BerandaTafsir TematikTafsir AhkamKewajiban Niat Puasa Ramadan di Malam Hari

Kewajiban Niat Puasa Ramadan di Malam Hari

Puasa adalah salah satu ibadah yang disyaratkan niat di dalamnya. Oleh karena itu, ulama menyatakan bahwa salah satu syarat sah puasa ialah melakukan niat di malam hari. Apabila tidak melakukan niat, sekalipun sebab lupa, maka wajib mengqada puasa. Berikut penjelasan ulama tentang kewajiban niat Puasa Ramadan di malam hari.

Kewajiban niat tatkala puasa

Allah berfirman:

فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ

“Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 185)

Tatkala menguraikan tafsir ayat di atas, Imam al-Razi memberikan pengertian puasa sebagai menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dalam keadaan dia ingat sedang berpuasa, dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dan disertai niat. al-Razi lalu membantah pendapat yang menyatakan puasa tidak butuh niat. Menurut al-Razi, puasa adalah suatu tindakan. Sedangkan, suatu tindakan membutuhkan niat agar menjadi ibadah (Mafatih al-Ghaib/3/105-106).

Baca juga: Keharusan Menahan Diri Bagi Orang yang Tidak Puasa di Bulan Puasa

Imam al-Qurthubi menyatakan hal serupa. Menurutnya, puasa adalah ibadah. Maka, puasa tidak bisa sah tanpa adanya niat. Sementara itu, niat puasa dilakukan sebelum terbitnya fajar. Imam al-Qurthubi mengutip hadis yang diriwayatkan dari Hafshah:

مَنْ لَمْ يُبَيِّتْ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلَا صِيَامَ لَهُ

Barangsiapa tidak berniat puasa sejak malam sebelum fajar, maka tidak ada puasa baginya (HR. Ibn Huzaimah, Ibn Hibban dan al-Daruqutni). (Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an/2/319)

Imam al-Syaukani tatkala menguraikan kandungan hukum dari hadis tersebut menyatakan bahwa puasa adalah ibadah yang membutuhkan niat, dan niat harus di letakkan di malam hari. Yakni mulai dari terbenamnya matahari sampai sebelum terbitnya fajar. Selain itu, niat harus dilaksanakan tiap hari. Tidak cukup sekali di awal bulan. (Subulus Salam/3/306)

Niat puasa harus di malam hari

Penjelasan sejumlah ulama di atas menunjukkan wajibnya melakukan niat tatkala puasa. Selain itu, niat harus di letakkan di malam hari. Konsekuensinya, apabila lupa tidak melakukan niat di malam hari, maka puasa tidak sah. Imam al-Nawawi menyatakan, orang yang lupa berniat sebelum munculnya fajar, maka puasanya tidak sah. Dia berkewajiban mengqada puasa serta tetap menahan diri dari makan dan minum sebagaimana orang yang berpuasa, sampai terbenamnya matahari.

Baca juga: Makan dalam Keadaan Lupa Tidak Batalkan Puasa

Meski begitu, untuk sekedar berhati-hati, Imam al-Nawawi menganjurkan orang tersebut untuk berniat di siang hari. Sebab, meski menurut Mazhab Syafi’i tidak sah, menurut Mazhab Abu Hanifah hal demikian tetap sah. Oleh karena itu, Imam al-Nawawi secara tidak langsung menyatakan, bagi orang yang lupa berniat di malam hari, maka ia dianjurkan tetap berpuasa dan berniat di siang harinya. Dan ia tetap harus mengqada puasa sebagai akibat pendapat Mazhab Syafi’i yang meyakini puasanya tidak sah (al-Majmu’/6/299).

al-Umrani di dalam al-Bayan menjelaskan, ulama yang mewajibkan meletakkan niat sebelum terbitnya fajar adalah Mazhab Syafi’i, Maliki dan Hanbali. Sedang Mazhab Hanafi, dalam permasalahan puasa di bulan Ramadan, membolehkan berniat puasa di siang hari sampai sebelum tergelincirnya matahari atau waktu zuhur (al-Bayan/3/489).

Kesimpulan

Dari berbagai uraian di atas kita dapat mengambil kesimpulan, niat puasa hukumnya wajib. Dan niat tersebut harus diletakkan sebelum terbitnya fajar. Apabila ada orang yang lupa berniat puasa di malam hari, menurut Mazhab Syafi’i, puasanya tidak sah dan wajib mengqada puasa serta tetap menjahui makan dan minum. Meski begitu, ia tetap dianjurkan berniat puasa di siang hari. Agar ada kemungkinan puasanya dihukumi sah meski menurut mazhab lain. Wallahu a’lam[]

Muhammad Nasif
Muhammad Nasif
Alumnus Pon. Pes. Lirboyo dan Jurusan Tafsir Hadis UIN Sunan Kalijaga tahun 2016. Menulis buku-buku keislaman, terjemah, artikel tentang pesantren dan Islam, serta Cerpen.
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Penggunaan tinta merah pada frasa walyatalaththaf dalam mushaf kuno Kusamba, Bali (Sumber: Balai Litbang Agama Semarang)

Tinta Warna pada Mushaf Alquran (Bagian II)

0
Merujuk keterangan yang diberikan oleh Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H.), penggunaan tinta warna dalam penulisan mushaf Alquran awalnya merupakan buntut dari diterapkannya diakritik...