Pentingnya Memahami Esensi Islam Sebagai Agama dan Pengaruhnya Bagi Penafsiran Menurut Prof. Quraish Shihab

Esensi Islam sebagai Agama
Esensi Islam sebagai Agama

Sebelum masuk pada upaya memahami al-Quran, seseorang harus mampu memahami esensi Islam sebagai agama itu sendiri. Mengapa? Sebab tanpa memahaminya, seseorang dapat dengan mudah terjerumus dalam kesalahan dalam memahami isi kandungan dari al-Qur’an. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Prof. Quraish Shihab dalam sebuah acara Webinar yang diadakan oleh Wamimma TV.

Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai dengan ajaran/ sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta manusia dengan lingkungannya.

Dari definisi tersebut bisa didapati bahwa secara fungsional, agama selain memberi panduan tentang tata cara peribadatan juga berperan dalam membentuk karakter sosial seorang manusia. Nah pertanyaan selanjutnya, dari mana pemahaman terhadap agama itu didapat?

Dalam Islam, pemahaman diperoleh melalui sumber utama ajarannya yakni melalui al-Quran dan Hadis. Namun tidak semua orang yang mempelajarinya mampu mendapatkan pemahaman yang baik atau yang sesuai dengan esensi Islam sebagai agama. Pada kasus-kasus tertentu semisal dalam memahami ayat-ayat pedang, tak jarang umat Islam tergelincir dalam pemahaman yang salah mengenainya.

Prof. Quraish Shihab, sebagai pakar tafsir terkemuka di Indonesia maupun dunia, memberikan beberapa panduan agar terhindar dari kesalahpahaman dalam memahami ayat-ayat yang berpotensi melahirkan paham keras atau radikal. Ia mengutip penggalan Q.S. al-Baqarah [2]: 38:

فَاِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِّنِّيْ هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Artinya: Kemudian jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.


Baca Juga: Kepada Semua yang Ingin Mempelajari Al Quran….


Menurutnya ayat ini memberi penjelasan mengenai esensi Islam sebagai agama. Secara fungsional, agama datang dengan tujuan untuk memberikan kedamaian bagi pemeluknya. Hal ini sebagaimana makna Islam itu sendiri di mana jika dikaji secara bahasa memiliki makna “memberi kedamaian” dan muslim sendiri memiliki makna “pemberi kedamaian”.

Kemudian Prof. Quraish Shihab melanjutkan bahwa pokok dalam kedamaian itu ialah kedamaian hati setiap orang. Sebab bagaimana mungkin seseorang memberikan kedamaian jika dirinya sendiri tidak damai. Ia menganalogikannya dengan seorang yang sedang sakit gigi, maka betapapun merdunya suara ia tidak akan merasa senang sebab dirinya sedang tidak damai (sedang bermasalah).

Dalam konteks kehidupan beragama, Prof. Quraish menyinggung bahwa masing-masing orang harus menerima pilihan agama orang lain. Sebab dengan begitu, masing-masing orang dapat merasakan kedamaian dari pilihan yang ia pilih sehingga bisa menebarkan kedamaian bagi yang lainnya.

Prof. Quraish juga menjelaskan bahwa kedamaian itu ada dua macam yakni yang bersifat pasif dan aktif. Damai yang sifatnya pasif berupa kesadaran untuk tidak mengganggu, mengambil hak serta memaki orang lain. Sedangkan damai yang sifatnya aktif dapat berupa kesadaran untuk selalu mengikuti tuntunan agama semisal mengucapkan salam (mendoakan keselamatan) kepada orang lain dan inilah sebenarnya yang diinginkan oleh agama.

Terakhir dalam konteks penafsiran al-Qur’an, ia menekankan bahwa jika seseorang hatinya sudah gemar ribut, ayat-ayat damai pun bisa berpotensi disalahtafsirkan. Oleh sebab itu, penafsiran al-Qur’an banyak berkaitan dengan kecendrungan manusia. Maka carikan jalan supaya kedamaian itu wujud dalam kehidupan, karena damai itu dambaan baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu a’lam.