BerandaTafsir TematikTafsir TarbawiDua Metode Pendidikan Pralahir Berbasis Alquran

Dua Metode Pendidikan Pralahir Berbasis Alquran

Islam mengatur berbagai hal terkait kehidupan manusia, termasuk soal pendidikan yang ternyata tidak hanya didapatkan sejak manusia itu dilahirkan. Pendidikan sejatinya sudah dimulai ketika manusia belum dilahirkan. Fase tersebut terjadi ketika manusia masih berada dalam perut Ibu. Pada waktu itu, calon bayi sudah dapat menerima pendidikan, yang biasa disebut dengan pendidikan pralahir.

Agus Susanto dalam bukunya Parenting Rabbani menamai pendidikan pralahir ini dengan istilah “Mendidik dalam Gelap”. Hal tersebut berdasarkan pada keadaan manusia yang masih dalam kandungan. Sebab saat dalam kandungan, janin berada dalam tiga kegelapan, yaitu dinding perut, dinding rahim, dan plasenta.

Baca juga: Bayi Menangis? Bacalah Do’a Ibu Maryam ini dalam Al-Quran

Allah SWT berfirman dalam QS. Azzumar ayat 6 sebagaimana berikut,

…. يَخۡلُقُكُمۡ فِي بُطُونِ أُمَّهَٰتِكُمۡ خَلۡقٗا مِّنۢ بَعۡدِ خَلۡقٖ فِي ظُلُمَٰتٖ ثَلَٰثٖۚ ….

Terjemah: “…Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. …” (QS. Azzumar [39]: 6)

Menurut Tafsir Kementerian Agama, dalam potongan ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa ketika bayi berada dalam kandungan, ia berada dalam tiga kegelapan, yaitu pada bagian dalam selaput yang menutupi bayi dalam rahim, sehingga bayi itu terlindung dari pengaruh pembusukan.

Para ilmuwan menjelaskan bahwa tiga lapis membran yang dapat mengamankan janin selama berada di dalam rahim adalah, pertama, lapisan membran amnion yang mengandung cairan sehingga janin dalam keadaan berenang. Kondisi demikian ini melindungi janin apabila ada benturan dari luar.

Kedua, lapisan membran chorion. Ketiga, lapisan membran decidua. Beberapa peneliti menghubungkan tiga lapisan kegelapan dalam ayat di atas dengan lapisan membran amniotik yang mengelilingi rahim, dinding rahim itu sendiri, dan dinding abdomen di bagian perut.

Baca juga: Memaknai Surah al-Nahl Ayat 125 dalam Konteks Quranic Parenting

Ketika bayi berada pada masa tiga kelepan tersebut, siklus kehidupannya disebut dengan kehidupan psikologis (Susanto, 2021: 2). Kehidupan psikologis janin dimulai ketika roh telah ditiupkan dan janin mulai bisa bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Sejak itulah pendidikan pralahir dapat dilakukan.

Ada beberapa cara atau metode dalam pendidikan pralahir (prenatal), antara lain sebagaimana berikut ini:

Pertama, memberi rangsangan yang baik pada indra. Indra pertama yang berfungsi pada bayi adalah pendengaran, sehingga rangsangan yang diberikan dapat berupa suara-suara yang baik atau bacaan-bacaan Alquran dan zikir. Hal tersebut dilakukan karena bayi dianugerahi indra pendengaran sebagaimana Allah sebutkan dalam QS. Annahl ayat 78.

Kedua, mengamalkan nilai-nilai spiritualitas bagi orang tua si bayi terutama sang ibu ketika mengandung. Hal tersebut karena aktivitas-aktivitas ibadah dapat menenangkan hati seseorang. Allah SWT berfirman:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ

Terjemah: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Arra’d [13]: 28)

Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa dalam ayat tersebut Allah menjelaskan orang-orang yang selalu kembali kepada Allah dan menyambut kebenaran itu adalah orang-orang yang beriman.

Mereka merupakan orang-orang yang ketika berzikir mengingat Allah dengan membaca Alquran dan sebagainya, hati mereka menjadi tenang. Hati memang tidak akan dapat tenang tanpa mengingat dan merenungkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah, dengan selalu mengharap keridaan-Nya.

Demikian pula, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa hati orang-orang beriman itu senang dan tenang berada di sisi Allah, merasa tenteram dengan mengingat-Nya, dan rela kepada-Nya sebagai Pelindung dan Penolongnya.

Ayat di atas menegaskan bahwa dengan mengingat Allah melalui zikir atau membaca Alquran menjadikan seseorang tenang secara psikologis. Ketika hal tersebut dilakukan oleh ibu hamil, dampak ketenangan tersebut akan menurun kepada janin yang dikandungnya. Sehingga intensitas ibadah atau spiritualitas yang dilakukan selama kehamilan turut berperan dalam mendidik anak pada masa prenatal.

Baca juga: Kajian Makna Kata Sarab (Fatamorgana) dalam Al-Quran dan Hikmahnya

Pendidikan pralahir atau prenatal sejatinya bukanlah sesuatu yang baru mencuat. Sebab ilmuwan Barat telah mengemukakan hal tersebut, tetapi dengan versi mereka, seperti mendengarkan alunan musik dan lain-lain.

Islam pun memiliki versi pendidikan pralahir tersendiri, yaitu yang selaras dengan Alquran. Dua metode di atas merupakan beberapa ajaran dalam Alquran yang telah digunakan oleh Barat dengan versi berbeda.

Pendidikan pralahir dalam Islam lebih mengedepankan penggunaan zikir atau ayat-ayat Alquran sebagai media baik digunakan untuk merangsang janin maupun sebagai treatment sang ibu selama menjalani kehamilan. Wallahu a’lam.

Saibatul Hamdi
Saibatul Hamdi
Minat Kajian Studi Islam dan Pendidikan Islam
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Catatan interpolasi tafsir Jami‘ al-Bayan karya Al-Ijiy pada naskah Jalalain Museum MAJT

Jami’ al-Bayan: Jejak Tafsir Periferal di Indonesia

0
Setelah menelaah hampir seluruh catatan yang diberikan oleh penyurat (istilah yang digunakan Bu Annabel untuk menyebut penyalin dan penulis naskah kuno) dalam naskah Jalalain...