BerandaTafsir TematikKriteria Memilih Pemimpin Perspektif Alquran

Kriteria Memilih Pemimpin Perspektif Alquran

Pemimpin merupakan suatu hal yang harus ada dalam aktivitas kehidupan sosial masyarakat, yang nantinya akan sangat berperan penting dalam menentukan arah tujuan. Dalam Islam, segala sesuatunya telah diatur secara sempurna dan menyeluruh, termasuk di dalamnya kriteria dalam memilih seorang pemimpin. Oleh karena itu, untuk menjadi pemimpin di masa depan mesti mempersiapkan diri, karena tanggung jawab dari seorang pemimpin sangat besar.

Definisi Pemimpin

Pemimpin dalam KBBI berarti: 1) orang yang memimpin. 2) petunjuk, sedangkan memimpin artinya: 1) mengetahui atau mengepalai, 2) memenangkan paling banyak, 3) membimbing, 4) memandu, 5) melatih, mendidik dan mengajari. Dari pembagian makna di atas, bisa dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pemimpin ialah orang yang mengetahui atau mengepalai suatu bagian lembaga maupun organisasi yang berpengaruh dalam kelancaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan bagi para pengikutnya.

Secara penamaan pemimpin di Indonesia dari level kepala desa hingga presiden, dapat disebut dengan ulil amri. Menurut Bahasa, ulil amri artinya menyuruh, lawan dari kata melarang, kemudian secara istilah yaitu orang yang memerintah dan dapat diajak untuk bermusyarawah.

Dalam Islam, pemimpin dapat dipahami juga sebagai umara yang sering disebut dengan ulil amri. (QS. An-Nisa ayat 59) “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kamu”.

M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah (Jilid 2), menjelaskan bahwa kata ulil amri adalah orang-orang yang berwenang mengurus kaum muslimin. Mereka adalah orang yang dapat diandalkan dalam menangani persoalan-persoalan kemasyarakatan. Bisa saja mereka adalah para penguasa/pemerintah, ulama, ataupun yang mewakili masyarakat dalam berbagai kelompok dan profesinya. Dan perintah taat kepada ulil amri tidak disertai dengan kata taatilah. Karena mereka tidak memiliki hak untuk ditaati, bila ketaatan kepada mereka bertentangan dengan ketaatan kepada Allah Swt. atau Rasulullah Saw.

Baca Juga: Tiga Karakter Kepemimpinan Rasulullah yang Patut Dicontoh

Kriteria seorang Pemimpin

Sosok siapa yang akan teringat ketika mendengar kata “pemimpin”? Secara umum, akan diingat kepada baginda Nabi Muhammad Saw, Muhammad Al-Fatih, Ir. Sukarno, Jendral Sudirman, Erdogan atau bahkan Presiden Republik Indonesia. (Dalam Jurnal Forum Manajemen Vol. 15 No. 2) Pemimpin yang benar-benar pemimpin setidaknya terdapat beberapa kriteria, yaitu:

Memiliki pengikut

Pengikut merupakan sebuah kemutlakan bagi pemimpin. Seseorang tidak akan dikatakan pemimpin jika tidak memiliki pengikut, karena keberadaan pengikut ini menjadi salah satu bukti eksisnya suatu proses kepemimpinan.

Memiliki kekuasaan

Kekuasaan itu kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu. Seseorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.

Memiliki kemampuan

Kemampuan merupakan segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis dan sosial, yang dianggap melebihi anggota biasa.

Dalam Alquran  dapat dijumpai beberapa ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, di antaranya:

Memiliki Kesabaran dan Ketabahan

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah”. (Alsajdah [32]: 24)

Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan sifat yang lain adalah sifat-sifat yang lahir akibat adanya sifat pokok (kesabaran) tersebut.

Mampu menjadi contoh

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا۟ ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يُوقِنُونَ

“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (Alanbiya [21]: 73)

Seorang pemimpin, dituntut tidak hanya mampu menunjukkan, tetapi juga mengantarkan rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain, tidak hanya sekadar mengucapkan dan memberikan saran, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri sendiri terlebih dahulu, kemudian menyosialisasikannya di tengah masyarakat.

Baca Juga: Surah Alnisa’ [4]: 59: Beragam Pendapat Ulama Tentang Makna Ulil Amri

Memiliki Kekuatan

Pemimpin yang kuat merupakan pemimpin yang mampu menegakkan tugas dan menanggung beban amanahnya. Pemimpin yang memiliki kriteria kuat dan amanah sekaligus ini tentunya sangat jarang ditemukan. Akan tetapi, jika kriteria yang dimiliki dari seorang calon pemimpin hanya salah satu di antara kedua kriteria ini, maka prioritas utama ditentukan menurut kebutuhan dari wilayah yang dipimpinnya. Jika wilayahnya dalam keadaan tidak aman, pemimpin yang kuat dan berani lebih bermanfaat daripada pemimpin yang jujur namun lemah.

Imam al-Mawardi dalam buku Ahkam Sulthaniyah (15) menjelaskan apabila terdapat dua orang yang memenuhi syarat untuk diangkat menjadi pemimpin, jika salah satu dari keduanya lebih pandai, sementara yang satunya lebih berani, maka yang layak dipilih adalah sosok yang lebih dibutuhkan pada periode itu.

Jika kondisinya lebih membutuhkan sifat keberani lantaran merebaknya usaha untuk melakukan pemisahan antar wilayah dan maraknya pemberontakan, sosok pemimpin yang lebih layak dipilih tentunya yang lebih memiliki keberanian. Akan tetapi juga, kondisinya lebih membutuhkan keilmuan lantaran meratanya sikap hidup yang jumud dan menyebarnya paham-paham yang bertentangan dengan ideologi negara dan agama, pemimpin yang layak dipilih adalah yang lebih memiliki ilmu/cendekiawan.

Baca Juga: Pemimpin Harus Berlaku Adil dan Menjalankan Amanah

Menunaikan Amanah dan Adil

إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا۟ ٱلْأَمَٰنَٰتِ إِلَىٰٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُم بَيْنَ ٱلنَّاسِ أَن تَحْكُمُوا۟ بِٱلْعَدْلِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُم بِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Alnisa’ [3]: 58)

Ayat ini merangkum dua kriteria penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yaitu anjuran menunaikan amanah dan berlaku adil dalam segala urusan. Dalam ayat ini ketika memerintahkan agar menetapkan hukum dengan adil, ini berarti perintah berlaku adil ditujukan kepada manusia secara keseluruhan. Dengan demikian baik amanah maupun keadilan harus ditunaikan dan ditegakkan tanpa membedakan agama, keturunan, atau ras.

Dari hal ini tentu dapat diketahui bagaimana pentingnya sebuah pengetahuan dalam memilih pemimpin ataupun menyempurnakan keilmuan untuk menjadi seorang pemimpin. Melalui bekal tersebut, semoga pemimpin kedepannya Insya Allah dapat menjalankan roda kepemimpinannya untuk kesejahteraan rakyat dan negara.

Wallahu a’lam bish shawab.

- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

tafsir surah at-Taubah ayat 122_menuntut ilmu sebagai bentuk cinta tanah air

Surah at-Taubah Ayat 122: Menuntut Ilmu sebagai Bentuk Cinta Tanah Air

0
Surah at-Taubah ayat 122 mengandung informasi tentang pembagian tugas orang-orang yang beriman. Tidak semua dari mereka harus pergi berperang; ada pula sebagian dari mereka...