BerandaKhazanah Al-QuranKitab Al-Mashabih An-Nuraniyyah: Pensyairan (Nazam) Hadis Tentang Alquran

Kitab Al-Mashabih An-Nuraniyyah: Pensyairan (Nazam) Hadis Tentang Alquran

Para ulama dalam menuangkan gagasannya dalam sebuah karya setidaknya ada dua macam model, yaitu prosa (natsar) dan puisi atau syair (nazam). Penggunaan nazam lebih memudahkan untuk mengingat materi pelajaran dari pada yang berbentuk natsar. Walaupun masing-masing dari keduanya punya kelebihan dan kekurangan. Maka tak jarang kedua model tersebut digunakan bersamaan, baik oleh penulisnya sendiri atau ulama lain.

Misalnya, dalam bidang akidah Islam dikenal kitab ‘Aqidatul Awam yang disusun oleh Sayyid Ahmad Al-Marzuqi. Kitab tersebut berupa nazam. Lalu, penyusunnya mensyarahi/meberikan penjelasan untuk memudahkan pemahaman dengan judul Tahsilu Nailil Maram. Tradisi keilmuan semacam ini juga berkembang di Nusantara, baik berbahasa Arab, maupun bahasa daerah. Seperti halnya Kiai Abdullah Umar dengan salah satu karyanya Al-Mashabih An-Nuraniyyah. Karya ini merupakan penazaman hadis-hadit seputar keutamaan Alquran.

Biografi Pengarang

Kiai Abdullah Umar bin Baidhawi dilahirkan pada 16 Februari 1929 M dari seorang ibu yang bernama Zari’ah. Seorang ulama yang konsen dalam bidang Alquran. Lebih dari 50 tahun mengabdikan diri untuk menghidupkan Alquran di tengah-tengah masyarakat.

Baca Juga: Kiai Ihsan Jampes dan Tafsirnya

Pada tahun 1971 Kiai Abdullah Umar mendirikan PP. Tahaffuzh Alquran sebagai sarana mengaji dan tempat tinggal para santri yang ingin menghafal dan memperdalam Alquran. Selain itu, dia juga aktif bermasyarakat, terlebih dalam memajukan kegiatan ibadah di Masjid Besar Kauman Semarang. Salah satu kegiatan yang digagas oleh Kiai Abdullah Umar adalah sema’an Alquran.

Kiai Abdullah Umar termasuk ulama yang produktif. Di antara karyanya adalah Mustalahut Tajwid fil Qur’anil Majid, Risalatul Qurra’ Wal Khuffadz fi Gharaibil Qira’ah Wal Alfadz, Al-Jawahir Al-Furqaniyyah ‘Ala Nazmi Taisir Al-Gharaib Alquraniyyah, dan Al-Mashabih An-Nuraniyah fi Nazmi Al-Ahadits Alquraniyyah, dll.

Kiai Abdullah Umar meninggal pada hari Jum’at 21 Dzulhijjah 1421 / 16 Maret 2001. Di makamkan di pemakaman umum Desa Penanggulan Kec. Pegandon Kabupaten Kendal Jawa Tengah.

Deskripsi Kitab

Kitab yang berjudul lengkap Al-Mashabih An-Nuraniyah fi Nazmi Al-Ahadits Alquraniyyah ini berisi hadis dan atsar seputar Alquran yang disusun dalam bentuk nazam (syair) berbahasa Arab yang disyarahi dengan Bahasa Jawa aksara pegon. Kitab ini memuat 30 hadis dan 4 atsar. Di antara referensi dalam penulisan kitab ini adalah Jami’ Al-Shaghir, Durratun Nasihin, Riyadus Shalihin, Ihya’ Ulumiddin, Khazinatul Asrar, Asy-Syatibi, dan Irsyadul Ibad.

Baca Juga: Kiai Zaini Mun’im dan Naskah Tafsirnya

Kitab ini mendapat taqrizh (endorsement) dari dua ulama pakar Alquran yaitu KH. Muhammad Arwani Kudus dan KH. Muslih bin Abdurrahman Mranggen. Dalam kolofon dikatakan bahwa penulisan kitab Al-Mashabih An-Nuraniyah selesai pada tanggal 10 Syawal 1392 H / 16 November 1972 M. Kitab ini diterbitkan oleh percetakan Karya Thoha Putra Semarang.

Sistematika Penulisan

Kitab Al-Mashabih An-Nuraniyah terdiri dari 53 bait. Diawali dengan 2 bait pembuka, dilanjutkan nazam nazam terkait keutamaan Alquran, dan diakhiri dengan 3 bait penutup. Setiap nazam   diterjemahkan perkata (terjemah gandul). Kemudian di bawah setiap baitnya diberi syarah atau penjelasan dan disertai dengan hadis atau atsar. Selain itu dilengkapi dengan tanbih, muhimmat, keterangan, dan fa’idah sebagai keterangan tambahan.

Otokritik Sang Kiai

Dalam kitab tersebut Kiai Abdullah Umar menulis keheranannya terhadap keadaan umat Islam saat itu, dia berkata:

“Para saudaraku muslimin dan muslimat yang saya cintai. Semua keterangan dari awal sampai akhir ini kesimpulannya menunjukkan besarnya fadhilah dan keutamaan Alquran, besarnya syafaat Alquran, begitu tingginya kedudukan Alquran, begitu mulianya orang yang hafal Alquran, begitu tingginya derajat orang yang hafal Alquran, begitu hebatnya sikap Allah, malaikat, langit, bumi, dan surga terhadap orang yang ahli dan hafal Alquran. Tapi kenapa masih banyak sekali saudara-saudara Islam yang masih ragu-ragu, tidak yakin terhadap Alquran? Tidak suka kalau anaknya ingin mondok menghafal Alquran?”

Baca Juga: Mengenal Kiai Dahlan Khalil, Ahli Alquran dari Rejoso Jombang

“Khawatir kalau nanti anaknya tidak bisa kerja sehingga jadi orang yang miskin. Bahkan terkadang kalau memaksa untuk pergi mondok orang tuanya tidak mau memberi uang saku dan tidak mau membiayai. Padahal hasilnya bisa diambil manfaat, dari mulai dunia sampai akhirat, selain untuk dirinya sendiri, juga bisa menyebar kepada orang tua dan masyarakatnya. Sedangkan, kalau hanya murni mencari kepintaran umum saja berani membiayai beratus ratus ribu rupiah, hasilnya hanya cukup manfaat di dunia saja. Bahkan terkadang bisa jadi musuh orang tuanya. Seperti inilah yang namanya kemunduran (degradasi) agama Islam akibat perilaku orang Islamnya sendiri.”

Akhirnya, sebagai khazanah ilmiyah warisan ulama Nusantara, kitab ini sangat penting untuk dikaji. Semoga kita dikumpulkan bersama para rasul, para nabi dan para Ahlul Qur’an, sebagaimana doa Kiai Abdullah Umar di akhir kitabnya.

Wallahu a’lam.

Muhammad Hisyam Wahid
Muhammad Hisyam Wahid
Alumni UIN KH. Abdurrahman Wahid, Pekalongan dan Mutakhorrijin PP. Nurul Huda, peminat kajian Ilmu Al-Quran dan Tafsir
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU