BerandaKisah Al QuranKriteria Pemimpin Ideal dalam Alquran (Bagian 1)

Kriteria Pemimpin Ideal dalam Alquran (Bagian 1)

Saat ini kita sedang menyaksikan kontestasi para calon pemimpin yang tidak lama lagi akan dipilih secara demokratis oleh seluruh maysrakat Indonesia. Para tim sukses berusaha keras menggalang dukungan massa agar pasangan calonnya dapat duduk di kursi pemerintahan. Dalam kondisi seperti ini, masyarakat tentu harus cerdas dalam menentukan pilihan agar negara dalam lima tahun kedepan dipimpin oleh pemimpin yang tepat.

Keberadaan seorang pemimpin dalam sebuah komunitas adalah sebuah keniscayaan. Sebab, harus ada sosok yang mewakili kepentingan bersama sehingga tercapai kesejahteraan serta kerukunan di dalam komunitas tersebut. Dengan demikian, seorang pemimpin haruslah merupakan sosok yang kredibel dan kapabel agar dia bisa menjalankan amanah banyak orang.

Sebagai disclaimer, tulisan ini tidak ditujukan untuk menjustifikasi atau mengunggulkan sosok pasangan tertentu. Namun, penulis hanya ingin mengelaborasi kriteria pemimpin ideal dalam Alquran yang secara tersirat terkandung dalam beberapa kisah dalam Alquran. Pada tulisan kali ini, ada tiga aktor dalam Alquran yang akan dijadikan rujukan; yaitu Raja Thalut, Nabi Yusuf dan Nabi Dawud.

Baca Juga: Kriteria Memilih Pemimpin Perspektif Alquran

Raja Thalut; Sosok Pemimpin yang Berwawasan Luas

Dalam sejarah Bani Israil, Raja Thalut merupakan seorang raja yang dipilih secara langsung oleh Allah swt., sebagaimana diceritakan dalam Alquran, surah al-Baqarah ayat 247,

وَقَالَ لَهُمْ نَبِيُّهُمْ إِنَّ اللَّهَ قَدْ بَعَثَ لَكُمْ طَالُوتَ مَلِكًا قَالُوا أَنَّى يَكُونُ لَهُ الْمُلْكُ عَلَيْنَا وَنَحْنُ أَحَقُّ بِالْمُلْكِ مِنْهُ وَلَمْ يُؤْتَ سَعَةً مِنَ الْمَالِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاهُ عَلَيْكُمْ وَزَادَهُ بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ وَاللَّهُ يُؤْتِي مُلْكَهُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ  (البقرة: 247)

“Dan nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Talut menjadi rajamu.” Mereka menjawab, “Bagaimana Talut memperoleh kerajaan atas kami, sedangkan kami lebih berhak atas kerajaan itu daripadanya, dan dia tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi) menjawab, “Allah telah memilihnya (menjadi raja) kamu dan memberikan kelebihan ilmu dan fisik.” Allah memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” Q.S. Al-Baqarah [02]: 247

Dikisahkan bahwa ketika Nabi Samuel mengumumkan pengangkatan Thalut sebagai raja untuk memimpin Bani Israil dalam peperangan dan urusan lain, mereka ingkar dan menolak untuk baiat kepada Raja Thalut. Hal ini disebabkan karena Thalut sendiri adalah seorang pengembala miskin serta bukan keturunan orang terpandang. Sedangkan dalam tradisi orang Yahudi, pemimpin harus berasal dari Klan Yahudza, sebagaimana kenabian didominasi oleh klan Lawa. (Al-Jami li Ahkam al-Quran, juz 3, hal. 245)

Ayat ini sekaligus membantah anggapan bahwa kepemimpinan itu merupakan warisan. Kelayakan seorang pemimpin bukan dilihat dari keturunan dan nasab melainkan karena dia memiliki karakter-karakter atau jiwa kepemimpinan sehingga dia dapat melaksanakan tugas dan amanah dengan baik. Dalam ayat tersebut, Allah swt. memilih Thalut sebagai raja dengan alasan بَسْطَةً فِي الْعِلْمِ وَالْجِسْمِ (punya wawasaan luas dan fisik yang kuat).

Baca Juga: Inilah 4 Karakter Kepemimpinan Transformatif Menurut Al Quran

Syaikh Musthafa al-Maraghi merumuskan setidaknya ada beberapa kriteria pemimpin yang ideal dalam ayat tersebut. Pertama, mentalitas kepemimpinan atau kesiapan secara mental. Ini menjadi syarat fundamental bagi seorang pemimpin. Kedua, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, terutama menyangkut problematika umat sehingga dapat menemukan solusi yang tepat dan efektif untuk permasalahan tersebut.

Ketiga, sehat secara fisik. Seorang pemimpin yang menjalankan tugas negara tentu harus sehat secara jasmani. Pemimpin dengan postur tubuh kuat tentu akan sangat efektif dalam menjalankan tugas keamanan negara. Agaknya memang kurang ideal jika seorang pemimpin adalah orang yang lemah secara fisik apalagi sakit-sakitan.

Kelima, taufik atau bimbingan ilahi dalam menjalankan tugas-tugas negara, karena alam semesta ini adalah milik Allah swt. maka yang berhak memberikan mandat kekuasaan untuk mengurusi kepentingan umat adalah Allah swt. (Tafsir al-Maraghi, juz 2, hal. 218)

Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa pemimpin ideal yang tercermin dalam figur Raja Thalut adalah mereka yang memiliki kompetensi yang mumpuni untuk urusan kepemimpinan. Pemimpin tidak harus kaya, tidak disyaratkan pula harus berdarah biru, akan tetapi, kemampuan secara fisik dan mental untuk memimpin umat ditambah lagi dengan pengetahuan serta wawasan yang luas merupakan karakter dasar yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Wallah a’lam

Muhammad Zainul Mujahid
Muhammad Zainul Mujahid
Mahasantri Mahad Aly Situbondo
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

masjid Nabawi_tempat halaqah ahl as-suffah

Halaqah ‘Ahl as-Suffah’: ‘Pesantren’ Awal di Masa Rasulullah

0
Sejarah pendidikan Islam saat ini sangat erat kaitannya dengan tradisi pembelajaran di masa Rasulullah saw. Salah satunya adalah tradisi ahl as-suffah, yaitu sekelompok sahabat...