapa kenikmatan lainnya dan memerintahkan mereka untuk bersyukur (Tafsir Al-Misbah, jilid 15, hlm. 536).

Baca juga: Tafsir Surah Quraisy Ayat 2: Ke Mana Rihlah Quraisy?

Dalam Tafsir Al-Misbah begitu juga dalam tulisan Siti Rohmah yang telah terbit, dijelaskan muasal tradisi berdangang berasal dari Hasyim Ibnu Abd Manaf, kakek Rasulullah. Sebelumnya, ketika musim kelaparan melanda, masyarakat Quraisy berpindah-pindah tempat sampai mereka mati kelaparan. Melihat realita tersebut, Hasyim mengajak penduduk Quraisy untuk bergotong-royong berdagang ke negara tetangga guna mempertahankan hidup. Keuntungan yang mereka dapatkan dibagi rata antara kaya dan miskin (Tafsir Al-Misbah, jilid 15, hlm. 538).

Terkait penafsiran Surah Alma’un, sebelumnya saya telah menuliskan dalam dua artikel tersendiri yang tentu tidak perlu diulang di sini. Inti dari surah Alma’un pada dua tulisan saya sebelumnya adalah kecaman Allah pada orang-orang yang mendustakan Agama. Yakni orang-orang  yang tidak memenuhi hak-hak orang yang membutuhkan, tidak bersungguh-sungguh dalam salat dan melakukan perbuatan terpuji tanpa dilandasi niat tulus karena Allah.

Hubungan Surah Quraisy dan Alma’un

Munasabah surah Quraisy dan Alma’un terwujud dalam bentuk yang berlawanan. Pada surah Quraisy, Allah mengabarkan tentang banyak nikmat yang Dia berikan kepada masyarakat Quraisy. Nikmat tersebut berupa keamanan dan keselamatan dari kelaparan.

Sekalipun Surah Quraisy mengisahkan tentang kebiasaan berdagang masyarakat Quraisy, keberhasilan berdangang mereka yang menghasilkan banyak harta semata-mata bukan hanya dari usaha, melainkan juga melibatkan kuasa Allah sebagaimana yang dijelaskan pada ayat keempat. Untuk itu, redaksi ayat sebelumnya berisi seruan untuk menyembah Tuhan pemilik Kabah.

Pesan tersirat dari Surah Quraisy adalah seruan untuk menyembah Allah. Sebab kenikmatan dan keamanan yang manusia dapatkan adalah berkat rahmat Allah. Begitulah yang tergambarkan pada kisah dalam Surah Quraisy secara keseluruhan.

Baca juga: Surah Alma’un dan Ibadah Dimensi Sosial

Adapun dalam Surah Alma’un, kecaman  terhadap pendusta agama merupakan implementasi dari seruan menyembah Allah. Setelah bertauhid, seseorang harus menjalankan syariat Islam secara keseluruhan. Pada artikel saya sebelumnya, implementasi beragama terbagi menjadi dua bentuk ibadah yakni ibadah ketuhanan dan ibadah dimensi sosial.

Ibadah ketuhanan seperti salat merupakan suatu kewajiban tiap muslim kepada Allah. Adapun dimensi sosial seperti zakat dan sedekah merupakan bentuk ibadah yang mengajarkan bahwa tiap-tiap harta yang dimiliki seorang muslim mengandung hak orang lain yang membutuhkan.

Itu sebabnya pada surah Quraisy  pada ayat 3 yang berisi seruan menyembah Allah didahului dengan kisah perdagangan masyarakat Quraisy di masa lampau. Ayat 3 juga di akhiri dengan alasan perintah menyembah Allah, yakni karena mereka telah dimudahkan mendapatkan rezeki dan rasa aman dari ketakutan.

Simpulan

Munasabah surah Quraisy dan Alma’un terletak pada seruan dan implementasi menyembah Allah. Salah satu pesan dari surah Quraisy berisi seruan kepada Allah atas segala kenikamatan yang telah diberikan-Nya. Adapun pada Surah Alma’un berisi kecaman terhadap orang-orang yang tidak menerapkan esensi agama Islam secara paripurna. Inti dari beragama pada surah tersebut yani ibadah berdimensi spiritual dan sosial.  Wallahu a’lam[]

Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo
Muhammad Wildan Syaiful Amri Wibowo
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Manzhumah At-Tafsir karya Az-Zamzami

Az-Zamzami, Sastrawan Abad Pertengahan yang Berperan Penting dalam Ulumul Quran

0
Abdul Aziz Az-Zamzami merupakan sastrawan era abad pertengahan yang berperan penting dalam persebaran ulumul Quran. Namanya juga tercatat dalam sejarah literasi di tanah Arab...