BerandaUlumul QuranKemukjizatan Al-Quran: Pengertian dan Tanda-Tandanya

Kemukjizatan Al-Quran: Pengertian dan Tanda-Tandanya

Kemukjizatan Al-Quran adalah sebuah keniscayaan dalam keyakinan umat Muslim. Secara sederhana kata mukjizat (معجزة) diartikan dengan “sesuatu yang melemahkan atau sesuatu yang membuat pihak lain bungkam dan membuat pihak lain mati kutu menghadapinya.” Bahkan ada ulama yang menyatakan bahwa kata معجزة adalah kata superlative dari kata معجز yang berarti “sangat melemahkan, sangat membuat bungkam, membuat pihak lain sama sekali tidak berdaya untuk menghadapinya.”

Kita tahu bahwa Al-Quran adalah firman-firman Allah Yang Maha Agung, Yang Maha Tinggi, dan Yang Maha Menciptakan. Tidak diragukan bahwa dalam sejarahnya Al-Quran dapat melemahkan ucapan-ucapan atau kalimat-kalimat dari manusia mana pun yang ingin menantangnya.

Kita juga sudah tahu bahwa bahasa-bahasa yang beraneka ragam yang jumlahnya tidak terhitung di dunia ini diciptakan oleh Allah untuk umat manusia. Sehingga manusia dapat melakukan komunikasi antara satu dengan yang lain. Ini berarti bahwa bahasa yang digunakan manusia itu adalah pemberian Allah kepada manusia.

Sehebat apa pun manusia dalam menggunakan bahasa yang diberikan oleh Allah itu tidak akan mungkin dapat menandingi Allah dalam menyampaikan bahasa-Nya itu. Bahasa manusia adalah pemberian Allah sedangkan Al-Quran adalah bahasa Allah sendiri. Bagaimana mungkin seseorang yang diberi sesuatu (bahasa) mampu menandingi Allah yang menciptakan sesuatu (bahasa) itu.


Baca Juga: Penjelasan Tentang Nama Al-Quran: al-Quran, al-Furqan, dan al-Tanzil


Sehebat apa pun bahasa yang digunakan oleh manusia tidak akan mungkin dapat menyaingi dan menandingi bahasa Allah. Itu berarti, bahwa bahasa mana pun tidak akan mampu menyaingi bahasa Al-Quran. Karena ayat-ayat Al-Qur’an adalah bahasa (firman-firman) Allah. Manusia maupun jin tidak akan mampu mendatangkan sesuatu yang sama dengan Al-Quran. Kemukjizatan Al-Quran ini ditegaskan oleh Allah di dalam QS. Al-Isra’ [17]: 88:

قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا

Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.

Agar kita dapat mengentahui secara mendalam pengertian mukjizat, maka dalam uraian ini saya ini mengemukakan 3 definisi mukjizat yang dikemukakan oleh 3 ulama, yaitu sebagai berikut:

Pertama, Al-Fakhr Ar-Razi, menyatakan bahwa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang sangat berbeda dengan kebiasan disertai dengan tantangan, yang tidak mungkin dilawan oleh siapa pun.

Kedua, Ibn Hamdan menyatakan bahwa mukjizat adalah sesuatu yang menembus atau melintas adat kebiasaan, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, yang selaras dengan pengakuan kerasulan, berhubungan dengannya dan sesuai dengannya, yang menimbulkan penentangan, di mana tidak satu pun manusia mampu menandinginya, tidak pula menyamainya, dan tidak pula mampu mennyerupainya.

Ketiga, Hasan Dhiya’ al-Din ‘Itr menyatakan bahwa mukjizat adalah sesuatu yang diberlakukan oleh Allah pada seorang Nabi yang melampaui kemampuan-kemampuan manusia, yang bertentangan dengan hokum alam, dan materi yang khusus, yang dengannya seorang nabi menghadapi tantangan manusia, sehingga tidak seorang pun dari manusia yang mampu melawannya.

Dari tiga definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sesuatu yang disebut mukjizat itu memiliki tiga ciri utama, yaitu 1) Sesuatu kelebihan yang luar biasa yang diberikan oleh Allah kepada seorang nabi/rasul, 2) Sesuatu itu berlainan dan bertentangan dengan kebiasaan/hukum alam, 3) sesuatu itu tidak mampu ditandingi, disaingi oleh siapa pun.

Kemukjizatan Al-Quran bagi Nabi Muhammad saw karena memiliki tiga ciri itu. Tidak ada satu pun manusia dari dahulu ketika turunnya Al-Quran sampai akhir zaman nanti yang mampu menandingi Al-Quran. Menghidupkan orang mati adalah mukjizat Nabi Isa, karena memiliki tiga ciri itu.

Tidak satu pun manusia yang mampu menghidupkan orang mati. Yang mampu menghidupkan orang mati hanyalah Allah. Tongkat menjadi ular adalah mukjizat Nabi Musa, karena memiliki tiga ciri itu. Tidak ada satu pun manusia yang mampu menjadikan tongkat menjadi ular.

Mukjizat adalah sesuatu yang unik yang dilihat dan dirasakan oleh manusia, yang secara akal sulit atau tidak mungkin terjadi. Oleh sebab, mukjizat adalah sesuatu yang unik yang mungkin dapat dilakukan manusia mana pun, dengan kemampuan apa pun. Manusia terpaku dan tidak berdaua untuk melakukan hal yang sama dengan mukjizat.

Ada beberapa syarat atau kriteria sehingga sesuatu itu dipandang sebagai mukjizat. Krietrianya adalah sebagai berikut:

Pertama, sesuatu yang disebut mukjizat itu hanya ada di tangan para nabi, tidak di tangan manusia yang lain. Kalau Nabi sudah tidak ada, maka mukjizat itu pun sudah tidak ada.

Kedua, sesuatu itu terjadi karena kehendak dan keinginan Allah. Satu pun manusia tidak mampu melakukan atau mewujudkannya, seperti firman Allah di dalam Al-Qur’an, terpancarnya air di celah jari-jari Nabi, dan seperti api yang tidak membakar Nabi Ibrahim.

Ketiga, sesuatu itu terjadi di luar kebiasaan manusia. Hal itu terjadi tanpa ada sebab musabbab yang menimbulkannya.

Keempat, sesuatu itu tidak dapat dibuat tandingannya yang sama dengan itu oleh siapa pun dari manusia.

Kelima, sesuatu itu terjadi pada seseorang yang sesuai dengan pengakuannya. Jika dia mengatakan, bahwa saya dapat menghidupkan orang mati, lalu dia betul-betul dapat melakukannya, maka itulah yang disebut mukjizat.

Kemukjizatan Al-Quran bagi Nabi Muhammad saw telah menunjukkan tanda-tanda di atas. Para ahli Bahasa dan penyair-penyair Arab yang terkenal dengan kemampuannya mengubah syair, tidak mampu mereka menciptakan kalimat yang sama dengan kalimat-kalimat Al-Qur’an. Oleh sebab itu, maka Kemukjizatan Al-Quran tidak diragukan lagi. Wallahu A’lam

Ahmad Thib Raya
Ahmad Thib Raya
Guru Besar Pendidikan Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dewan Pakar Pusat Studi Al-Quran (PSQ)
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU