Nabi Hud As adalah seorang tokoh yang disebutkan Allah Swt dalam Al-Qur’an. Dia merupakan seorang rasul keempat yang wajib ketahui oleh umat Islam setelah nabi Adam, nabi Idris dan nabi Nuh. Kisah nabi Hud banyak tersebar dalam Al-Qur’an, yakni pada QS. at-Taubah, QS. Ibrahim, QS. al-Furqan, QS. al-‘Ankabut, QS. Shad, dan QS. Qaf. Bahkan namanya diabadikan sebagai nama surah Al-Qur’an, yakni surah Hud, surat kesebelas dari 114 surah.
Nabi Hud As memiliki silsilah yang sampai kepada nabi Nuh, yakni Hud bin Syalikh bin Arfakhasyadz bin Sam bin Nuh as. Pendapat lain mengatakan bahwa silsilah Hud as adalah Hud bin Abdullah bin Rabah bin al-Jarud bin ‘Ad bin ‘Aush bin iram bin Sam bin Nuh as. Terlepas dari pendapat mana yang tepat, dapat disimpulkan bahwa nabi Hud adalah keturunan nabi Nuh dari anaknya Sam (Kisah Para Nabi dan Rasul: 129).
Beliau berasal dari kabilah ‘Ad. Mereka adalah sekelompok bangsa Arab yang tinggal di bukit-bukit pasir di sekitar Yaman, yakni antara Oman dan Hadramaut. Perbukitan tersebut memanjang di sepanjang laut asy-Syahar dan memiliki lembah bernama Mughits. Mayoritas kaum ‘Ad tinggal di bangunan-bangunan dengan tiang yang sangat besar sebagaimana disebutkan Allah dalam QS. al-Fajr: 6-7;
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ ٦ اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ ٧
Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad? (yaitu) penduduk Iram (ibukota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi. (QS. al-Fajr: 6-7)
Nabi Hud As merupakan nabi pertama yang berasal dari bangsa Arab dan berbahasa Arab. Hal ini diterangkan dalam Shahih Ibnu Hibban pada hadis panjang terkait para rasul dan nabi yang diriwayatkan dari Abu Dzarr. Dalam hadis tersebut Rasulullah Saw bersabda, “diantara para nabi dan rasul ada empat nabi yang berasal dari bangsa Arab, yaitu: Hud, Shalih, Syu’aib dan Nabimu, wahai Abu Dzarr.”
Baca Juga: Kisah Nabi Nuh As dan Keingkaran Kaumnya Dalam Al-Quran
Hadis tersebut menginformasikan bawah hanya ada 4 nabi yang berasal dari bangsa Arab. 2 orang berasal dari al-‘Arab al-‘Aribah, yakni Hud dan Shalih, sedangkan dua lainnya berasal dari al-‘Arab al-Musta’ribah, yakni Syu’aib dan Muhammad Saw. Lalu bagaimana dengan nabi Ibrahim dan Ismail? Keduanya bukan berasal dari bangsa Arab (pendatang) dan tidak memiliki leluhur yang menetap di Arab. Hal ini berbeda dengan nabi Muhammad Saw yang memiliki leluhur di tanah Arab (nabi Ismail dan keturunannya).
Dakwah Nabi Hud Kepada Kaum ‘Ad
Kehidupan kaum ‘Ad sangat makmur, mereka bahkan memiliki peradaban yang tinggi dan unggul dalam bidang pertanian dan arsitektur. Mereka juga memiliki banyak harta dan binatang ternak. Sebagian besar lembah tempat tinggal mereka dijadikan ladang pertanian yang subur dan hijau. Namun semua kenikmatan tersebut tidak menjadikan kaum ‘Ad hamba-hamba yang beriman kepada Allah.
Kemudian Allah mengutus Nabi Hud As untuk memberi peringatan kepada mereka dan mengajak mereka menyeru hanya kepada-Nya. Ini dilakukan karena pada waktu itu mereka menyembah berhala yang bernama Shamud, Shada dan al-Haba. Menurut Ibnu Katsir, kaum ‘Ad adalah kaum pertama yang melakukan penyembahan berhala pasca banjir besar di masa nabi Nuh as (Kisah Para Nabi dan Rasul: 143).
Penggalan kisah permulaan dakwah Nabi Hud As di atas dapat disimak dalam QS. Hud: 50-60. Diantara seruan beliau adalah, “…Wahai kaumku! Sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) kamu hanyalah mengada-ada. Wahai kaumku! Aku tidak meminta imbalan kepadamu atas (seruanku) ini. Imbalanku hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Tidakkah kamu mengerti?” Beliau tanpa lelah dan tiada henti mengajak mereka ke jalan yang benar.
Ketika nabi Hud as berdakwah kepada Kamud ‘Ad, mereka tidak mau menerima dakwah tersebut bahkan menuduh Hud adalah orang gila dan pembohong, “…Sesungguhnya kami memandang kamu benar-benar kurang waras dan kami kira kamu termasuk orang-orang yang berdusta.” Kemudian nabi Hud menjawab, “Wahai kaumku! Bukan aku kurang waras, tetapi aku ini adalah Rasul dari Tuhan seluruh alam.” (QS. al-A’raf: 66-67).
Akibat dari keingkaran kaum ‘Ad kemudian Allah menurunkan azab kepada mereka berupa bencana kekeringan yang melanda ladang dan kebun mereka. Kekeringan tersebut berakibat pada habisnya stok makanan dan membuat banyak orang dari kaum ‘Ad kelaparan. Meskipun demikian, mereka masih saja tidak percaya terhadap peringatan nabi Hud dan tetap menyembah berhala.
Mereka berkata, “Wahai Hud! Engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami, dan kami tidak akan meninggalkan sesembahan kami karena perkataanmu dan kami tidak akan mempercayaimu.” (QS. Hud: 53). Mereka terus meminta nabi Hud untuk mendatangkan bukti dari semua ajakan dan peringatannya. Hal ini direspon beliau dengan baik dan tanpa lelah kembali mengingatkan mereka.
Baca Juga: Kisah Nabi Syuaib dan Penduduk Madyan dalam Al Quran
Puncak dari kekufuran kaum ‘Ad adalah ketika mereka berkata, “…Sama saja bagi kami, apakah engkau memberi nasihat atau tidak memberi nasihat, (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu, dan kami (sama sekali) tidak akan diazab.” (QS. asy-Syu’ara: 136-138). Lantas Allah mewahyukan kepada Hud agar menjawab, “Sungguh, kebencian dan kemurkaan dari Tuhan akan menimpa kamu…..” (QS. al-A’raf: 71)
Kemudian Allah mendatangkan azab kepada mereka berupa awan hitam beserta angin yang sangat pedih untuk membinasakan mereka semua sebagaimana tercatat dalam QS. al-Ahqaf ayat 24-25 yang bermakna, “…itulah azab yang kamu minta agar disegerakan datangnya (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum ‘Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” Wallahu a’lam.