Makna Ihsan dalam Alquran

Makna Ihsan dalam Alquran
Makna Ihsan dalam Alquran

Ihsan merupakan salah satu kosakata penting yang sering disebut dalam Alquran. Kata ihsan beserta derivasinya setidaknya disebutkan dalam Alquran sebanyak 186 kali di 53 surah.

Kata ihsan tersusun dari huruf alif, ha, sin, dan nun. Dalam kamus Al-Munawwir karya K.H. Ahmad Warson Munawwir, disebutkan bahwa kata ihsan merupakan bentuk masdar dari lafaz اَحْسَنَ-يُحْسِنُ-اِحْسَانًا yang memiliki arti kebaikan atau membaguskan. Ihsan juga dapat diartikan sebagai memperbaiki atau menjadi baik.

Namun, jika dilihat dari segi istilah, kata ihsan bisa diartikan melalui redaksi suatu hadis yang populer; yang biasa dikenal dengan hadis Jibril. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim tersebut, disebutkan bahwa ihsan adalah kondisi menyembah Allah yang dibarengi dengan perasaan seakan-akan melihat-Nya.

Berdasarkan pengertian ihsan tersebut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa bila seseorang di dalam ibadahnya mampu melihat Tuhannya secara nyata, maka sebisa mungkin dia tidak akan meninggalkan sedikitpun sikap khusyuk dan khudlu’ atau merendah diri ketika sedang melaksabakan ibadah tersebut.

Ihsan tidak dapat dipisahkan dari iman dan Islam, karena ihsan berarti perbuatan baik yang menjadi bukti atas keimanan dan keislaman seseorang. Iman, Islam, dan ihsan merupakan satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalkan untuk mencapai derajat kesempurnaan beragama Islam seseorang.

Secara harfiah, ihsan berarti kebaikan secara perilaku, bukan sekadar pengetahuan tentang kebaikan sebagai etika. Nabi Isa juga menjelaskan makna ihsan, bahwa suatu perbuatan tidak dapat disebut ihsan, jika itu berupa balasan atas kebaikan orang lain. Namun, ihsan adalah ketika seseorang mampu berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepadanya.

Baca juga: Unsur-Unsur dan Dimensi-Dimensi Perbuatan Ihsan

Tafsir Q.S. Alqasas [28]: 77

Salah satu ayat Alquran yang menyebutkan kata ihsan adalah Q.S. Alqasas [28]: 77 berikut:

وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

Carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Kata ahsin pada ayat di atas diambil dari kata hasan yang berarti kebaikan. Perintah berlaku baik di sini tidak menyebutkan objeknya, sehingga ia mencakup segala sesuatu yang dapat disentuh oleh amal kebaikan.

Quraish Shihab dalam Tafsir AlMisbah menjelaskan bahwa makna ihsan dalam ayat tersebut lebih luas jika dibandingkan dengan kandungan makna adil. Sebab, adil bermakna “memperlakukan orang lain sama dengan perlakuannya pada anda”, sedangkan ihsan maknanya memberi lebih banyak dari apa yang harus diberi dan mengambil lebih sedikit dari apa yang harus diambil.

Dalam ayat tersebut Allah menegaskan kepada manusia untuk berbuat ihsan sebagaimana Allah berbuat ihsan kepada kita, seperti ihsan dalam menciptakan makhluk-makhluk serta ihsan dalam menciptakan langit dan bumi.

Perbuatan ihsan akan terealisasi jika dilandasi dengan niat yang ikhlas. Seorang yang berlaku ihsan akan mengerjakan tugasnya tanpa rasa pamrih. Ada ataupun tidak atasan yang mengawasinya, dia akan tetap melaksanakan pekerjaannya dengan rajin. Semua dikerjakan karena Allah Swt.; karena merasa bahwa Allah Swt. selalu memantaunya kapan dan di manapun dia berada. Maka dari itu, mari kita wujudkan nilai ihsan ini dengan perbuatan dan amal yang dihiasi oleh budi pekerti yang baik dan ahklak yang luhur. Wallahua’lam.

Baca juga: Nilai Ihsan sebagai Rukun dan Pijakan Spiritualitas