BerandaUlumul QuranMakna Tujuh Huruf Alquran Menurut Imam ad-Dani

Makna Tujuh Huruf Alquran Menurut Imam ad-Dani

Pembahasan mengenai al-ahruf al-sab’ah (tujuh huruf Alquran) merupakan pembahasan yang populer di antara kalangan ulama qiraat. Pembahasan tersebut didasarkan pada banyaknya riwayat hadis yang mengatakan demikian. Menurut Ibnu Jarir at-Thabari setidaknya ada 21 hadis yang membahas tentang al-ahruf al-sab’ah. Salah satunya hadis yang berbunyi sebagai berikut.

عَنْ أُبَيْ بْنِ كَعْبٍ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ عِنْدَ أُخْبَاةِ بَنِي غَفَّارٍ ، فَأَتَاهُ جِبْرِيْلٌ فَقَالَ : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَئَ أُمَّتَكَ الْقُرْآنَ عَلَى حَرْفٍ ، قَالَ : أَسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ ، فَإِنَّ أُمَّتِي لَا تَطِيْقُ ذَلِكَ . ثُمَّ أَتَاهُ الثَّانِيَةَ فَقَالَ : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَئ أُمَّتَكَ القُرْآن عَلَى حَرْفَيْنِ . قَالَ أَسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ ، فَإِنَّ أُمَّتِي لَا تَطِيْقُ ذَلِكَ . ثُمَّ جَاءَهُ الثَّالِثَةَ قَالَ : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَئَ أُمَّتَكَ الْقُرْآنَ عَلَى ثَلَاثَةِ أَحْرُفٍ قَالَ : أَسْأَلُ اللهَ مُعَافَاتَهُ وَمَغْفِرَتَهُ ، وَإِنَّ أُمَّتِي لَا تَطِيْقٌ ذَلِكَ . ثُمَّ جَاءَهُ الرَّابِعَةَ فَقَالَ : إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكَ أَنْ تَقْرَئَ أُمَّتَكَ الْقُرْآنَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ فَأَيُّمَا حَرْفٍ قَرَءُوْا عَلَيْهِ فَقَدْ أَصَابُوْا .

Dari Ubayy bin Ka’b, bahwa Rasulullah saw. sedang berada di tempat persembunyian Bani Ghaffar, maka Jibril mendatanginya dan berkata: “Allah memerintahkanmu untuk membacakan Alquran kepada umatmu dalam satu huruf.” Beliau berkata: “Aku mohon ampunan kepada Allah karena umatku tidak dapat melaksanakan hal itu.” Kemudian Jibril mendatanginya untuk kedua kalinya dan berkata: “Allah memerintahkanmu untuk membacakan Alquran kepada umatmu dalam dua huruf.” Beliau berkata: “Aku mohon ampunan kepada Allah karena umatku tidak dapat melaksanakan hal itu.”Kemudian Jibril mendatanginya untuk ketiga kalinya dan berkata: “Allah memerintahkanmu untuk membacakan Alquran kepada umatmu dalam tiga huruf.” Beliau berkata: “Aku mohon ampunan kepada Allah karena umatku tidak dapat melaksanakan hal itu.” Kemudian Jibril mendatanginya untuk keempat kalinya dan berkata: “Allah memerintahkanmu untuk mengajari umatmu membaca Alquran dalam tujuh huruf, maka huruf mana pun yang mereka baca, itu benar.” (Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an, hlm. 148).

Baca juga: Makna Tujuh Huruf (Sab’atu Ahruf) dalam Qiraat Al-Quran Menurut Ibn Qutaibah

Lantas apa makna ahruf (huruf) yang dimaksud Nabi di dalam hadisnya tersebut? Pertama, mayoritas ulama termasuk Imam ad-Dani berpendapat tujuh huruf berarti Alquran turun dengan tujuh macam bahasa dengan makna dan kata yang sama. Tujuh bahasa yang dimaksud adalah bahasa Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazan, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Kedua, Alquran turun dengan tujuh jenis bahasa dengan kata yang berbeda walaupun maknanya sama. Ketiga makna tujuh huruf adalah tujuh segi kandungan di dalam Alquran yang meliputi perintah, larangan, janji baik, janji buruk, perdebatan, kisah-kisah, dan mitsal (percontohan) (Mabahits, hlm. 150).

Menurut Imam ad-Dani, turunnya Alquran dengan tujuh huruf tersebut tidak lain adalah sebagai bentuk rahmat dan kasih sayang Allah kepada hambanya. Kasih sayang tersebut terekam ketika Jibril memerintahkan Nabi untuk membaca Alquran dengan hanya satu jenis bahasa. Akan tetapi, Nabi mengetahui bahwa umatnya memiliki versi bahasa yang berbeda sehingga kalau dipaksakan menjadi satu bahasa niscaya akan menyulitkan umatnya (Jami al-Bayan, hlm. 24-25).

Biografi Singkat ad-Dani

Nama lengkap beliau adalah al-Imam al-Hafizh Abu ‘Amru Utsman bin Sa’id bin ‘Utsman bin Sa’id bin ‘Umar al Umawi al-Andalusi al-Qurthubi ad-Dani. Beliau lahir pada tahun 371 H./981 M. Perjalanan intelektual ad-Dani dimulai ketika ia masih berumur 14 tahun. Pada tahun 397 H. ia pergi berkelana untuk belajar dari Qairawan hingga Mesir. Pada tahun 399 H., ia pulang ke kampung halamannya di Daniyah, Andalusia hingga wafat pada tahun 444 H.

Adapun ulama yang pernah ia jadikan guru adalah Abu Muslim Muhammad bin Ahmad al-Katib, pengarang kitab al-Baghawi. Kemudian terkonfirmasi pula beberapa nama seperti Ahmad bin faras al-Makki, Abdurrahman bin Utsman al-Qusyairi, Abdul ‘Aziz bin Ja’far bin Khawasti al-Farisi, Khalaf bin Ibrahim bin Khaqqan al-Misri, Hatim bin Abdullah al-Bazzar, aAhmad bin Fatah bin Rassan, dan masih banyak lagi. Sebagian murid-murid ad-Dani yaitu Abu Sulaiman bin Abu al-Qasim Najah, Abu Hasan ‘Ali bin Abdurrahman bin Rasy. Abu Bakar al-Fashih Abu Qasim bin Arabi, Abu Abdillah Muhammad bin Farj al-Manahi, dan lainnya.

Baca juga: Rahasia Angka Tujuh dalam Surah Al-Fatihah

Karya-karya beliau antara lain Jami al-Bayan fi al-Qiraat al-Sab’ al-Masyhurah, al-Taysir, al-Iqtishad fi al-Qiraat al-Sab’, Ijaz al-Bayan fi Qiraat Warsy, al-Talkhis fi Qiraat Warsy, al-Muqni’ fi al-Rasm, al-Muhtawi fi al-Qiraat al-Syawadz, Thabaqat al-Qurra, al-Waqf wa al-Ibtida’, al-Takhbir fi Harf Nafi’, dan lain-lain. (Jami al-Bayan, hlm. 7-9)

Penafsiran ad-Dani tentang Tujuh Huruf Alquran

Menurut ad-Dani, tujuh huruf Alquran bermakna adanya kemungkinan tujuh perbedaan ungkapan dalam Alquran yang juga bisa menyebabkan beragamnya makna. Ketujuh perbedaan tersebut adalah sebagai berikut sebagaimana beliau sebutkan dalam kitabnya yang berjudul Jami al-Bayan fi al-Qiraati al-Sab’i al-Masyhurah.

  1. Perbedaan dari segi lafal. Misalnya di dalam Q.S. al-Fatihah [1]; 6, kata الصِّرَاطَ dengan huruf shad bisa dibaca dengan السِّرَاطَ atau dengan huruf sin, bisa juga dibaca dengan الزِّرَاطَ atau dengan huruf zai.
  2. Perbedaan dari segi peletakan (itsbat) dan penghapusan (hadzaf) suatu huruf di dalam suatu ayat. Misalnya di dalam Q.S. Yasin [36]: 35, وَمَا عَمِلَتْهُ اَيْدِيْهِمْ bisa dengan menetapkan dhamir hu maupun dengan menghilangkannya, sehingga dibaca وَمَاعَمِلَتْ اَيْدِيْهِمْ.
  3. Perbedaan instrumen (adawat) ayat. Contoh, Q.S. al-Syu’ara’ [26]: 217, وَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ yang dimulai dengan huruf waw, bisa diganti dengan huruf fa’ فَتَوَكَّلْ عَلَى الْعَزِيْزِ الرَّحِيْمِ.

Baca juga: Belajar Membaca Alquran; Dulu dan Sekarang

  1. Perbedaan lafal tunggal (mufrad) dan plural (jama’). Contohnya dalam Q.S. ar-Ra’d [13] ayat 42, وَسَيَعْلَمُ الْكاَفِرُ menjadi وَسَيَعْلَمُ الْكُفّٰرُ.
  2. Perbedaan dalam bentuk kalimat mudzakkar dan muannats. Misalnya dalam Q.S. al-Baqarah [2]; 48 berikut, وَّلَا يُقْبَلُ مِنْهَا شَفَاعَةٌ bisa dibaca dengan يُقْبَلُ, bisa juga dibaca dengan تُقْبَلُ.
  3. Perbedaan dalam ada dan tidak adanya tasydid dalam suatu lafal. Misal, Q.S. at-Taubah [9] ayat 77 berikut وَبِمَا كَانُوْا يَكْذِبُوْنَ bisa dibaca dengan takhfif (tanpa tasydid) dan bisa dibaca dengan tasydid وَبِمَا كَانُوْا يُكَذِّبُوْنَ.
  4. Perbedaan dalam hal meniadakan (nafy) dan melarang (nahy) sesuatu. Contohnya dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 119; وَّلَا تُسْـَٔلُ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ dibaca dengan rofa’ lam, sehingga bermakna nafiy dan bisa dibaca dengan jazam lam, sehingga bermakna nahy وَّلَا تُسْـَٔلْ عَنْ اَصْحٰبِ الْجَحِيْمِ .
Muhammad Rizki
Muhammad Rizki
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
- Advertisment -spot_img

ARTIKEL TERBARU

kaidah Asbabunnuzul

Telusur Kaidah Asbabunnuzul dalam Kitab-Kitab ‘Ulūm al-Qur’ān

0
Dalam ilmu Alquran, di bagian kaidah Asbabunnuzul terdapat suatu kaidah yang lebih khusus lagi, yaitu al-‘Ibrah bi ‘umūm al-lafdz dan al-‘Ibrah bi khuṣūṣ al-sabab. Mulanya...