Perkembangan abad 21 menghendaki adanya perubahan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran mengarah pada beragam kompetensi yang harus dimiliki peserta didik. Pemahaman yang mendalam dalam konteks materi tidak menjadi satu-satunya keberhasilan proses pembelajaran. Ragam kemampuan untuk saat ini telah dirumuskan oleh para ahli pendidikan. Setidaknya, terdapat empat ragam kompetensi yang disebut dengan 4’Cs, yaitu Communication, Collaboration, Critical Thinking and Problem Solving, dan Creativity and Innovation.
Berdasarkan penelusuran terhadap beragam sumber, konsep ini tertera dalam 21 Century Partnership Learning Framework. Dikutip dari https://education-reimagined.org/ disebutkan bahwa kerangka ini tidak hanya mencakup hasil pembelajar tetapi juga dukungan yang diperlukan untuk mengembangkannya. Selama beberapa dekade terakhir, kerangka ini telah menjadi panduan pemberdayaan bagi pendidik dan lingkungan belajar di seluruh bangsa dan dunia untuk mengubah lingkungan mereka guna memenuhi kebutuhan abad ke-21.
Salah satu kompetensi yang ditekankan adalah komunikasi. Kemampuan ini berkaitan dengan transfer informasi, baik lisan maupun tulisan. Dalam konteks pembelajaran, komunikasi menjadi kompetensi untuk menampilkan materi atau produk yang dikembangkan oleh siswa kepada yang lainnya. Dalam Kompetensi Dasar mata pelajaran tertentu sering ditemukan redaksi “menyajikan” atau dalam indikator pencapaian kompetensi dengan “mempresentasikan” dan “menampilkan”. Beberapa kata ini menunjukkan keterampilan komunikasi setelah siswa menguasai materi atau menyusun produk tertentu.
Baca juga: Prinsip Komunikasi dalam Islam (Bag. 1)
Alquran merupakan petunjuk dan pedoman dalam proses pendidikan. Di dalamnya terdapat isyarat tentang komunikasi pembelajaran ini. Bagaimana Alquran mengisyaratkan hal ini? Salah satunya ditemukan pada peristiwa Adam a.s. ketika diajari nama-nama dan menceritakan hal itu kepada para malaikat, seperti pada Q.S. Albaqarah: 31.
Pada ayat ini disebutkan, “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkannya kepada para malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada-Ku nama-nama (benda) ini jika kamu benar!” Terjemah ini dikutip dari Alquran Kemenag (2022).
Kata “memperlihatkan kepada para malaikat” (عَرَضَهُمْ) mewakili isyarat komunikasi. Komunikasi menghendaki menampilkan sesuatu pada orang lain atau pun dengan menyebutkannya kepada pihak lain. Proses menampilkan dan menyebutkan pasti dilakukan setelah seseorang memiliki pengetahuan tentang sesuatu.
Baca juga: Ajaran Alquran tentang Etika Komunikasi
Dalam aspek kebahasaan, selain diterjemahkan “memperlihatkan”, kata a’radha (عَرَضَ) bila diberi artikel lam-sebagaimana dalam ayat ini-bermakna meninjau ulang, menguji, meneliti, mempertimbangkan, mendiskusikan, mempelajari, memperlakukan, dan menghadapi. Bisa jadi arti ini benar pula, sebab menguji atau meneliti-misalnya-tidak terjadi apabila seseorang tidak memiliki pengetahuan sebelumnya.
Begitu pun kata ‘ardhun (dalam bentuk isim عَرْض) dimaknai lebar, presentasi, demonstrasi, pertunjukan, pameran, penyajian, penawaran, usul, proposal, dan proposisi. Beberapa arti ini salah satunya dikutip dari Kamus al-Ma’any (2022). Senada dengan ayat ini, arti yang cocok adalah presentasi, pertunjukan, penyajian, atau demonstrasi.
Sesuai konteks ayat, Adam a.s. memperlihatkan pengetahuannya kepada malaikat setelah nama-nama itu diketahui. Alur pikirnya adalah Adam tidak akan memperlihatkan pengetahuan kalau ia tidak diberi pengetahuan sebelumnya. Komunikasi dilakukan setelah pengetahuan diperoleh, sehingga ia dapat menyajikannya pada pihak lain. Sehingga kata “memperlihatkan” dimaknai bahwa subyek mengartikulasikan ide dan pikirannya secara efektif pada pihak lain.
Baca juga: Maqashid Alquran dari Ayat-Ayat Perang [2]: Mengembangkan Kemampuan Akal dalam Berkomunikasi
Ketika Adam a.s. diajarkan nama-nama lalu atas perintah Allah, ia memperlihatkannya kepada para malaikat. Isyaratnya adalah siswa menyajikan pengetahuan kepada temannya ketika diperintah oleh guru atau dalam setting pembelajaran tertentu.
Masih dalam ayat ini, kata ‘aradha disebut setelah konjungsi tsumma (ثُمَّ). Kata ini diterjemahkan “kemudian”. Secara maknawi, kata tsumma memiliki arti urutan perbuatan atau peristiwa dengan selang waktu tertentu (al-tartib fi infishal). Makna ini berbeda dengan huruf fa yang diartikan urutan perbuatan yang langsung berlanjut (li ta’qib) atau al-tartib fi ittishal. Makna ini populer dalam tata bahasa Arab, yang salah satunya disebut oleh Ibn Malik dalam Alfiyah Ibn Malik.
Perbuatan “memperlihatkan” merupakan rangkaian dari “Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) seluruhnya”. Namun, keberlanjutannya perbuatan tidak langsung karena pembubuhan tsumma. Hal ini menunjukkan bahwa Adam memperlihatkan kemampuan untuk menyebutkan nama-nama kepada para malaikat berlangsung bukan secara langsung setelah diajarkan. Di dalamnya terdapat proses pengolahan informasi atau pengetahuan. Adam menjadi tahu setelah Allah ajarkan padanya. Adam memproses pengetahuannya kemudian memperlihatkannya kepada para malaikat.
Baca juga: Meninjau Keindahan Alquran dengan Studi Fonologi
Komunikasi siswa dalam pembelajaran-merujuk pada ayat ini-hampir dipastikan dilakukan setelah penguasaan pengetahuan. Siswa mempresentasikan hasil kajian atau produk tertentu setelah mereka memiliki pengetahuan. Artinya, komunikasi hendaknya dilakukan setelah dipastikan siswa dalam ranah pengetahuan menguasai materi tertentu. Apabila tidak menguasai materi, bisa jadi komunikasi siswa dalam pengetahuan tidak akan sesuai harapan.
Peristiwa Adam a.s. menampilkan nama-nama yang telah diajarkan menjadi bukti isyarat tentang hal ini. Alquran sebagai pedoman hidup yang memiliki isyarat ilmiah terbukti telah mengisyaratkan hal tertentu yang terjadi hari ini meskipun ayat terkait turun lebih dari seribu tahun lalu. Tema ini berada dalam kajian tafsir tarbawi yang sedapat mungkin dapat dikaitkan dengan isyarat ilmiah dalam pendidikan. Apabila penjelasan teori komunikasi siswa dalam 4C’s ini ditemukan sekarang secara rinci. Sejatinya, isyaratnya telah tampak nyata pada ayat ini. Wallahu a’lam.