BerandaKisah Al QuranKisah Masa Kecil Nabi Isa as dan Awal Mula Wahyu Turun Kepadanya

Kisah Masa Kecil Nabi Isa as dan Awal Mula Wahyu Turun Kepadanya

Kisah nabi Isa as adalah salah satu kisah para nabi terdahulu yang paling lengkap diceritakan oleh Al-Qur’an. Kisah Nabi Isa disebutkan dalam surat Ali ‘Imran ayat 49-55, al-Maidah ayat 110-118, an-Nisa ayat 157-158, dan surat Maryam ayat 16-36. Ayat-ayat ini bercerita tentang kelahiran dan masa kecil nabi Isa serta awal mula wahyu turun kepadanya, hingga pengangkatannya ke langit.

Nabi Isa as merupakan nabi terakhir yang diutus Allah swt kepada Bani Israil. Maka tidak heran kalau dalam agama Nasrani, nabi Isa begitu dimuliakan. Bahkan mereka mengelu-elukan beliau (Yesus) sebagai anak Tuhan atau manifestasi Tuhan di dunia. Pemujaan umat Kristiani kepada nabi Isa ini serupa dengan pemujaan bangsa Yahudi kepada Uzair.

Kisah nabi Isa as dalam Al-Qur’an dimulai dari kisah kelahiran Isa yang digambarkan Allah swt dengan indah dalam surat Maryam [19]: 16 sampai dengan QS Maryam [19]: 40. Dalam kelompok ayat ini Allah swt menjelaskan bagaimana situasi kelahiran Nabi Isa sebagai seorang nabi pilihan dan ketika ibunya, Maryam, dengan penuh ketabahan menghadapi bani Israil yang menuduhnya sebagai pezina dengan kehadiran bayinya itu.

Tuduhan-tuduhan keji bani Israil kepada Maryam kemudian dijawab tuntas oleh Allah swt melalui lisan nabi Isa kecil. Allah pun lantas menghibur Maryam dengan memberikan mukjizat kepada nabi Isa yang masih bayi untuk berbicara dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kaumnya. Ia membuktikan bahwa Ibunya adalah perempuan baik-baik dan dirinya adalah utusan Allah swt.

Firman Allah swt:

قَالَ اِنِّيْ عَبْدُ اللّٰهِ ۗاٰتٰنِيَ الْكِتٰبَ وَجَعَلَنِيْ نَبِيًّا ۙ ٣٠

Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. (QS. Maryam [19]: 30).

Masa Kecil Nabi Isa as dan Awal Mula Wahyu Turun Kepadanya

Setelah periode kelahiran nabi Isa as, Al-Qur’an tidak menceritakan lagi kehidupan masa kecil nabi Isa hingga dewasa. Menurut Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Athlas Al-Qur’an (2001: 116), Isa tinggal bersama ibunya di Nashirah (Nazareth) kemudian pindah ke Mesir sampai berumur 12 tahun. Mereka berdua pergi ke Ain Syam Mesir bersama Yusuf an-Najjar. Umur 12 tahun nabi Isa kembali ke tanah Palestina dan bertemu dengan Yahya (Yohanes) di Sungai Jordan tatkala Isa berumur 30 tahun.

Kenapa Maryam membawa putra-nya pindah ke Mesir? Ibnu Katsir mengutip cerita dari Wahab ibn Munabbih dalam Qashash al-Anbiya bahwa pada saat kelahiran nabi Isa tampak bintang besar di langit yang menyebabkan Raja Persia pingsan menyaksikannya. Lalu Raja bertanya kepada para dukun kerajaan apa yang terjadi, para dukun menjawab inilah kelahiran yang sangat agung di muka bumi. Kemudian Raja mengirim utusan membawa hadiah emas dan barang berharga lainnya untuk bayi yang baru lahir tersebut.

Ketika kabar nabi Isa kecil bisa berbicara merebak, pada saat bersamaan maka sampailah utusan sang Raja Persia ke tempat ibunda Maryam guna menyerahkan berbagai macam hadiah untuk nabi Isa. Menurut sebagian riwayat, sang raja mengutus pembawa hadiah disertai beberapa orang yang ditugaskan untuk membunuh nabi Isa kecil ketika semua utusan telah kembali. Ia melakukan hal tersebut karena takut kekuasaannya akan runtuh sebab kedatangan nabi Isa.

Sang raja sudah merasa yakin akan keberhasilan rencananya. Namun tanpa ia sadari, rencana tersebut telah diketahui oleh si utusan. Oleh karena itu ketika menyerahkan hadiah, ia berkata kepada Maryam dengan nada peringatan, “Sesungguhnya utusan raja Syam datang dengan tujuan – utama – membunuh anakmu.” Kemudian Maryam pergi membawa nabi Isa kecil ke Mesir dan ia tinggal di sana hingga nabi Isa berumur dua belas tahun.

Berbagai keajaiban dan mukjizat muncul pada masa kecil nabi Isa as. Hal ini bisa dirasakan secara langsung oleh ibunya yakni Maryam dan orang-orang sekitar yang menyaksikan pertumbuhannya. Misalnya, ada seorang pedagang yang berjualan di tempat persinggahan orang-orang. Suatu hari ia kehilangan harta di dalam rumahnya. Rumah tersebut hanya dihuni oleh orang-orang fakir, orang-orang lemah dan orang-orang yang sangat membutuhkan bantuan. Ia sama sekali tidak mengetahui siapa yang mengambil hartanya.

Ketika si pedagang hampir putus asa, ia kemudian mendatangi Maryam untuk dicarikan solusi. Saat permasalahan itu, nabi Isa kecil lantas menemui seorang yang buta dan berkata, “Bawalah kursi ini dan bangkitlah.” Si buta menjawab, “Aku tidak sanggup.” Nabi Isa berkata kembali, “Kamu sanggup melakukannya, sebagaimana kamu telah mengambil harta dari kotak yang ada di rumah si pedagang.” Orang-orang yang mendengar tercengang dan si buta akhirnya mengaku lalu mengembalikan barang yang dicurinya.

Meskipun masa kecil nabi Isa as dikelilingi keajaiban, hal itu tidak serta merta membuatnya disukai oleh masyarakat sekitar. Ia bahkan diceritakan sering dijauhi oleh teman-temannya akibat perintah dan tuduhan buruk dari orang tua mereka. Para orang tua itu berkata, “Demi Allah jika kalian biarkan anak-anak kalian bermain dengan Isa tentu dia akan merusaknya.” Mereka selalu mengisolasi anak-anak mereka di tempat tertentu agar tidak berteman dengan nabi Isa kecil.

Menurut Wahab bin Munabbih, awal mula wahyu turun kepada nabi isa adalah ketika ia memasuki umur 13 tahun. Allah swt memerintahkan Isa untuk meninggalkan Mesir, kembali ke Nashirah. Namun wahyu ini bukan peresmian pengangkatan nabi Isa sebagai rasul. Lalu Yusuf, anak paman Maryam, membawa Isa dan Maryam naik keledai kembali ke tempat tinggal mereka semula sebelum pergi ke Mesir dan tinggal di sana hingga beberapa tahun ke depan.

Ketika usia nabi Isa as mencapai 30 tahun, barulah awal mula wahyu kenabian turun kepadanya sebagai tanda peresmian bahwa ia adalah seorang nabi dan rasul yang terakhir bagi kalangan bani Israil. Pada saat itu, Allah swt menurunkan Kitab Suci Injil kepada nabi Isa dan mengajarinya Kitab Suci Taurat serta memberikan beberapa mukjizat untuk membuktikan-mendukung kenabiannya.

Firman Allah swt:

وَيُعَلِّمُهُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرٰىةَ وَالْاِنْجِيْلَۚ ٤٨

Dan Dia (Allah) mengajarkan kepadanya (Isa) Kitab, Hikmah, Taurat, dan Injil.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 48).

Dalam ayat di atas dijelaskan bahwa di samping mengajari Isa Taurat dan Injil, Allah swt juga mengajarinya al-kitab dan al-hikmah. Menurut M. Quraish Shihab yang dimaksud dengan al-kitab adalah kemampuan tulis baca, sedangkan al-hikmah adalah kemampuan memahami dan melaksanakan sesuatu yang benar, sesuai, wajar dan tepat (Tafsir Al-Mishbah [2]: 89). Wallahu a’lam.

Muhammad Rafi
Muhammad Rafi
Penyuluh Agama Islam Kemenag kotabaru, bisa disapa di ig @rafim_13
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

Literasi sebagai Fondasi Kemajuan Bangsa Perspektif Alquran

0
Dapat kita saksikan di berbagai negara, khususnya Indonesia, pembangunan infrastruktur seringkali diposisikan sebagai prioritas utama. Sementara pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia seringkali acuh tak...